Pada suatu Jum’at pagi yang sendu, rumah mbah saya disambangi oleh seorang tukang pos. Pada saat itu, beliau sempat mengetuk pintu rumah mbah saya dalam satu kali ketukan lalu pergi. Mungkin tukang pos tersebut mengira bahwa tidak ada penghuninya di dalam rumah.
Pada saat tukang pos tersebut hampir pergi, saya membuka pintu. Kemudian saya bertanya kepadanya, “Bapak cari siapa, ya?” Kemudian bapak tukang pos tersebut menjawab “Saya sedang mencari Nadra, Pak”.
Tak butuh waktu lama, saya langsung mengarahkan tukang pos tersebut ke tempat yang dimaksud. Nadra sendiri merupakan nama bude saya. Tetapi saya dan lingkungan sekitar biasa memanggil Beliau dengan nama Bude Inad.
Kebetulan rumahnya berada persis di belakang rumah mbah saya. Hanya butuh beberapa langkah saja untuk mencapainya. Oleh karena itu, saya sekalian saja menunjuk rumah bude kepada tukang pos tersebut.
Sembari saya memberi arahan, tukang pos tersebut sempat bercerita “Tadi saya sudah berkeliling. Tapi tidak ada yang tahu nama Nadra”. Mendengar penuturan tersebut, saya merasa terkejut sekaligus iba.
Sepintas, kebingungan tukang pos tersebut mengingatkan saya pada satu kejadian yang nyaris serupa. Meskipun sudah terjadi sangat lama, saya masih ingat sedikit dengan kronologinya. Bukan saya yang mengalami hal tersebut, melainkan mama saya.
Pada saat itu, ada seseorang yang mencari nama Siska Rosalin. Mendengar nama tersebut, mama saya sontak kebingungan sendiri karena tidak mengenal nama tersebut. Di lingkungan rumah mbah saya, tidak ada yang dipanggil dengan nama tersebut.
Usut punya usut, ternyata Siska Rosalin merupakan nama asli atau lengkap dari salah satu tante saya. Di lingkungan keluarga mbah saya, tante saya ini sering dipanggil dengan nama Wulan. Sangat jauh kan dengan nama aslinya?
Selain Tante Wulan, ada banyak saudara-saudara yang tidak dipanggil dengan nama aslinya di lingkungan keluarga besar mbah saya. Sebut saja om saya, Erik, yang memiliki nama asli Sudirman. Lalu kakak sepupu saya, Ayi, yang memiliki nama asli Iman Soleh.
Berkaca dari apa yang saya alami, mengetahui nama asli seseorang nampaknya menjadi suatu hal yang bisa dibilang penting. Terutama terhadap tetangga maupun saudara kita sendiri.
Meskipun terkesan retjeh, mengetahui nama asli atau lengkap seseorang sebenarnya bisa membantu kita dalam beberapa situasi. Misalnya, ketika ada tukang pos maupun driver transportasi online menanyakan suatu alamat kepada kita.
Walaupun sudah ada Google Maps sekalipun, aplikasi tersebut tetap memiliki keterbatasan. Tidak semua alamat bisa ditemukan secara ‘plek’ begitu saja. Dengan demikian, metode manual alias bertanya langsung kepada orang otomatis menjadi solusi yang paling realistis.
Cara Mengenal Nama Asli Seseorang
Untuk mengetahui nama seseorang, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Bertanya secara langsung kepada empunya adalah cara yang paling praktis. Sayangnya, metode ini bisa membuat kita segan atau malu. Apalagi untuk seorang introvert seperti saya.
Di samping itu, ada metode lain yang bisa dicoba. Salah satunya adalah dengan memperhatikan undangan suatu pernikahan. Pada suatu acara pernikahan, sudah pasti nama asli atau lengkap mempelai akan dipampang dengan jelas pada media tersebut.
Selain dari undangan pernikahan, buku Yasin juga bisa menjadi sarana untuk mengetahui nama asli atau lengkap seseorang. Saya sendiri berhasil mengetahui nama asli beberapa saudara via buku Yasin yang dibagikan dalam acara tahlilan 40 hari salah satu mbah saya di Jakarta.
Pada halaman sesudah halaman nama orang yang meninggal, pihak percetakan biasanya akan mencantumkan nama-nama ahli waris atau keluarganya. Keisengan saya dalam membaca halaman nama-nama ahli waris atau keluarga mbah berhasil mengungkap beberapa nama asli dari saudara saya.
Salah satu nama asli saudara yang berhasil saya ungkap tersebut adalah nama Kak Ayi. Setelah menjadi salah satu misteri terbesar dalam kehidupan, saya akhirnya mengetahui nama aslinya. Nama aslinya adalah Iman Soleh. Sungguh nggak nyambung tapi nyata.
Di samping membantu dalam situasi tertentu, mengenal nama asli atau lengkap seseorang bisa menjadi indikator kepekaan sosial. Terutama terhadap saudara atau tetangga sekitar. Akhir kata, semoga tulisan retjeh ini bisa bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Penyunting: Halimah
Sumber gambar: Grid.id
Comments