Setiap orang memiliki pilihan perannya masing-masing. Tak jarang ia menjadi multi identitas. Ada yang memang harus mengejar pendidikan, membanting tulang untuk menafkahi keluarga, menjadi ibu rumah tangga, bahkan menjadi ketiganya dilakukan sekaligus. Setiap pilihan tersebut memiliki konsekuensi yang harus ditanggung. 

Pada satu titik, identitas tersebut menjadikan individu “hidup”. Namun, ada kalanya hal ini justru menjadi beban dan problem ketika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana. Jika sudah demikian, yang terjadi hanyalah kegelisahan, cemas, takut dan khawatir akan masalah yang didera.

Padahal yang kita perlukan hanyalah rehat sejenak agar lebih tenang. Melakukan perenungan secara mendalam atas apa yang terjadi untuk menemukan jawaban tertentu. Hanya saja, terkadang hal tersebut sulit dilakukan jika situasi kurang mendukung.

Sebenarnya kita bisa mencari jalan lain untuk mencari jawaban atas problem diri kita sendiri. Memang tidak secara eksplisit, hanya saja beberapa alternatif ini bisa memberikan ketenangan dan kekuatan baru dalam menghadapi masalah. Berikut beberapa alternatifnya:

Self Talk

Apakah ketika diam, kita benar-benar diam? Diam dalam arti tidak melakukan apapun, tidak berbicara dan tidak berpikir? Tidak akan. Secara fisik kita memang diam, namun otak dan pikiran tetap bekerja.

Kita bisa berbicara dengan diri sendiri lewat pantulan cermin. Di momen ini biasanya orang akan berpikir lebih tenang, berpikir secara mendalam dan tanya-jawab dengan diri sendiri. Mempertanyakan apa yang kita resahkan, menggali segala kemungkinan jika kita mengambil beberapa pilihan. Self talk membuat kita mempertanyakan sekaligus menjawab apa yang kita inginkan. 

Mendengarkan Musik

Beberapa orang memperlakukan musik sebagai teman, hiburan dan juga media menumpahkan isi hati. Dengan melodinya yang bisa menyayat hati, musik dapat menjadi media self improvement. Akhir-akhir ini bermunculan penyanyi yang mengeluarkan single atau albumnya dengan tema healing. Katakanlah Kunto Aji dalam album Mantra-Mantra, Hindia pada album Menari dalam Bayangan dan Isyana Sarasvati di album Lexicon. 

Lirik dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi tamparan atau pengingat bagi penikmat musik. Sebagai metode healing, kita bisa menikmati alunan musiknya, merenungkan liriknya, dan menemukan jawaban-jawaban baru untuk kemudian berdamai dengan diri sendiri.

Membaca Buku 

Saya sering berhenti membaca ketika menemukan kalimat menarik. Ya, setidaknya kalimat itu menarik bagi saya. Kalimat itu membawa saya keluar dari buku, menyusuri kehidupan pribadi saya dan kemudian saya bisa melihat dari perspektif lain. Saya tidak lagi melihat sesuatu dengan perspektif sempit, deretan kata dalam buku itu yang memperluasnya. 

Buku kadangkala menjadi kunci pembuka pikiran kita. Melalui jajaran kalimat, atau cerita yang terjalin di dalamnya (jika itu buku fiksi), ia akan menuntun kita menemukan jalan lain untuk menjawab pertanyaan dalam kehidupan. Bahkan bisa jadi secara lugas jawaban yang kita cari ada di buku itu.

Salah satu buku yang tahun lalu terbilang laris adalah Nanti Kita Cerita Hari Ini karya Marcella Fp. Buku dengan tema self improvement tersebut tidak banyak membubuhkan kalimat di dalamnya. Ia hanya berisi ilustrasi dan kalimat yang kalau boleh saya bilang, cukup singkat. Namun siapa sangka kalimat singkat itulah yang sangat magis.

Menonton Film

Musik, dialog dan cerita semuanya bisa dijadikan dalam satu frame yaitu film. Film menjadi paket komplit jika kita mencari alternatif yang sempurna. Racikan yang tepat akan menjadikannya lebih unggul dibanding cara lain yang sudah diuraikan di atas.

Cukup banyak film inspiratif yang bisa dijadikan pegangan ketika terpuruk. Tidak hanya melihat sisi entertainment saja, film maker juga mempertimbangkan sisi edukasi dalam karya yang mereka produksi. Sebut saja film based on true story yang menceritakan perjalanan karir seseorang. Film yang ceritanya fiktif pun sering relate dengan kehidupan manusia kok!

Banyak hal di sekitar kita yang sebenarnya bisa menjadi solusi dari setiap problem yang ada. Hanya saja, kita terlalu menutup mata untuk melihatnya. Perspektif yang sempit dan kepekaan yang minim, membutakan jalan terang itu. Apapun yang terjadi, sebesar apapun masalah yang ada, manusia sebaiknya menciptakan ketenangan. Menjadi tenang dan menemukan kesadaran bahwa waktu lekas berlalu dan semuanya akan baik-baik saja.