Sebagian orang yang lulus kuliah, ada yang ingin nyantai dulu dan tidak langsung mencari pekerjaan sebagai bentuk self-reward setelah berjuang di jalan perkuliahan. Akan tetapi, sebagian yang lain juga ada yang pingin cepat-cepat dapat pekerjaan biar tidak dikira pengangguran.
Saya yang baru saja lulus memilih untuk segera mendaftar lowongan kerja yang ada. Berbagai lowongan kerja yang ada telah saya masuki. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya satu loker diterima, yaitu mengajar di salah satu sekolah dasar swasta di dekat rumah saya.
Awalnya bersyukur mendapatkannya, sebab sudah tidak pusing lagi ketika ditanya, “sekarang di mana?”, Namun ternyata hal itu menimbulkan pertanyaan lainnya. Cukupkah kehidupan saya dari pekerjaan tersebut?
Sebagai perbandingan, mengajar di desa dan kota adalah dua hal yang tidak sama. Taraf hidup masyarakat kota cenderung lebih tinggi daripada desa. Hal tersebut menjadi pertimbangan tersendiri. Meski gaji yang diterima lebih tinggi, tapi karena tidak boleh jauh dari keluarga dan berdasarkan pertimbangan lain yang telah dilakukan, akhirnya saya memutuskan untuk mengajar di desa.
Memilih mengajar di desa, memang adalah rencana sejak awal. Rencana lainnya yang tak kalah utama adalah bekerja. Tak lain karena untuk pemulihan ekonomi keluarga. Mencoba melamar kerja di beberapa loker (lowongan kerja) yang ada hingga akhirnya dapat panggilan di pekerjaan konveksi dan kurir.
Bimbang Diterima di Dua Pekerjaan Setelah Mendaftar Lowongan Kerja
Usut punya usut, dua-duanya sudah menerima saya tapi tidak jadi saya ambil karena kerjanya full time yang membuat saya harus merelakan untuk tidak mengajar.
Di sini muncul kebingungan dan kebimbangan. Apa daya ketika interview di pekerjaan konveksi, saya yang awalnya mengiyakan pekerjaan tersebut menjadi ragu karena sebab ada jam mengajar di sekolah meski hanya dua hari seminggu. Meski saya bisa saja keluar, akan tetapi ada kode etik yang tidak enak ketika harus keluar di tengah jalan, belum juga adakah pengganti saya nantinya. Sehingga saya mengurungkan hal itu dan memilih tetap mengajar.
Tak jauh berbeda dengan interview yang pertama, awalnya saya diterima di pekerjaan kurir, tapi akhirnya tidak jadi saya ambil lantaran pekerjaan kurir juga tidak bisa dikerjakan sampingan, yaitu sambil mengajar. Pekerjaan kurirnya harus fulltime. Apalagi mereka akan ada event di setiap bulannya seperti 88 (tanggal 8 bulan 8). Tentu banyak paket yang harus diantar dan akan kerepotan jika mereka menyesuaikan jadwal yang saya punya.
Kecewa dan menyesal karena terburu-buru daftar lowongan pekerjaan. Hanya bingung yang saya rasakan. Mau dagang tak punya modal, meski modal bisa pinjam, tapi khawatir tak bisa mengembalikan. Mau ikut jualan, tapi jauh-jauh tempat jualannya. Dahlah.
Melihat story teman sudah pada nyaman dengan pekerjaannya. Menambah khawatir saja diri ini tak bisa sesukses seperti teman-teman. Ah bodo amat. Mengapa saya sibuk membanding-bandingkan kehidupan dengan mereka, toh yang jalani kehidupan saya adalah saya sendiri, bukan mereka. Teringat penggalan sebuah lagu, jalan hidup kita berbeda…
Mencari Jalan Keluar
Dengan semua yang terjadi, daripada khawatir berlebihan, lebih baik tetap menjalankan pekerjaan yang ada sembari mencari-cari kerjaan sampingan sambil meningkatkan kemampuan untuk mempersiapkan ke depan supaya tidak mengulang kesalahan yang sama.
Ada banyak kerja sampingan di internet. Kita bisa mencobanya. Seperti menulis, edit video, affiliate marketer, reseller atau dropship dan lain-lain. Namun yang paling penting di awal saat menjalani kerja sampingan adalah jangan biarkan gengsi terbang menjulang, karena hanya akan menghambat talenta dan kemampuan untuk berkembang. Tentunya gaji yang didapatkan tak menentu, lha wong namanya saja kerja sampingan. Meski begitu, siapa tahu jika terus ditekuni akan menghasilkan dan bisa jadi menjadi pekerjaan tetap nantinya dengan penghasilan yang lebih menguntungkan.
Teringat ucapan Bang Aldi Taher saat di wawancara oleh salah satu stasiun TV Nasional, meski orangnya kontroversial tapi kata-katanya masuk akal. “Semua manusia di muka bumi ini bingung. Nanti nggak bingung kalau sudah di surga“.
Pilihan harus ditentukan, meski terkadang terasa salah arah. Namun hidup harus terus berjalan. Ini adalah ujian. Segala pilihan ada resiko di belakang. Tetap semangat menggapai impian dan menjadi kebanggaan orang-orang tersayang.
Editor: Ciqa
Gambar: Google
Comments