Hal pertama apa sih yang terbayang di benak kita jika mendengar kata ‘Overthinking’? Sering tidak setiap malam sebelum tidur kita memikirkan banyak hal dahulu? Menerka-nerka sesuatu, membandingkan sesuatu, hingga pada puncaknya sulit tidur, dan malah stres sendiri. Isi kepala yang ada, seolah bercengkrama satu sama lain, melahirkan kecemasan, dan pikiran negatif. Yang sebenarnya hal itu sama sekali tidak penting!

Menurut Ratna Widia sendiri. Dalam bukunya yang berjudul “You Are Overthinking” ada setidaknya 4 hal yang membuat seseorang atau kita merasakan overthinking. Apa saja sih hal tersebut? Mari bahas satu per satu.

TRAUMA MASA LALU

Dibuntuti bayang-bayang masa lalu agaknya memang sedikit mengerikan. Kegagalan yang pernah terjadi di masa lalu, kadang masih saja mempengaruhi perilaku kita di masa sekarang dan masa depan. Kita seperti dikejar-kejar bayangan hitam yang memanipulasi diri. Seperti misalnya saat kita mengikuti suatu kompetisi menulis, karena trauma atau kegagalan yang terjadi di masa lalu, di mana tulisan kita tersebut dikritik habis-habisan bahkan tidak menang. Ternyata dapat sangat mempengaruhi kita saat ingin lagi mengikuti suatu kompetisi menulis. 

Bayangan hitam atau black shadow yang ada memanipulasi otak kita dengan sangat manis. Yang mana sebenarnya jika dilihat dari  luar, kita berpikir baik ingin mengecek kembali tulisan kita sebelum diikutkan kompetisi, mengkritisinya dahulu, menimbang, apakah tulisan tersebut layak atau tidak. Tetapi malah menjadi bibit-bibit overthinking. Otak kita dimanipulasi untuk panik duluan, tidak percaya pada sesuatu yang kita perbuat, hingga melahirkan overthinking.

MANIPULASI AUTOMATIC THOUGHT

Pernah tidak saat kumpul bertiga, salah satu teman anda membisiki yang satu dengan suara yang sangat pelan, dia hanya membisiki teman anda tanpa membisiki anda juga. Hal pertama apa yang akan kita pikirkan jika mengalami hal tersebut? Apakah “Ah, pasti dia sedang membicarakan aku. Aku kenapa yah? Apa ada sesuatu yang aneh dariku?”. Nah, hal inilah yang dinamakan Automatic Though, atau pikiran otomatis. 

Sifat Automatic Thought ini ternyata sangat unik, ia ibarat sebuah koin, yang memiliki dua sisi yang berbeda. Dan masing-masing punya peluang yang sama untuk muncul. yaitu Automatic Thought yang mengarah ke pikiran positif atau Automatic Thought yang mengarah ke pikiran negatif. Tapi, kadang kala justru pemikiran negatiflah yang dominan, sehingga memunculkan overthinking. 

“Automatic thought ini perlu dikelola karena dapat mempengaruhi emosi dan tingkah laku jika muaranya jelas-jelas melahirkan pemikiran positif dan negatif. Automatic thought memang dapat mengarah pada pikiran positif, namun pikiran negatif mayoritas selalu menang. Pikiran negatif ini yang memanipulasi akal sehat manusia sehingga mengundang overthinking”-Ratna Widia.

LINGKUNGAN

Lingkungan, menjadi salah satu faktor juga yang mempengaruhi overthinking. Sebab lingkunganlah yang menjadi tempat tumbuh kita. Lingkungan turut mempengaruhi pola pikir kita. Lingkungan yang memberikan dorongan dan motivasi akan melahirkan nilai-nilai positif dalam diri. Membangun kepercayaan dan rasa optimisme. Sedangkan lingkungan yang senantiasa memberikan komentar negatif kepada kita, cenderung membuat kita insecure, dan justru menjadi cikal bakal overthinking. 

Bisikan-bisikan negatif yang kadangkala menyusup ke telinga kita membuat diri kehilangan semangat dan merasa terkucilkan. Membuat pikiran-pikiran buruk perlahan menguasai diri. Ini tidak baik, jika mungkin lingkungan kita buruk. Mengapa tidak kita yang membuatnya menjadi lebih baik? Hilangkan perspektif negatif itu, bangunlah hal-hal positif disekitar. Jika bukan dari diri kita yang memulai, harus menunggu siapa dulu? Apakah harus menunggu semua overthinking dulu, tidak kan?

IMMATURE

“Kedewasaan merupakan cerminan dari cara berpikir seseorang. Semakin dewasa, seseorang akan memiliki perencanaan yang matang sebelum bertindak, tidak gegabah dalam setiap mengambil keputusan, dan memiliki manajemen kontrol yang baik atas apa yang ia lakukan”-Ratna Widia.

Kedewasaan seseorang akan mempengaruhi self control-nya. Pengendalian diri yang baik, tentunya akan mampu mengontrol pikiran negatif. Otak akan merespon dengan baik, hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan secara berlebih. Ada hal-hal yang seharusnya di ‘bodo amatin’ dan ada hal-hal yang mesti dipikirkan secara matang. 

Pertanyaannya, sudah cukup dewasakah kita saat ini? Tentunya kita sendiri akan menyadari secara alami. Jika masih suka overthinking, tandanya kita belum dewasa betul. Jadi, pelan-pelan saja, sambil belajar menjadi dewasa, lebih bijak mengontrol diri, khususnya pikiran yang terlalu liar. Kalau kata Rintik Sedu “Ada banyak hal yang perlu  digapapa in”

Jadi, kamu cenderung ke yang mana nih? Semoga yang sering overthinking, perlahan bisa mengontrol pikiran negatif dan sama-sama tumbuh menjadi pribadi dewasa yang bijak menyikapi banyak hal.

Foto: ketik.unpad.ac.id

Editor: Saa