Aristoteles menyebut manusia sebagai zoon politikon. Artinya, manusia merupakan makhluk politik yang salah satu jenisnya adalah politik murni. Interaksi antarmanusia, menurut Aristoteles merupakan relasi politik. Sebagai contoh, ketika kita hendak bermain sepak bola lalu mengajak teman untuk gabung bersama dan dia turuti ini sudah bagian dari politik. Atau contoh sederhana lainnya adalah ikhwal memilih masuknya sesuap makanan kedalam tubuh adalah bagian kecil dari politik.

Pragmatis

Menurut Harold D. Lasswell, politik adalah tentang siapa mendapat apa dengan cara bagaimana. Hemat saya, dari pandangan teoritis yang disampaikan oleh Lasswel, politik adalah seputar pelakunya, pencapaiannya dan metode yang digunakan untuk mencapai tujuan. Namun, makna politik yang kadung banyak dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat adalah perihal perebutan kekuasaaan dikalangan elitis partai politik dengan cara yang busuk.

Tak heran apabila banyak masyarakat awam yang fanatik melihat kehidupan politik saat ini. Di sisi lain, banyak contoh busuk yang di pertontonkan dalam panggung atau lingkaran kekuasaan seperti korupsi yang marak terjadi dan sudah menggurita.

Kasus korupsi yang masih segar dalam ingatan kita, ialah yang dilakukan oleh Menteri Sosial, Juliari Batubara dari fraksi PDIP, kasus suap izin ekspor benih lobster oleh Menteri KeIautan dan Perikanan, Edhy Prabowo dari fraksi Gerindra, dan banyak lagi kasus lainnya.

Hal inilah yang saya sebut dengan politik pragmatis/manipulatif. Sikap kecintaan yang di dalamnya adalah sifat paternalistik palsu yang seolah-olah bersikap kedewasaan atau sifat kebapakan yang ditumbuhkan. Namun, sikap cinta yang di pertontonkan adalah sifat yang menghancurkan setiap penonton yang menikmati.

Wajar apabila penilaian terhadap dunia perpolitikan saat ini, tingkat kepercayaan terhadap partai politik dan penguasa menjadi berkurang. Bahkan timbul sikap pesimistis dari masyarakat yang terefleksikan lewat celetukan “siapa pun pemimpinya, ya bakal gitu-gitu aja.

Politik Murni

Jika kita telaah dalam politik murni, khusunya tentang filantropi murni rasa kecintaan yang pasti saling mengasihi. Perihal makanan yang disuapkan dalam diri tahu tujuan kebermanfaatannya. Proses selektif atau memilih merupakan proses wajib yang harus ada dalam politik murni. Cinta kasih bukan perihal yang palsu untuk menipu diri apalagi teman dan bahkan masyarakat secara luas.

Politik murni adalah perihal manifestasi forma Tuhan yang diaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tertanamnya sifat malu dan kesalahan adalah entitas dari politik murni.

Segala hal kebaikan yang menjadi esensi perjalanan kehidupan manusia berlabuh pada hilir kebaikan. Bukan lagi mengenai pragmatisme yang segala sesuatunya berjalan apabila ada feedback atau timbal baliknya. Seandainya manusia bisa mengaktualisasikan dalam kehidupannya, maka mereka akan mencapai kesalehan sosial.

Editor: Nirwansyah