Kisah perjuangan seorang anak terakhir.
Saya lahir dari keluarga yang harmonis dan bahagia. Ayah saya seorang yang pekerja keras dan ibu seorang yang sabar dalam membesarkan anaknya. Saya adalah anak terakhir dari 4 bersaudara yang pasti menjadi kesayangan orang tua.
Dalam perjalanan waktu yang telah berlalu, ketika kakak saya yang ketiga sudah lulus sekolah. Disitu saya merasa bahwa anak terakhir masih sekolah yang pasti menjadi harapan terakhir keluarga. Dari ketiga kakak saya, semua langsung bekerja dan anak terakhir diharapkan untuk berkuliah oleh kedua orang tua.
Tetapi ada hal yang saya tak diharapkan, akhirnya kejadian juga. Ketika saya di pertengahan kelas 3 SMP, ayah saya meninggalkan keluarga hanya karena terlilit banyak hutang yang mengakibatkan orang-orang yang dipinjam terus meminta uangnya dikembalikan. Tetapi ayah lebih memilih pergi jauh dan meninggalkan keluarga hanya karena tidak bisa membayar hutang.
Dari kejadian tersebut, saya dan keluarga merasa sedih dan kecewa atas perlakuan yang dilakukan oleh ayah karena tugas menjadi tulang punggung keluarga ditinggalkan. Ayah saya dapat dibilang tidak dapat bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat. Maka dari itu, kakak saya yang laki-laki menjadi pengganti tulang punggung keluarga dan rela bekerja lebih keras lagi agar keuangan keluarga kembali normal.
Setelah sekian lama ayah saya menghilang, ternyata dia kembali pada tempat dimana ia dilahirkan. Disitu keluarga merasa senang dan rasa kecewa mulai hilang karena posisi ayah saya sudah diketahui. Tetapi ayah saya tetapi tidak berani kembali ke rumah ibu , karena kalau dia belum bisa bayar hutang akan terus dicari orang untuk segera membayar dan pasti akan dihabisi.
Dari kejadian tersebut, setelah saya tamat SMA. Saya merasa bingung, karena posisi menjadi anak dan harapan terakhir keluarga diusahakan untuk kuliah. Setelah saya berpikir-pikir, untuk tetap memutuskan berkuliah agar bisa menjadi anak terakhir yang dapat dibanggakan.
Cita-cita saya yaitu sebagai guru yang profesional yang bisa mengajarkan putra-putri bangsa agar lebih baik kedepannya dalam pendidikan maupun tingkah laku nya. Saya memutuskan untuk mengambil jurusan pendidikan matematika atau pendidikan kimia di Universitas Sebelas Maret. Karena saya suka berhitung, maka dari itu mau mengembangkan skill tersebut.
Kadang saya sedang belajar suka kepikiran, “Bagaimana ya saya nanti kuliah, siapa yang mau membayar, apa saya hanya menjadi beban keluarga saja”. Setiap saya belajar pasti suka berpikir seperti itu sampai fokus saya belajar hilang dan merasa menjadi tidak semangat belajar lagi hanya karena takut menjadi beban saja.
Ketika jadwal ujian saya semakin mendekat, disitu saya overthinking, karena saya sendiri belum ada persiapan matang. Tiba hari ujian, saya pasrah kepada Allah SWT dan ibu saya khususnya semoga dipermudah semuanya.
Setelah ujian, saya masih merasa overthinking karena takut tidak lolos dan harus ikut ujian mandiri. Pada ujian mandiri terdapat uang pangkal yang harus dibayarkan apabila lolos. Dimana uang pangkal untuk jurusan pendidikan minimal 10 juta, disitu saya merasa bingung dan takut yang akan menambah beban bagi keluarga.
Pada tanggal 14 Juni 2021 jam 15.00, tepat dimana pengumuman ujian. Saya merasa takut dan overthinking tidak berhenti-henti karena takut tidak keterima. Posisi dimana saya membuka pengumuman bersama ibu saya yang pasti berharap anak nya keterima.
Akhirnya saya memberanikan diri untuk membuka pengumuman bersama ibu. Alhasil, Alhamdulillah saya keterima di pilihan kedua yaitu pendidikan kimia. Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT dan mengucapkan terima kepada ibu saya yang mendukung serta mendoakan anaknya agar bisa lolos untuk kuliah.
Setelah keterima, saya ikut seleksi KIP kuliah. Dimana untuk saya dapat bantuan buat uang kuliah agar tidak membebani keluarga. Setelah penentuan UKT awal, saya terkejut dapat UKT gol 3 sekitar 4,5 juta dan itu membuat pikiran saya bercampur aduk, karena takut tidak lolos KIP kuliah.
Setelah menunggu pengumuman seleksi KIP kuliah. Alhasil, Alhamdulillah saya lolos, saya sangat bersyukur kepada Allah SWT yang sudah memberikan kemudahan bagi saya untuk kuliah dan menjadi orang sukses nantinya. Serta saya memberitahu ibu, kalau saya lolos KIP kuliah, dia merasa senang karena anaknya bisa tetap kuliah kedepannya.
Saya merasa sangat beruntung dan bersyukur atas nikmat yang sudah diberikan kepada Allah SWT. Serta juga doa ibu saya, yang mendoakan anak terakhir untuk bisa kuliah dan Alhamdulillah dikabulkan oleh Allah SWT. Dengan begitu saya merasa tidak membebani keluarga karena bisa kuliah dengan bantuan beasiswa KIP kuliah serta bisa menjadi harapan keluarga yang terakhir.
Pada intinya, kita harus tetap berusaha dan serahkan hasilnya kepada Allah SWT. Karena yang mengatur kita dan menentukan tujuan yang baik adalah beliau. Tetap berprasangka baik kepada kehidupan yang terjadi maka dapat hasil yang kita sesuaikan.
Editor : Hiz
Foto : Pexels
Comments