Serangkaian tindakan untuk menyuarakan, mendefinisikan, mengangkat dan membangun kesetaraan gender dalam lingkup politik, ekonomi serta sosial tidaklah pernah usai. Karena sebetulnya, sebuah gerakan yang mengusung semangat membara untuk mewujudkan utuhnya keadilan sesama, tetaplah membutuhkan perjalanan dan perjuangan panjang serta habis-habisan. Kita perlu memulai dengan mengayomi kesamaan.
Kita proklamasikan kerja keras fisik untuk membela, tetapi kerja keras pikiran harus bekerja berkali-kali lipat dari semestinya. Untuk itulah mengapa sebuah kesetaraan itu mahal harganya. Karena kesetaraan adalah memenuhi, bukan sekadar melengkapi atau membuat keduanya tampak sama.
Hidup membutuhkan prinsip untuk jalan baiknya. Kemudian prinsip melahirkan konsep ysng membutuhkan praktik untuk segala tindak dan aksi nyatanya. Apa yang bisa kita buktikan sebagai aksi nyata bukanlah produk instan yang bisa menuntaskan masalah tumpang tindihnya kesetaraan gender. Ingat, aksi nyata seharusnya dialihfungsikan sebagai produk untuk mempersiapkan dan membentuk mindset individu supaya lebih peka dan terbuka terhadap hak perempuan maupun laki-laki. Sebab, kesetaraan tidak berpihak, tidak memisah dan tidak memecah belah. Itulah yang selanjutnya akan kita bahas lebih lanjut disini.
Pertanyaanya adalah “Mengapa setiap individu selalu memiliki angka untuk menilai lebih rendah dan lebih tInggi?” atau “Mengapa setiap individu sewaktu-waktu sangat membutuhkan adanya kesamaan?”. Kenyataanya adalah semua itu termasuk bagian dari mengayomi. Mereka yang menilai lebih rendah atau mereka yang menilai lebih tinggi adalah mereka yang sama-sama sedang mengadili dirinya sendiri.
Tetapi ini tetap tidak bisa disalahkan, karena setiap individu telah memiliki hak mutlak (HAM) untuk berpendapat sesuai dengan apa yang mereka pikirkan. Dan jika disandingkan dengan kesetaraan, ini justru menimbulkan pertanyaan besar dan tentunya mengandung konteks berbeda. Menilai adalah beropini. Menyetarakan adalah kewajiban. Kewajiban yang sayangnya belum sepenuhnya diperhatikan.
Perselisihan mengenai kesetaraan gender biasanya tidak jauh dari beberapa daftar hal tak nyaman yang menyapa banyak kaum perempuan. Semua ini bisa dirubah. Segala perbedaan peran tiap-tiap individu harusnya bisa melindungi kesamaan-nya bukan? Ya.
Inilah mengapa aksi nyata sangat perlu digalang penuh dengan totalitas yang ikhlas. Setiap tindakan yang menyuarakan kesetaraan sangat memerlukan kepekaan pikiran. Buang jauh-jauh mindset yang membuatmu berpikir bahwa perempuan tidak bisa menjadi aparatur yang memajukan negara dan membentukmu berpikir bahwa laki-laki terlalu serigala untuk semua kesanggupan. Perbedaan selalu memiliki cela untuk tetap berkobar dan berguna. Perempuan tidak melulu harus memasak dan Laki-laki tidak selalu harus berkarir. Coba buka semua jendela di pori-pori otakmu. Kenali peluangnya!
Kita ini gerakan akar pohon. Kita mempunyai kuasa untuk kuat menyetarakan dengan rentetan aksi nyata yang muncul dari pola pikir kita yang sudah terketuk. Aksi nyata sebagai upaya untuk mengubahnya termasuk dalam memerangi stereotip gender serta berusaha membangun peluang pendidikan dan profesional yang setara. Jika selama ini kita merasa terundung, maka buka mata dan topeng kalian. Hak nyata kita adalah bebas. Tampil sebebas-bebasnya.
Kita bisa memulai aksi nyata dengan melakukan beberapa langkah berikut:
Pertama, membangun kesetaraan gender dapat dilakukan dengan mendidik diri tentang hakikat kesetaraan. Kedua, jadilah kreatif. Sampaikanlah artikel atau karya lain untuk menyuarakan masalah sosial dengan dalih untuk menciptakan lingkaran memahami bukan mengucilkan.
Ketiga, lawan segala bentuk diskriminasi yang beralaskan perbedaan gender.Ingatkan bahwa hal itu tidak benar. Keempat, dukung dan gandeng teman-temanmu untuk berdiri sebagai suaranya. Jika selama ini mereka merasa tersisih karena gender, bangunkan dia! Lepaskan penatnya, ajaklah untuk berekspresi bebas dan melangkah sejalan, saling membersamai.
Sebarkan pesan bahagia ketika kamu berhasil membuka tabir besar yang selama ini terlalu rapat menutup semua pintu dan dindingnya. Karena kesetaraan milik semua. Ayomi kesamaan, dekap hangat kesetaraan.
Oleh: Nabila Shilla S
*) Artikel ini merupakan peserta Collaboration Project on Writing Challenge hasil kolaborasi Milenialis dengan Puan Melawan, Its Girl’s Time, dan Kuntum
Comments