Setiap memasuki akhir tahun, sebagian besar orang akan menyusun resolusi dalam menyongsong tahun baru. Entah sejak kapan tradisi ini dimulai. Satu yang pasti, sudah sewajarnya kita semua berharap segala hal yang dirasa (lebih) baik berdatangan pada tahun mendatang.
“New year, new me.” Begitu kata sebagian orang saat membuat caption pada akun media sosialnya masing-masing.
Dalam prosesnya, sebagian orang acuh tak acuh dengan resolusi yang sudah dibuat. Dibuat dulu aja, lalu nggak dipedulikan kemudian. Entah motivasi dalam menggapai resolusi yang mengendur dalam perjalanannya atau memang kurang diniatkan sejak awal. Bahkan, tidak sedikit pula yang berpikir bahwa, resolusi itu mudah dibuat atau dilakukan, tapi sangat sulit direalisasikan. Jadi, hasilnya pun nggak maksimal.
Padahal, agar bisa menjadi nyata, resolusi itu butuh aksi. Bukan hanya kumpulan kata-kata yang dirangkum lalu dilupakan begitu saja.
Setiap tahun, saya hampir selalu membuat resolusi. Paling tidak, sekadar menyusun harapan atau tujuan yang sekiranya ingin dicapai pada periode tertentu. Ada berbagai cara dan tahapan yang saya lakukan dalam menyusun resolusi tiap tahun. Dengan harapan bahwa, kelak, khususnya pada waktu mendatang, apa yang saya inginkan terwujud. Secara perlahan, satu per satu.
Sampai dengan saat ini, saya sangat bersyukur bahwa apa yang saya harapkan pada beberapa tahun terakhir, sebagian diantaranya, berhasil dicapai. Entah memang karena keajaiban, keberuntungan/hoki, atau doa yang dikabulkan oleh Tuhan semesta alam.
Dalam psikologi, resolusi, harapan, serta tujuan, berafiliasi dengan afirmasi. Sebuah teori yang mengisyaratkan tentang penetapan, penegasan, dan pemikiran positif yang pada akhirnya mempengaruhi pola pikir, perilaku, juga kebiasaan dalam mencapai suatu tujuan. Afirmasi juga tidak bisa dipisahkan dengan niat, doa, sekaligus usaha dari setiap individu dalam mewujudkan sesuatu atau banyak hal.
Tiap kali melakukan resolusi, secara bersamaan, saya juga merasa perlu untuk berafirmasi. Harapannya, tentu saja agar segala keinginan bisa tercapai. Selain itu, ada beberapa tips yang sebetulnya perlu disertakan agar setiap resolusi bisa berproses dengan baik, namun sayangnya seringkali disepelekan oleh sebagian orang dalam mewujudkan resolusi. Berikut beberapa diantaranya.
#1 Niat dan selalu mengingat tujuan
Bagi saya, niat dalam resolusi adalah hal yang paling penting. Lantaran ketika memiliki niat yang kuat, secara tidak langsung dan tanpa disadari, akan terselip segala doa dan harapan yang diinginkan. Jika sudah punya niat yang serius, secara bersamaan pasti akan terbentuk suatu tujuan. Dan secara perlahan juga bertahap, kita pasti akan diarahkan pada tujuan-tujuan tersebut.
Jika sejak awal resolusi disusun tanpa niat yang kuat, terkesah ogah-ogahan, dan hanya sekadar formalitas, hasilnya bisa jadi nggak akan maksimal. Pada posisi ini, yang perlu dilakukan adalah mengingat tujuan.
#2 Mencatat dan membicarakan daftar resolusi
Agar bisa selalu mengingat resolusi yang ingin dicapai pada waktu mendatang, mencatat, membuat daftar, atau membicarakan apa saja hal yang ingin dilakukan dalam proses mewujudkan resolusi bisa dijadikan opsi utama. Nggak ada salahnya, kok. Nggak perlu malu. Dengan mencatat atau bercerita kepada seseorang yang bisa dipercaya, kita akan selalu fokus terhadap tujuan.
Kalaupun dalam prosesnya ternyata kita lupa, kita bisa membuka kembali catatan yang sudah disusun sebelumnya atau diingatkan oleh orang terdekat, yang sebelumnya pernah diceritakan tentang resolusi kita.
#3 Menikmati proses dan lakukan evaluasi
Tidak semua proses dalam mewujudkan resolusi yang disusun itu menyenangkan atau mudah. Ada kalanya sulit, bahkan tidak menyenangkan sama sekali. Tanpa niat yang kuat, hal ini akan terasa berat. Namun pilihan lainnya adalah menikmati setiap proses yang dilalui. Selain itu, apa pun pencapaian yang diperoleh, apakah sudah maksimal atau belum, tetap perlu diberi apresiasi. Ingat bahwa diri kita sudah berproses sekaligus berjuang untuk mencapai titik tertentu.
Jangan lupa juga untuk melakukan evaluasi. Apakah kita sudah melakukan sesuatu untuk mewujudkan resolusi yang sudah disusun? Atau malah kita belum melakukan hal apa pun sama sekali. Ini yang perlu diwaspadai. Ingin segala sesuatunya tercapai, tapi ogah-ogahan dalam mewujudkan. Jika sudah demikian, barangkali, resolusi juga ogah mendekat dengan tuannya.
Penyunting: Halimah
Sumber gambar: suara.com
Comments