Kurang lebih 7 bulan bekerja sebagai Content Writer, agaknya pengalaman saya ini cukup menarik dibagikan. Apalagi Content Writer ini sekarang jadi salah satu pekerjaan yang cukup diminati karena berpeluang besar, mengingat perkembangan media digital yang semakin berkembang.
Tapi sebelum membahas lebih jauh mengenai pengalaman saya ini, mungkin banyak teman-teman yang belum tahu perbedaan antara Content Writer dan Copywrite. Nah, mungkin saya akan menjelaskan sedikit mengenai keduanya.
Jadi kalo Content Writer biasanya menulis artikel untuk sebuah web atau brand. Artikel yang ditulis oleh seorang Content Writer biasanya berisi informasi untuk pembacanya, makannya kebanyakan yang ditulis adalah tips, resep dan cara. Memang sih tetep ada soft selling, tapi tujuan utama kepenulisan tetap informasi yang menarik bagi pembaca.
Sedangkan bedanya dengan Copywriter tugasnya membuat tulisan bernada promosi, yang tujuannya memang agar orang lain membeli produk yang ditawarkan. Atau bisa dibilang melakukan promosi secara langsung (hard selling). Jadi memang benar-benar menyusun kalimat untuk iklan.
Enaknya Kerja Jadi Content Writer
Sebelum baca cerita yang susah-susah, kayanya lebih baik baca senengnya dulu kan ya. Nah, kali ini saya mau bahas apa sih enaknya kerja jadi seorang Content Writer? Langsung saja dari pada penasaran.
- Jadi punya wawasan yang luas
Mungkin sebagian kalian pikir ini biasa saja, jadi punya wawasan yang luas. Tapi nggak semua pekerjaan loh bisa dapat kesempatan ini. Ibarat kata, kalo kamu jadi Content Writer kamu harus belajar tiap hari, membaca tiap hari. Bagaimana wawasannya ga jadi luas?
Soalnya nih, untuk menghasilkan satu artikel tips saja misalnya, butuh riset yang paling enggak harus baca 5 atau bahkan lebih artikel sebagai sumber. Belum lagi memastikan apakah informasi yang disampaikan benar-benar valid, baca informasi soal brand/ produk yang hendak ditawarkan juga putar otak gimana caranya supaya promosi yang dilakukan tidak menganggu informasi yang hendak disampaikan pada pembaca.
Ya gitu, tiap hari pasti ada aja informasi baru yang kamu dapatkan. Kalo saya sih, karena kebanyakan nulis soal peralatan rumah tangga, mulai dari bantal, wajan hingga alat pel kayaknya bisa deh besok jadi ibu rumah tangga yang baik karena udah tahu gimana tips memilih dan menggunakannya. Hahaha.
2. Bisa kerja dimana saja
Bersyukurnya kerja jadi Content Writer adalah saya bisa kerja darimana saja. Perusahaan digital agency tempat saya bekerja menerapkan 100 persen WFH, paling hanya ada monthly report itu melalui zoom/gmeet. Jadi ga harus bertemu disuatu tempat.
Biasanya bertemu jika saya ingin mendalami soal SEO, atau hal-hal yang berkaitan dengan teknis saja, tapi ga rutin sih, paling kalo sama-sama punya waktu luang. Selebihnya saya bisa kerja dari mana saja, tergantung mood supaya idenya keluarnya.
Nah, biasanya memang kebanyakan Content Writer itu bekerjanya bisa darimana saja, karena jenis pekerjaan ini bisa disambi-sambi, jadi cocok untuk mahasiswa kaya saya, atau pun untuk ibu rumah tangga yang pengen kerja dari rumah. Kalaupun di kantor, biasanya tempat kerjanya dibuat nyaman semacam coworking space gitu, jadi ga monoton.
3. Seneng banget kalo tulisannya diposting di website klien
Saya nggak tahu kenapa, tapi setiap kali tulisan kita dimuat di website klien biasanya ada rasa senang, hm ya bisa dibilang bangga lah. Nama dipajang besar-besar di website klien, apalagi kalo kebetulan kliennya merupakan brand besar.
Ternyata nggak cuma saya sendiri yang bangga, bapak saya juga, sampai-sampai suka promosi website tersebut ke teman-temannya di kantor. Sambil nunjukin kalo ada nama anaknya disitu. Xixixixi. Kadang malu sih kalo ketemu teman bapak, karena rata-rata usah kenal saya dari cerita bapak.
Nggak Enaknya Kerja Jadi Content Writer
Kalau tadi dibahas enaknya, sekarang giliran nggak enaknya nih. Sebenarnya preferensi ga enak ini bisa kembali ke masing-masing sih, tapi kayanya ini cukup relate dirasakan sama semua Content Writer. Cus simak!
- Suka pusing dan pegel-pegel
Salah satu hal yang nggak enak dari pekerjaan sebagai Content Writer adalah jadi jompo. Badan suka pegel-pegel, dari tangan, punggung, pundak, pokoknya sebadan deh. Soalnya ya kerjanya duduk aja, ngetik dan menatap layar lebih dari 5 jam tiap hari.
Kalau saya sih, karena mungkin masih di level junir CW biasanya sehari minimal 2000 kata, jadi 2 artikel dan bisa jadi beda topik dan temanya. Satu ngomongin soal tips milih bantal, yang satu ngomongin cara transfer beda bank. Jadi ya selain pegel, suka pusing juga, tapi sih kayaknya lebih pusing senior CW yang tiap hari bisa ngerjain lebih dari 2000 kata.
Sebenernya soal pegel-pegelnya, bisa sih diatasi dengan sering-sering olahraga, tapi ya salah saya sih mager terus. Besok-besok deh olahraga, kalo inget ya hahaha.
2. Kadang klien suka rewel
Nah, ini mungkin jadi salah satu hal yang nggak enak kerja jadi Content Writer di digital agency. Ya, karena kita kerja untuk klien jadinya ya harus ikut mau mereka dong. Nggak jarang, klien minta revisi lebih dari sekali, apalagi di awal-awal pas adaptasi tuh, pasti bakalan banyak banget permintaan revisi sana sini. Jadi ya sabar-sabar pokoknya mah.
3. Dianggep pekerjaan yang gampang
Ini nih bagian yang cukup sedih, kalo saya bilang ke teman atau orang lain soal pekerjaan saya, kebanyakan pada nganggep remeh, alah nulis aja gampang. Jadi ya dianggap sebagai pekerjaan yang sepele.
Bahkan ga cuma temen, ibu saya aja ngiranya saya kerjanya mudah. Sampai kalo ditanya tetangga saya kerja apa di rumah, ibu jawabnya “Tukang ngetik.” Dikira saya jasa ketikan apa ya, tapi ya gapapalah, memang ibu saya kurang paham soal ini, jadi mau dijelaskan berkali-kali juga percuma. Biarlah ibu saya tahu saya bekerja sebagai tukang ngetik. Hehehe.
Hm kayaknya itu aja sih yang bisa saya bagikan soal pengalamannya saya jadi Content Writer di digital agency. Bagi kalian yang ingin jadi seorang CW, jangan ragu-ragu ya, dibalik ke-enggak enakannya pekerjaan sebagai CW ini menyenangkan bagi saya.
Editor: Saa
Gambar: Pexels
Comments