Baru-baru ini saya baca berita tentang pelatihan senyum di Jepang. Ternyata di negeri matahari terbit sedang ramai pelatihan tersebut. Latar belakang dibuatnya pelatihan ini adalah banyak penduduk Jepang yang telah terbiasa menggunakan masker selama pandemi covid-19 yang berlangsung kurang lebih tiga tahun. Sehingga penduduk di sana jarang menggunakan otot wajah untuk senyum.

Meskipun terdengar sepele, pelatihan senyum di Jepang nggak murah. Dilansir dari narasi.tv, biaya yang harus dikeluarkan peserta untuk satu kali pertemuan pelatihan tersebut adalah 7.700 yen. Atau, kalau dirupiahkan sekitar Rp. 819 ribu. Sebagai perbandingan, orang yang digaji dengan UMK Kab. Gunung Kidul, hanya mampu membayar dua kali latihan senyum tersebut dalam sebulan dengan gajinya.

Mungkin bagi mayoritas orang, pelatihan senyum terlihat remeh. Bahkan nggak begitu penting. Akan tetapi, bagi orang seperti saya yang ekspresinya datar dan tak terbiasa atau jarang senyum, kayaknya pelatihan itu bisa bermanfaat.

Sering Dianggap Kurang Ramah

Saling sapa sudah jadi kebiasaan orang Indonesia ketika bertemu. Baik yang saling mengenal atau pun tidak. Saya juga termasuk individu yang menerapkan kebiasaan tersebut. Saya sering menyapa orang lain yang saya kenal di berbagai tempat seperti pasar, jalan dan toko retail modern.

Apesnya, meskipun suka menyapa, tetap saja ada yang bilang saya kurang ramah. Omongan tersebut saya tahu dari beberapa teman dekat. Walaupun omongan itu berasal dari orang yang mengenal dari kulitnya saja. Tapi, kadang bikin overthinking.

Alasan saya dibilang kurang ramah karena ketika bertemu orang lain, saya jarang melempar senyum. Memang cara saya menyapa ketika bertemu orang dengan menganggukkan kepala sambil membungkukkan badan. Kadang disertai dengan senyum. Tapi, lebih sering tidak sambil tersenyum.

Ketika Difoto Sulit Menampilkan Rona Bahagia

Saya masih ingat betul momen ini. Ketika saya melangsungkan prosesi tunangan dengan istri, kami menyewa jasa fotografer. Untuk mengabadikan salah satu momen paling berharga dalam hidup kami berdua.

Di momen tunangan tersebut, fotografer beberapa kali mengingatkan saya untuk senyum. Sebab saat itu adalah momen bahagia. Tapi, karena pada dasarnya muka saya ekspresinya datar, rona bahagia kurang kentara dari sudut pandang fotografer. Semoga fotografer itu nggak berpikir alasan saya jarang senyum karena modal pernikahan yang waktu itu sudah di depan mata belum terkumpul.

Nggak Pede Foto sambil Senyum

Ketika orang lain kerap membagikan foto sambil tersenyum lepas atau tertawa kecil di medsos. Saya malah sebaliknya. Saya nyaris nggak pernah menampilkan foto seperti itu di medsos. Kalaupun ada, masih bisa dihitung jari.

Soalnya, saya merasa nggak pede foto sambil senyum. Muka saya yang seperti mas-mas biasa ini makin medioker ketika ditambah senyum tipis. Apalagi kalau ditambah senyum lepas atau tertawa kecil, nggak seperti ekspresi muka saya sehari-hari.

Biang Keladi Take Ulang Wefie

Pernah nggak kalian punya rekan kantor yang ekspresinya datar setiap foto bersama atau wefie saat acara outing kantor? kalau punya, saya sama dengan teman kalian itu. Setiap foto bersama/wefie, ekspresi saya selalu datar. Padahal rekan sejawat yang lain menampilkan ekspresi bahagia. Gara-gara ekspresi datar saya, bikin foto bersama/wefie harus ditake ulang beberapa kali.

Dianggap Dingin dan Cuek

Waktu kuliah dulu, saya sempat aktif di beberapa ormawa. Di ormawa, saya bukan tipe senior yang bisa merangkul seluruh kader. Saya hanya dekat dengan beberapa kader saja. Itu pun mayoritas laki-laki.

Selama aktif di ormawa, saya sering dinasehati senior atau teman angkatan untuk rajin mengayomi kader. Nasihat itu disebabkan oleh anggapan junior terhadap saya. Banyak junior, khususnya perempuan, menganggap saya dingin dan cuek. Cuma gara-gara ekspresi saya datar, jarang senyum dan sering menyendiri.

Orang Lain Sungkan untuk Minta Tolong

Karena ekspresi muka saya yang datar ini dianggap kurang ramah, membuat banyak orang sungkan untuk minta tolong. Mungkin orang lain takut atau nggak enak jika harus meminta tolong ke saya. Ditambah saya juga jarang minta tolong ke orang lain. Dan, nggak pernah menawarkan bantuan tanpa diminta.

Begitu sekiranya nestapa jadi orang yang memiliki ekspresi datar. Kayaknya kalau ada pelatihan senyum di Indonesia, saya minat untuk ikut. Minimal hasilnya bisa bikin ekspresi saya nggak terlalu datar lagi seperti saat ini.

Editor: Assalimi

Gambar: Pexels