Sarjana pada zaman dulu bukanlah gelar yang main-main. Sebab untuk mendapatkan gelar tersebut tidaklah mudah, namun tentu hasilnya pun sebanding. Orang-orang yang lulus sarjana tidak banyak namun dunia professional benar-benar membutuhkannya. Mereka dianggap sebagai orang-orang kritis yang sangat dibuthkan peranannya untuk kemajuan perusahaan. Semua itu benar, layaknya barang berkualitas yang hanya dicetak dengan jumlah sedikit pasti diburu oleh para pembeli.

Sekarang bila kita tarik ke zaman sekarang, para freshgraduate tidak sulit ditemukan. Bisa dikatakan sarjana berhamburan di mana-mana. Maka jangan kaget bila menemukan seorang tukang bubur bergelar sarjana atau petani bergelar sarjana. Bahkan banyak sarjana yang masih menempel pada keluarga alias pengangguran. Hal tersebut bukanlah fenomena baru, semakin hari para sarjana semakin menjadi beban saja bagi negara.

kurangnya kualitas para Sarjana

Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Alasan sebenarnya sudah banyak diteliti oleh para ahli. Baik dari sektor ekonomi, lapangan kerja, pendidikan yang kurang berkualitas, kulaifikasi kerja yang semakin tinggi, mental milenilais yang rapuh, dan lain sebagainya. Namun, bila dikaji secara mendalam, penyebab terbesar adalah perbedaan yang sangat jauh antara dunia perkuliahan dan dunia professional.

Belum siap dunia kerja

Para lulusan kuliah tersebut belum siap dengan dunia kerja yang sebenarnya lantaran kurangnya praktik di lapangan. Hal ini tentu menjadi nilai negatif terhadap nilali jual mahasiswa dan pandangan perusahaan terhadap kemahiran para sarjanapu menurun. Begitulah apa yang terjadi saat ini, banyak mahasiswa yang tidak dapat dipercaya bukan hanya karena etos kerja yang kurang namun beban pekerjaan yang dilimpahkan tidak dapat ditangani dengan baik. Hal ini berdampak pada kerugian perusahaan itu sendiri karena deadline tidak terpenuhi.

Bekal yang cukup harusnya telah dikantongi selama belajar di perkualiahan. Mahasiswa tidak melulu hanya mengkaji teori yang sebenarnya teori tersebut mengambil dari fakta yang ada. Kenyataan dan realita yang sebenarnyalah kehidupan itu sendiri, semua harus dialami dan dicari pengalamannya. Bagaimana seseorang dapat dikatakan mahir mengendarai mobil bila dia tidak pernah mempraktikkannya. Sebaliknya, yang diketahui hanyalah mengetahui apa saja bagian dari mobil beserta hapal fungsinya tanpa bisa mengoperasikan.

Merekrut seorang sarjana seharusnya menjadi keuntungan karena tidak perlu penggemblengan dari awal. Development akan menjadi mudah dan cukup dengan mengenalkan visi maupun misi perusahaan saja. Tapi tampaknya keadaan saat ini sebaliknya. Oleh karena itu penyebab utama ini harus menjadi perhatian kita bersama. Bagaimana seharusnya kehadiran seorang sarjana bukanlah beban, namun sebuah keuntungan besar.

Editor: Nawa

Gambar: rendratopan.com