Berat bagi institusi pendidikan untuk menorehkan peningkatan prestasi saat pandemi. Sebab banyak sekali aspek yang terganggu.

Universitas dan sekolah yang harus diliburkan membuat para siswanya tak bisa seutuhnya merasakan materi pendidikan belum lagi jika harus terhalang jarak serta sinyal yang tidak memungkinkan. Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJ yang mulai dimodifikasi sehingga adaptatif tidak serta merta membuat keadaan pendidikan tampak baik-baik saja.

Banyak hal yang dikhawatirkan baik dari institusi pendidikan ataupun siswa sendiri terkait PJJ berkepanjangan ini.

Dilansir dari Tirto.id, dalam jejak pendapat U-report PEKA 2, digelar 28 Agustus-4 September yang melibatkan 535 responden di 30 provinsi, ada 38% siswa takut tertinggal memahami pelajaran; 36% takut ketidakpastian hasil studi di masa depan; dan 10% kesulitan mengatur jadwal belajar. Setidaknya riset ini menunjukkan alasan mengapa kampus sulit mengalami peningkatan prestasi saat pandemi.

Lebih jauhnya lagi imbas dari PJJ berkepanjangan bisa memunculkan generasi baru yang hilang atau lost hope generation. Generasi ini adalah generasi yang mengalami kehilangan arah dan demotivasi belajar pada anak. Fenomena lost hope generation ini sejalan dengan ancaman putus sekolah yang terjadi secara global.

Berdasarkan laporan “Simulating the Potential Impacts of Covid-19 School Closures On Schooling and Learning Outcomes: A Set Of Global Estimates” oleh Bank Dunia mengutip dari Kompas.com, laporan itu menemukan bahwa telah terjadi penurunan kualitas pendidikan di seluruh dunia akibat pandemic Covid-19. Penutupan sekolah telah menurunkan nilai rata-rata ujian sebanyak 25 persen.

Peran Kampus sebagai Solusi Pembelajaran  

Apakah hal tersebut bisa dicegah oleh institusi pendidikan? Tentu saja bisa. Kesiapan universitas dalam menghadapi perubahan menjadi kunci yang dapat menjembatani persoalan mahasiswa ketika pandemi yang dapat menghasilkan prestasi. Kampus tak hanya sebagai institusi yang siap memberikan materi pembelajaran saja namun harus bisa mendengarkan mahasiswa.

Dengan kolaborasi yang baik antara universitas dengan mahasiswa, jarak sekalipun tak menghalangi peran keduannya untuk terus menorehkan prestasi. Penurunan kualitas pendidikan dapat menjadi mustahil jika tantangan tersebut dapat dihadapi bersama-sama.

Dalam menutup tahun 2020, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengeluarkan laporan tahunan atau Annual Report Outlook Kemahasiswaan 2020 sebagai catatan penting evaluasi untuk pengembangan kontribusi prestasi mahasiswa di tahun berikutnya.

Salah satu dampak secara keseluruhan dari kontribusi tersebut yakni peningkatan posisi Peningkatan Mahasiwa (Simkatmawa) Nasional UMY dari peringkat 24 ke peringkat 14 selama tahun 2020 ini. Peringkat ini semakin memperkuat posisi nomor 1 UMY diantara Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah di DIY.

Selain itu, dalam bidang penelitian terutama Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), peningkatan juga dialami oleh UMY. Jumlah proposal yang didanai pada tahun 2020 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun ini proposal yang berhasil didanai sebanyak 42 kelompok PKM. Sehingga UMY berada pada peringkat 4 didanai PKM Se-Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA).

Dalam meningkatkan kemampuan non akademik, mahasiswa terus didorong dan dibina untuk mengikuti berbagai lomba dan kejuaran baik di tingkat lokal, regional, nasional, hingga internasional.

Non akademik termasuk di antaranya adalah lomba seperti karya tulis, film, trading and business competition, debat, forum ilmiah, hingga lomba di bidang engeenering dan kesehatan. Capaian tahun 2020 mengalami peningkatan signifikan dari tiga tahun sebelumnya. Pada tahun 2019, prestasi mahasiswa (di luar kompetisi yang diselenggarakan Kemendikbud melalui Pusat Prestasi Nasional) mencapai 337 prestasi.

Diluar hal tersebut, masih banyak prestasi lain yang ditorehkan oleh mahasiswa UMY pada tahun 2020 ini seperti tracing alumni dan webinar yang digelar dalma rangka meningkatkan kualitas baik mahasiswa ataupun alumni UMY sehingga dapat bersaing di dunia kerja kelak.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta membuktikan bahwa universitas di tengah tantangan krisis global masih dapat memperdayakan para sumber daya manusianya sehingga tak tertinggal baik dalam pendidikan maupun capaian. Peningkatan prestasi saat pandemi ini tak lepas juga dari peran dosen pendamping, pembina dan pelatih yang eksistensinya harus diapresiasi setinggi-tingginya?

Apa kamu juga siap berdaya bersama UMY?

Advertorial