Mengajar itu seni—Metode soal selera—Strategi itu kreasi—media itu soal ketersediaan—dan yang hilang adalah adab.
***
Para pendidik yang mulia berkata: ”Berdiri dan agungkanlah gurumu karena kedudukan guru hampir seperti seorang utusan. Adakah engkau tahu siapa kira-kira yang lebih mulia dan agung menyamai pendidik yang membangun dan membentuk karakter manusia.
Ditanyakan kepada Raja Iskandar Dzulqarnain abad ke III sebelum masehi: Mengapa engkau begitu mengangungkan gurumu dibanding ayahmu? Iskandar Yang Agung menjawab : Ayahku yang megantarkan aku dari ketiadaan menuju alam fana ini sedangkan guruku yang mengantarkanku dari alam fana ini menuju alam yang tak berkesudahan (baqa’)
Imam Syafii bercerita : Aku sangat berhati-hati membuka lembaran kitab di hadapan guruku (Imam Malik pengarang kitab muwattha’) khawatir bunyi kitabku terdengar oleh beliau dan mengganggunya,
Imam Rabi’ murid Imam Syafii bercerita juga : Aku tidak punya kekuatan mengangkat wadah air ketika aku haus jika guruku (Imam Syafii) melihatku.
**
Pidato Mendikbud pada hari guru —Menurut saya Ini pidato terbaik—aplikatif dan visioner. Out of the box, keluar dari rutinitas dan kelaziman—yang mana sebelumnya banyak orang meragukan termasuk saya ketika Ketua Paguyuban tukang ojek itu di daulat menjadi Mendikbud. Bisa apa orang ini, kataku dalam hati. Tapi pelan-pelan akhirnya terjawab—banyak hal memang harus diubah dan orang yang ada di luar biasanya lebih jelas memandang. Harus lapang dada menerima.
Guru bukan perumus masa depan, tapi layak diberi kebebasan. Guru harus merdeka—mandiri dan punya otonomi. Guru adalah pusat episentrum pendidikan—bukan obyek atau suplemen dengan alasan murid adalah subyek belajar harus ditinjau ulang.
Guru harus diberi kemerdekaan. Kemerdekaan mengajar. Kemerdekaan berinteraksi. Kemerdekaan mengasuh. Guru itu teladan tata krama—membimbing murid menjadi manusia berbudi utama. Guru adalah peran yang tak bisa diganti oleh mesin mekanik atau buku. Tatapan mata guru pada muridnya akan membentuk peradaban masa mendatang.
***
Jika guru hanya mentransformasi ilmu dan pengetahuan, maka akan ada saat ketika guru tak lagi dibutuhkan sebab google lebih pintar dari guru. Tapi jika guru mengajarkan adab akhlaq dan moral, maka sesungguhnya google tak punya semua itu —nasehat Kyai Dimyati Rais ini patut direnungkan ditengah riuh perubahan dan globalisasi.
@nurbaniyusuf
Guru di UMM
Komunitas Padhang Makhsyar
Comments