Pandemi COVID-19 adalah sebuah virus yang diklaim oleh ahli kesehatan sebagai virus yang benar-benar baru. Namun mewabahnya virus sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu. Dengan menengok sejarah, manusia bisa merefleksikan diri dan mengamati bagaimana virus itu bermula dan juga berakhir. Apa saja sih virus yang pernah mewabah sebelum pandemi covid-19 ini? Let’s check this out!
1. Cacar (smallpox)
Penyakit ini disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menyebar secara aerogen (lewat udara). Pada tahun 1644, Batavia (Jakarta) menjadi titik awal mewabahnya cacar (smallpox). Kemudian virus itu mewabah di seluruh Hindia Belanda (Nusantara) pada tahun 1846. Pemerintah kolonial saat itu, Dr. Willem Boach, kepada Dinas Kesehatan Militer mengambil berbagai tindakan untuk menananganinya. Salah satunya dengan membuka sekolah dokter Jawa pada tahun 1 Januari 1851 yang dikhususkan untuk penduduk pribumi. Virus ini berakhir setelah ditemukan vaksin pada tahun 1926.
2. Muntah berak / muntaber (Cholera Asiatica)
Menginjak awal abad ke-19, Cholera Asiatica (muntaber) mewabah pertama kali di Hindia Belanda tahun 1823. Gejala muntaber ini adalah muntah-muntah dan buang air besar yang sangat hebat. Jika tidak mendapat penanganan selama beberapa jam, akan berakibat kematian. Disebutkan bahwa wabah itu telah menewaskan 160 jiwa pada saat pertama kali wabah itu menyebar. Virus yang menyebar pada musim kemarau ini meledak hingga ke beberapa negara seperti India, Srilanka, Burma, Thailand, negara-negara di Eropa, dan Amerika. Kemudian pada tahun 1852-1859, pandemi ini menyebar lebih luas hingga hampir ke seluruh dunia.
3. Flu Spanyol
Flu yang berkembang pada awal abad ke-20 (1918) ini disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H1N1. Flu ini dikenal sebagai flu yang paling mematikan sepanjang sejarah. Seluruh dataran Eropa, Amerika, Afrika, Asia dan Australia terkena dampak virus ini dan menyebar di Indonesia pada tahun 1917-1920. Dilansir dari website sejarah (historia.id), jumlah korban flu Spanyol mencapai sekitar 60 persen populasi dunia (satu miliar orang). Saking dahsyatnya, virologis asal Amerika Serikat, Jeffery Taubenberger menyebut Flu Spanyol sebagai “The Mother of All Pandemics”. Virus ini cepat menular dikarenakan udara menjadi perantara virus.
4. Pes
Virus yang disebabkan oleh enterobakteria yersin pestis ini menyebar di hampir menewaskan sepertiga penduduk Eropa pada masa abad ke-14 hingga virus ini dikenal dengan “Black Death.” Gejala penyakit ini ditandai dengan bagian tubuh yang menghitam, pendarahan, diare, nyeri perut, muntah, lemas, dan demam. Virus ini dibawa disebarkan melalui tikus. Penyakit Pes memiliki beberapa jenis, yaitu bubonic pes, pneumonic pes, dan sepricemic pes. Wabah ini menyebar dalam tiga fase, yaitu 1910-1919, 1919-1928, dan 1930-1934. Di Indonesia, tepatnya di pulau Jawa, virus ini menyebar pada akhir tahun 1910 sampai 1952. Orang nusantara menangani virus ini dengan berobat ke dukun dan kiai karena pada waktu itu alat-alat kesehatan masih sangat minim. Virus ini telah menewaskan sekitar 240.000 orang Indonesia.
5. Malaria
Penyakit yang ditularkan nyamuk ini disebabkan oleh protozoa parasite dalam tipe plasmodium. Pada tahun 1733 telah mewabah di Batavia (Jakarta). Gejala awal orang yang terinfeksi malaria adalah demam, kelelahan, muntah, dan sakit kepala. gejala ini akan terasa setelah 15 hari dari gigitan nyamuk. Gejala ini semakin serius dengan ditandai kulit kuning, kejang, koma, hingga berujung kematian. Penyakit ini tersebar luas di negara-negara khatulistiwa, termasuk di antaranya adalah Afrika sub-sahara, Asia, dan Amerika Latin dan menyebabkan 214 juta kasus malaria di seluruh dunia.
Dengan mengetahui sejarah virus yang menyebar sepanjang sejarah akan membuka cakrawala kita mengenai bahaya wabah virus, sekaligus tetap optimis bahwa setiap wabah pasti berakhir. Refleksi sejarah akan mengantarkan kita untuk senantiasa bersyukur bahwa pandemi covid-19 bukanlah peristiwa baru di muka bumi ini. Marilah menjadi milenial yang melek sejarah supaya tidak kagetan dan tidak cepat panik.
Penulis: Firdan Fadlan Sidik
Comments