Sebetulnya banyak hikmah yang dapat dipetik dari pandemi Covid-19 ini. Kebijkan PPKM level 4 yang dikeluarkan pemerintah merupakan ikhtiar mengurangi laju infeksi masih berlangsung. Bagaimana Islam melihatnya? Boleh jadi virus corona adalah teguran dari Allah yang tak segan memberikan perumpamaan dengan hewan yang lebih kecil dari nyamuk. Sebagaimana Firman Allah Q.S. al-Baqarah ayat 26: “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.”

Sebagai seorang yang beriman kita harus tetap dalam kondisi yang terbaik dalam keadaan ini. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW:”Sungguh menakjubkan, perkara yang dilakukan oleh mukmin, semua yang dilakukannya baik, dan tidak yang seperti itu kecuali orang mukmin. Apabila mendapatkan kebahagian ia bersyukur dan bersyukur itu baik baginya. Dan apabila ia tertimpa kesengsaraan ia sabar, dan sabar baginya adalah baik.” (HR. Ahmad).

Allah SWT pun berfirman dalam Q.S. at-Taubah ayat 51: “Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah-lah orang-orang beriman harus bertawakal.”

Hikmah Covid-19

Terdapat beberapa hikmah yang dapat kita petik dari adanya wabah Covid-19 ini. Pertama, kita akan jadi orang yang sabar, ridha akan ketetapan Allah dan tawakal pada-Nya. Kita harus menyadari bahwa infeksi Covid-19 adalah masalah global. Sikap kita adalah menyandarkan segala sesuatunya hanya pada Allah, karena jika menyandarkan sesuatu selain-Nya maka Allah akan ambil apa yang mereka andalkan itu hingga mereka kembali mengandalkan Allah.

Kedua, melahirkan ikhtiar (zahir dan batin).Contoh ikhtiar zahir adalah makan bergizi, minum air putih, istirahat cukup, olahraga teratur, fikiran positif dan menjalankan protokol kesehatan 5M sebagaimana himbauan Satgas Covid-19. Sedangkan ikhtiar batin dapat berupa menjaga wudhu’. Disebutkan dalam kitab At-Thabaqat Ibn Subuki, Allah SWT berfirman, “Wahai Musa berwudhulah, karena jika ada keburukan menimpamu sedang kamu tidak berada dalam wudhu, maka jangan salahkan apa pun kecuali dirimu sendiri.”

Ikhtiar batin lainnya adalah memperbanyak doa karena “addu’a silahul mukmin”, doa itu senjatanya orang mukmin dan “laa yaruddul qodho’ iladdu’a, tak ada yang menolak qodho’ kecuali doa. Seperti yang telah dibiasakan dan masih dilakukan saat pandemi melanda negeri dari Maret 2020, yakni membaca doa tolak bala’ dalam Qunut Nazilah yang masih dibaca dalam salat maktubah.

Virus corona dengan mutasi-mutasinya seperti virus SARS-CoV-2 atau varian Delta penyebab Covid-19 yang menyerang Indonesia di bulan Juni-Juli 2021 ini, telah menjadi virus yang menakutkan karena menyebabkan kematian. Bicara kematian, tak hanya India yang takut kematian dan sedang diserang penyakit jamur hitam pasca tsunami Covid, tetapi hampir semua manusia takut mati bahkan orang Islam sekalipun—karena ini virus nggak pandang agama dan bangsa. Makanya sekarang kita tetap istiqamah menjalankan ikhtiar zahir dan batin sebagaimana uraikan di atas.

Sedekah

Selain berdoa, amalan yang dapat menghindarkan kita dari bencana dan wabah adalah sedekah. Dalam kondisi bencana dan wabah, sedekah dapat membantu sesama yang sedang kesulitan. Membantu mereka untuk bangkit menghadapi musibah yang sedang terjadi.

Dengan sedekah, semua orang saling bekerja sama untuk mengatasi bala’ yang datang. Sedekah juga menjadi amalan tolak bala’. Nabi SAW pernah bersabda: “Obatilah orang-orang yang sakit dari kalian dengan sedekah. Sesungguhnya sedekah itu dapat meredam murka Allah, dan menolak kematian yang buruk.” (HR. Tirmidzi).

Di masa pandemi khususnya saat PPKM ini, saatnya kita berbagi. Jangan jadi orang pelit, karena sikap demikian akan menjauhkannya dari sesamanya, jauh dari Allah, dan jauh dari surga. Sedekah kelak dapat menolong kita di yaumil akhir.

Jadilah seperti tukang parkir terhadap harta kita sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh almarhum KH. Zainudin MZ. “Tukang parkir, mobil banyak nggak sombong. Mobil pergi nggak sedih. Karena apa? Tukang parkir merasa dititipi, bukan memiliki. Karena suatu saat akan diambil Allah. Sang Pemilik Hakiki.”

Selanjutnya kita jangan terlalu takut dengan virus corona, takut mati tertular corona, karena kalau sudah waktunya, ya mati juga meski di dalam rumah. Akan tetapi, jangan juga terlalu berani dengan virus corona.

Kita lihat para mujahid zaman dulu yang memang menyongsong kematian—tidak takut meski dihujani panah-panah musuh dalam peperangan. Kok bisa? Bisa, karena mereka yakin bahwa panah-panah tersebut sudah ada nama-nama siapa yang bakal jadi sasaran, tetapi mereka juga menggunakan tameng perisai, baju perang, dan pedang/tombak sebagai ikhtiar menjaga dan melindungi diri.

Terakhir, tetaplah ikhtiar menjaga diri dan kesehatan tubuh karena hal ini merupakan bukti kita bersyukur dan menjaga amanah Allah terhadap tubuh kita, keluarga kita, dan lingkungan kita. Semoga pandemi Covid-19 ini segera berakhir. Aamiin.

Editor: Nirwansyah

Ilustrasi: Okezone Nasional