Kemarin lusa, dadakan saya akhirnya memutuskan untuk mengunjungi Artjog pada jam sesi terakhir (jam 19.00-21.00). Artjog tahun ini mengangkat tema yang bernuansa terapi, yang berpotensi memunculkan potensi terapik seni, yaitu: Resilience (Resilensi).

Mengutip dari teks kuratorial Artjog, ‘Resilensi’ ialah kemampuan seseorang untuk memulihkan diri, setelah melampaui pengalaman yang sulit, sepeti stress, trauma, atau bahkan mengalami tragedi di dalam hidupnya.

Percaya ngga percaya, seni memang memiliki kemampuan terapetik, baik untuk kreator maupun apresiator. Berkarya seni adalah soal perasaan dan persepsi seseorang terhadap suatu peristiwa, individu, atau pengalaman hidup, yang mengajak keterlibatan untuk masuk ke dalamnya, dan memberikan pengalaman estetik, pun empatik.

Dalam Artjog kali ini, kita diajak untuk merespons karya seni dan fenomena pandemi yang terepresentasikan melalui karya seni sehingga berkontribusi pada resonansi rasa, resonansi empatik, yang hadir melalui inisiasi dialog interpretatif ketika melihat dan merasakan karya.

Disambut dengan karya Murakabi Movement, “Tembang Laras Murakabi.” yang berhasil membuat terpana dan seakan terhipnotis dengan aroma lokalitasnya. Karya yang mengajak kita untuk melihat lalu, kini, dan nanti. Melihat, lalu merangkai kelak atau melihat kelak, merangkai kini.

Pun karya-karya seniman lain yang melalui elemen artistiknya, memberikan semacam efek ketidaksadaran, dan memberi peluang terjadinya terapi seni psikodinamik. Yang semoga mampu mengajak masalah, beban, pikiran yang menganggu untuk keluar, enyah, hempas, atau setidaknya membuka opsi untuk penyelesaiannya.

.

Artjog tahun ini juga sangat-sangat berbeda. Tersedia dalam metode daring maupun luring. Untuk Artjog luring sendiri, setiap harinya hanya tersedia kuota sebanyak 60 orang dan digelar di museum JNM yang beralamat di Jl. Prof. DR. Ki Amri Yahya, Pakuncen, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sementara itu untuk pameran daring, bisa mendaftar di www.artjog.co atau untuk keterangan lebih jelasnya, bisa dicek langsung pada akun @artjog.id di instagram.

Lebih lanjut dengan kebijakan tersebut, justru lebih menciptakan lingkungan inklusif untuk pengunjung. Hanya orang yang benar-benar mau dan menyempatkan untuk menerapi diri dengan karya-karya di Artjog.

Sebelum tanggal 10 Oktober, kamu masih punya kesempatan untuk hadir secara daring, maupun luring. Jadi jangan sampai menyesal, dan rasakan sendiri energi positif dan terapi psikodinamik yang disuguhkan Artjog Resilience 2020 .