Bagi kalian pecinta novel bertemakan sejarah, novel yang satu ini tidak boleh kalian lewatkan. Novel ini berjudul Lingkar Tanah Lingkar Air, merupakan karya dari seorang penulis kelahiran Banyumas yaitu Ahmad Tohari. 

Karya sastranya telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, seperti Jepang, China, Belanda, Jerman, dan  Inggris. Karya-karyanya selalu mengangkat kehidupan rakyat kecil dengan seluk beluk permasalahan yang terjadi, dan ia piawai dalam mengangkat kisah tersebut. Maka tidak heran, jika bisa membuat pembaca simpati ketika membaca karyanya.

Novel Lingkar Tanah Lingkar Air berlatar perang mempertahankan kemerdekaan antara tahun 1945-1950, dan juga peristiwa pemberontakan Darul Islam (DI)/Tentara Islam Indonesia (TII). Adapun tokoh utama dalam novel ini adalah Amid.

Situasi saat itu di mana Belanda ingin kembali menguasai kembali Indonesia yang sudah merdeka, membuat banyak pemuda kampung untuk ikut serta ke gelanggang peperangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Salah satu di antara mereka adalah Amid, dan Kiram yang merupakan murid dari Kiai Ngumar.

Cerita dimulai dengan Amid yang berjalan di tengah belantara hutan jati penuh dengan kewaspadaan. Seperti karya Ahmad Tohari yang lain, penggambaran tempat dalam Novel Lingkar Tanah Lingkar Air sangat jelas, dan itulah memang salah satu ciri khas dari karya Ahmad Tohari.

Di tengah hutan jati itulah bertemu dengan Kiram, lalu mereka meneruskan perjalanan. Malam sebelumnya Amid, Kiram, dan Jun menengok Kang Suyud yang sedang sakit di rumah ilalang di Cigobang. Ketika itulah mereka disergap oleh TNI, Amid, Kiram, dan Jun berhasil melarikan diri. Sementara Kang Suyud disembunyikan.

Keesokan harinya ketika kembali ke situ semuanya telah menjadi debu. Mayat para pemilik rumah ilalang yang merupakan pencuri kayu terdiri dari 5 keluarga bergelimpangan. Kang Suyud juga ditemukan tewas. Amid, dan Kiram hanya sempat mengurus jenazah Kang Suyud, sementara mayat yang lain dengan terpaksa dibiarkan saja.

Kematian kelima keluarga tersebut membuat Amid terpukul. Dan kematian Kang Suyud membuat Amid makin kehilangan pegangan. Ia mulai ragu akan manfaat gerakan Darul Islam. 

Pernah suatu ketika Amid, Kiram, Jun, dan Kang Suyud mencegat kendaraan yang lewat di jalan raya di tengah hutan antara kota kecil Wangon dan Cilacap. Mereka berhasil mencegat sebuah jip yang dikendarai seorang letnan. Amid memberondong Letnan tersebut dengan rentetan Thompson. Pada Letnan tersebut ditemukan tasbih, dan Qur’an kecil.

Barang-barang milik letnan tersebut dibagi, Amid mendapatkan tasbih dan Qur’an kecil. Melalui benda tersebut Amid sering terbayang bayangan Letnan yang ia bunuh. Tasbih dan Qur’an tersebut selalu mengingatkan Amid, bahwa tak seharusnya menghabisi nyawa letnan tersebut.

Sebelum bergabung dengan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia merek merupakan Pasukan Hizbullah. Lama kelamaan hubungan antara Amid, Kiram dengan gurunya Kyai Ngumar semakin menjauh. Mereka lebih dekat dengan Kang Suyud yang juga merupakan kiai, tetapi lebih muda.

Pada Bulan Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Pemerintah menyerukan agar semau laskar bersenjata, termasuk Hizbullah melebur ke dalam satu wadah resmi. Terjadi juga perdebatan antara Kiai Ngumar dan Kang Suyud, di mana Kang Suyud lebih memilih Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo.

Atas anjuran Kyai Umar, Amid, Jun, dan Kiram pergi ke Kebumen untuk bergabung dengan mereka yang mau menjadi tentara. Ratusan anggota Hizbullah berhimpun di suatu tempat di rel kereta api, mereka akan diangkut menuju Purworejo untuk dilantik menjadi tentara republik. Akan tetapi justru mereka diberondong oleh rentetan tembakan dari kereta api. Pertempuran pun pecah. Pasukan Hizbullah merasa dikhianati, kemudian mereka mengundurkan diri ke Somalangu.

Pada akhirnya mereka bergabung dengan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia yang dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo. Jika kita membaca sejarah, pemberontakan ini paling lama. Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo sendiri tertangkap pada 4 Juni 1962.

Ketika mengetahui pimpinan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia tertangkap, Amid tidak sedih. Karena sebenarnya Amid merupakan orang yang sangat cinta terhadap tanah air. Kemudian Amid, Jun, dan Kiram menyerahkan diri kembali ke pangkuan republik.

Tiga tahun kemudian meletus pemberontak PKI yang dikenal dengan nama G30S/PKI (Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia). Amid, Jun, dan Kiram diminta oleh Tentara Nasional Indonesia untuk membantu menumpas pasukan komunis yang bertahan di hutan jati. Mereka kembali mengangkat senjata, tetapi kali ini atas nama Tentara Nasional Indonesia. Sesuatu yang sangat diimpikan oleh Amid, bertempur dengan semangat jihad untuk Republik Indonesia.

Alur dalam Novel Lingkar Tanah Lingkar Air ini alurnya adalah alur campuran. Penggambaran latar tempat, dan latar suasana sangat jelas. Meskipun penggambaran latar waktu tidak begitu jelas, dengan artian tidak disebutkan waktunya secara spesifik. Novel ini pertama kali diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2015, dan pernah diterbitkan oleh Republika (cerita bersambung) pada tahun 1990.

Pokoknya Novel Lingkar Tanah Lingkar Air wajib banget dibaca bagi kalian pecinta novel!

#LombaResensiMilenialis.id

Editor: ciqa

Gambar: Google