Twitter merupakan platform media sosial dengan ruang isi yang relatif sempit. Hanya 280 karakter tulisan. Keterbatasan ini membuat seseorang dapat dengan mudah menciptakan kesalahpahaman dalam menulis, membaca, maupun mencerna kalimat-kalimat yang bermunculan di linimasa. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa keterampilan dalam berkomunikasi di sosial media -dalam bahasan ini khususnya adalah twitter.

Mengapa sedemikian penting? Karena kita—sebagian besar—terlalu gampang gusar, kesal, sebal, merasa terganggu, dan membenci manakala tidak mengerti sesuatu maupun saat tidak dimengerti oleh orang lain. Padahal, semampu kita menciptakan perkara, semestinya semampu itu pula kita menghadapi dan menjalaninya.

Inilah beberapa tips keterampilan yang harus kamu punya sebelum bermain twitter menurut pengalaman pribadi saya:

1. Memahami pesan sejelas-jelasnya, semaksimal mungkin

Boleh dibilang hampir semua masalah berawal dari kesalahpahaman atau kekeliruan terhadap sesuatu. Bentuknya semakin nyata bila kesalahpahaman atau kekeliruan tersebut disikapi, dilanjutkan dengan tindakan. Dari situ, masalah tercipta hingga merembet ke mana-mana. Makanya, kemampuan memahami sejelas-jelasnya merupakan landasan terpenting.

Langkah pencegahan paling dini, adalah meredakan potensi konflik. Tanpa kesalahpahaman atau kekeliruan, tidak akan muncul masalah.

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pemberi kepada penerima. Ada kesan bahwa sang pemberi pesan adalah pihak aktif (yang melakukan), sedangkan sang penerima adalah pihak yang pasif (sekadar mendapatkan). Kemampuan memahami sejatinya bersifat aktif, atau justru proaktif. Bukan sekadar membaca atau mendengar informasi dari pihak lain secara pasif, tetapi sang penerima pesan juga melakukan aktivitas berpikir, mempertimbangkan hal-hal yang diterimanya, dan mempergunakan logika dalam mengolah pesan yang diterima, sebelum akhirnya memberikan tanggapan.

Oleh karena itu, sebagai pembaca atau penerima pesan, kita harus menghindari bersikap gegabah, atau terburu-buru, atau menelan mentah-mentah informasi yang didapatkannya. . Sebab saat ini, rendahnya kemampuan memahami pesan memicu banyak pertikaian.

Caranya bisa relatif sederhana. Konfirmasi dulu jika ada tweet yang menurutmu ganjil atau aneh kebenarannya. Baca dulu sampai tuntas jika tulisannya dibuat dalam bentuk utas (thread).

2. Menyampaikan pesan dengan ringkas, cermat, dan mudah dipahami

Setelah mampu memahami tweet orang lain dengan jelas dan baik, tantangan berikutnya adalah bagaimana menulis tweet dengan jelas dan baik pula. Sehingga informasi yang diteruskan tidak berpotensi keliru serta menimbulkan kesalahpahaman.

Keterampilan ini beranjak dari kesadaran bahwa setiap orang memiliki kemampuan berpikir dan memahami yang berbeda-beda. Sangat tidak bijaksana apabila kita menggantungkan “nasib” sebuah perkara pada penangkapan dan pemahaman orang lain semata. Jangan lupa, pada saat sebuah masalah muncul akibat kekeliruan dan kesalahpahaman komunikasi, pemberi maupun penerima pesan sama-sama punya andil.

Dengan keterbatasan ruang penyampaian pesan, Twitter adalah salah satu media sosial yang pas untuk melatihnya. Pengguna berusaha menyampaikan informasi sejelas-jelasnya, selengkap-lengkapnya, secermat-cermatnya, tetapi juga seringkas-ringkasnya supaya lebih mudah dibaca, tidak terlewatkan dari perhatian, serta tak membingungkan.

Yang patut diwaspadai adalah perbedaan sudut pandang. Kita seringkali beranggapan bahwa pesan yang kita susun sudah sedemikian jelas, benar, ringkas, dan mudah dipahami. Sayangnya, realitas berkata lain. Para pembaca pesan sama sekali tidak paham, atau justru salah paham. Ujung-ujungnya berkembang menjadi masalah baru.

Itu sebabnya, sama seperti pada keterampilan pertama, proses menyusun dan menyampaikan pesan tetap memerlukan proses berpikir yang intensif, mempertimbangkan banyak faktor, serta pertukaran perspektif. “Kalau aku yang jadi dia, apa yang akan aku dengar/baca/pahami dari pesan ini?” atau berusaha memastikan dengan pertanyaan “Apakah pesan ini sudah benar-benar jelas?“

Serumit atau sesulit apa pun sebuah pesan dirumuskan, seseorang dengan keterampilan ini tetap tidak ingin gegabah atau terburu-buru menyampaikannya. Apalagi sampai dibuat jadi utas berpanjang-panjang karena tidak semua orang betah membaca lama.

3. Selalu bersikap tenang, malah bagus-bagus jadi pribadi cuek aja sekalian!

Keterampilan ini memiliki beberapa aspek, yang salah satunya justru lebih tepat ditempatkan paling pertama; dijadikan landasan sebelum berpayah-payah memahami pesan dengan benar dan sejelas-jelasnya.

A) Tenang ketika terpapar sebuah pesan, untuk kemudian dapat memutuskan apakah pesan tersebut cukup penting untuk diperhatikan, dipahami, dan ditanggapi, atau cukup dibiarkan berlalu begitu saja. Tidak semua hal perlu, patut, atau pantas.

B) Tetap tenang ketika kita, dan pesan yang kita sampaikan, disalahpahami. Lumrahnya, seseorang akan berusaha keras mengerahkan semua kemampuan untuk mengkoreksi kesalahpahaman yang terjadi. Sebab, perasaan sebagai yang salah itu tidak menyenangkan, dan tidak ada seorang pun yang mau mengalaminya.

Dengan tetap bersikap tenang, kita berkesempatan untuk mengetahui “apa kesalahpahaman yang muncul“, dan “mengapa kesalahpahaman itu muncul” dengan sejelas-jelasnya. Agar upaya koreksi dan perbaikan yang akan kita lakukan tepat sasaran, efektif, dan efisien.

C) Tetap tenang ketika kita, dan pesan yang kita sampaikan, ditanggapi negatif. Terutama tanpa dasar argumentasi yang solid. Misalnya berupa penolakan, penghinaan dan makian, serta cemoohan. Merujuk kembali kepada poin A), semua tanggapan negatif tersebut bisa kita anggap sebagai paparan pesan yang tidak penting untuk diperhatikan. Tidak usah ditanggapi lagi. Biarlah mereka bermasturbasi dengan ego sendiri. Merasa menang bertarung melawan angin.

D) Tetap tenang ketika kita, dan pesan yang kita sampaikan, ternyata salah. Dalam ketenangan, kita bisa menerima kesalahan dengan pandangan lebih jernih, lebih bertanggung jawab, dan lebih apa adanya. Menyesal, tentu saja harus. Menandakan bahwa kita sadar atas perbuatan tersebut.

Namun, rasa gusar hanya akan membuat segalanya makin terasa tidak enak, tanpa faedah apa pun terhadap kebijaksanaan dan pemahaman. Dalam ketenangan pula, kita terkondisi untuk dapat menerima ganjaran dan menjalani hukuman dengan penuh integritas. Secuil kemuliaan manusia.

Jadi, mungkin 3 langkah itu sudah cukup sebagai bekal untuk menjadi pribadi yang menyenangkan di laman twitter. Selamat mempraktikkan!