Dalam beberapa bulan terakhir, jagad anime dihebohkan dengan kemunculan anime baru bergenre action berjudul “Tokyo Revengers”. Intinya anime ini bercerita tentang geng anak sekolahan, mirip-mirip lah dengan Crows Zero, High & Low, dan anime atau film bergenre serupa lainnya.

Tapi yang membuat Tokyo Revengers berbeda adalah kompleksitas ceritanya yang melebihi anime/film lainnya. Tak hanya fokus pada perkelahian, tapi juga dipadukan dengan fiksi ilmiah seperti sang tokoh utama bisa melakukan perjalanan waktu untuk kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan kekasih dan juga teman-temannya.

Anime ini mulai menarik perhatian penggemar di Indonesia sejak tersiar kabar anime ini akan diangkat menjadi live action. Memang sudah banyak anime yang diangkat menjadi live action, tapi yang bikin kabar live action menjadi viral adalah kemunculan Yuki Yamada yang berperan sebagai sosok Draken, salah satu tokoh utama dalam Tokyo Revengers.

Nah, si Yuki Yamada ini punya banyak fans di Indonesia setelah tampil dalam seri High & Low sebagai Murayama, pemimpin Ouya Kouko. Jika mau dibandingkan, mungkin ketenaran Murayama ini menyaingi ketenaran Genji dari Crows Zero. Boleh setuju, boleh tidak.

Seperti biasa jika ada film atau anime baru yang akan menyaingi kepopuleran pemain lama, fans garis keras akan membanding-bandingkan, menolak, atau bahkan menghina yang baru. Dalam sebuah komentar postingan Instagram, saya membaca sebuah komentar dengan nada yang kurang sopan.

Selain menyebut Crows Zero lebih baik, dalam komentar itu juga nama Tokyo Revengers ditambahi dengan imbuhan kata kelamin laki-laki. Para penggemar Crows Zero Seolah-olah ingin menunjukkan kebenciannya terhadap anime yang sedang naik daun ini.

Di situ saya bingung, kenapa sih harus dibanding-bandingkan. Okelah masalah selera memang semua orang punya selera yang berbeda, namun seharusnya kehadiran Tokyo Revengers sudah selayaknya juga disyukuri oleh para penggemar Crows Zero, kenapa? Karena bertambah lagi tontonan yang bertemakan geng anak sekolah Jepang.

Saya adalah penggemar Crows Zero atau lebih tepatnya penggemar genre semacam ini. Ketika semua film Crows, mulai dari Crows Zero sampai Crows Explode dan juga komik Crows yang tokoh utamanya Harumichi Bouya sudah hatam saya tonton dan baca, saya nagih ingin nonon lebih banyak lagi film seperti ini.

Lalu saya tau seri High & Low yang serinya banyak sekali, saking banyaknya sampai bingung harus mulai dari mana. Seri High & Low pun akhirnya saya hatam juga, saya berusaha mencari lagi yang serupa. Sampai pada akhirnya Tokyo Revengers yang dalam pandangan saya memilik cerita yang lebih kompleks.

Ngefans terhadap sesuatu itu boleh saja, tapi jangan fanatik. Seperti kita ngefans sama sebuah film lalu karena terlalu ngefans lantas anti terhadap pendatang baru. Perbandingan-perbandingan seperti itu sebenarnya tidak perlu, jika bagus ya dinikmati, jika jelek ya tinggalkan. Sama dengan kasus Kimetsu no Yaiba yang sering dibanding-bandingkan dengan One Piece, itu perbandingan yang konyol banget sih. Sama konyolnya dengan membandingkan antara Mbape-Halland dengan Messi-Ronaldo.

Lagian wajar saja jika kita beralih ke film lain apalagi satu genre. Mau sampai kapan nonton Crow Zero terus berulang-ulang, nanti kalo Crows bikin film baru ya tinggal ditonton, gitu aja kok repot.

Dulu waktu Crow Explode baru muncul juga banyak yang menghujat karena pemeran utamanya bukan Genji lagi. Ya namanya juga cerita yang berpusat di sekolahan, pasti ada pergantian generasi lah. Lagian secara pribadi saya lebih suka sosok Kazeo daripada Genji.

Sebaiknya fans-fans fanatik lebih membuka kembali hati dan pikirannya agar bisa terus menikmati hidup dan apa yang disajikan dalam hidup. Seperti pemimpin, jika waktunya ganti ya sudah, jangan dipaksakan untuk nambah jadi tiga periode. Penggemar Crows Zero tidak perlu lah berlaku seperti pendukung fanatic kubu politik tertentu. Piss..