Pemerintah mengeluarkan larangan ngobrol saat berbuka puasa yang mengundang polemik masyarakat. Tapi sejatinya, berbuka memang dilarang ngobrol lho! Apa saja alasannya?

Lantunan merdu adzan terdengar dari toa masjid seberang jalan. Pertanda waktu sudah masuk waktu berbuka puasa bagi yang melaksanakannya.

Banyak cara untuk berbuka puasa, salah satunya adalah dengan bukber alias buka puasa bersama. Namun hal itu nampaknya akan sirna seiring keluarnya statement dari kementerian kesehatan Indonesia bahwa saat berbuka bersama dilarang untuk ngobrol.

Terus terang, statement tersebut membuat banyak netizen geram dan salah satu bentuk kegeraman itu diekpresikan lewat munculnya banya meme tentang hal tersebut.

Bagaimana bisa tidak ngobrol, namanya saja buka puasa bersama, ya jelas ngobrolnya. Kalaupun mau tidak ngobrol, ya buka puasa sendiri saja sono.

Larangan ngobrol saat bukber ini tak lain adalah bentuk kekhawatiran pemerintah karena masih dalam kondisi covid.

Meskipun begitu, kekhawatiran itu berbalik 180 derajat dengan anggapan netizen. Banyak netizen yang menganggap bahwa covid telah berakhir.

Padahal lebih sederhana dari alasan covid. Perlu diketahui bahwa larangan tersebut sejatinya untuk kebaikan bersama.

Di sini penulis mencoba untuk memaparkan 3 alasan kenapa larangan ngobrol saat bukber perlu untuk ditegaskan.

1. Tujuan

Kembali ke niat awal, bahwa buka bersama adalah untuk makan. Yaitu mengisi perut yang lapar setelah tidak makan seharian, bukan mengisi kenangan yang telah hilang #eh.

Hal ini telah menjadi fenomena bahwa bukber telah menjadi ajang untuk ngobrol sana-sini. Kemudian karena terlalu menikmatinya hingga akhirnya lupa bahwa ada makanan yang harus segera dihabiskan.

Bayangkan saja kalo kita bukber di warung maupun restoran dan makanan yang kita pesan tidak habis, tentu saja kita akan merugi karena sudah mengeluarkan biaya untuk mempersiapkan bekal buka puasa bersama itu.

Selain itu, juga akan merugi karena pahala akan berkurang. Nah, mungkin kebiasaan bukber demikian yang ingin pak mentri kesehatan hilangkan.

Bukan berarti ngobrol tidak boleh, karena tidak mungkin ketika ketemu tidak ngobrol sama sekali. Tapi ada waktunya masing-masing kok!

Jadi, jangan sampai kita mengeksploitasi waktu makan kita dengan ngobrol yang tidak ada habisnya.

2. Waktu Maghrib

Waktu berbuka puasa yang singkat, tentu menjadi alasan kuat mengapa ngobrol dilarang saat bukber. Singkatnya waktu berbuka puasa yang bersamaan dengan sholat magrib mengharuskan kita untuk segera berbuka. Karena baiknya setelah itu langsung menunaikan sholat maghrib berjamaah.

Sebab seringkali terjadi ketika berbuka puasa lama sekali untuk menghabiskan makanannya karena ngobrol yang tidak ada habisnya. Akibatnya waktu untuk sholat maghrib menjadi mundur.

Lebih parah lagi Ketika bisa saja tidak sholat maghrib. Padahal sholat magjrib itu wajib, masak yang wajib kalah dengan yang tidak wajib?

Nah loh, tambah dosa kan? Hal ini akan terjadi, jika buka bersama diisi dengan ngobrol saja dan tidak menyegerakan berbuka puasa.

3. Urgensi Ngobrol

Yang perlu ditanyakan sekarang, penting nggak sih ngobrol saat berbuka puasa? Barangkali tidak terlalu penting, maka bisa ngobrol itu kita alihkan pada kesempatan lain.

Jangan khawatir tidak ada waktu, waktu itu akan selalu ada selagi kita menyempatkannya. Di era ini sudah mudah sekali untuk komunikasi. Tidak perlu saya sebutkan satu persatu, yang baca pasti lebih tau.

Hanya saja, tinggal bagaimana mengoptimalkan alat komunikasi itu sebaik mungkin untuk ngobrol. Jadi, tidak harus ngobrol panjang lebar saat bukber, kalau di lain waktu bisa lebih leluasa.

Menikmati buka puasa dengan cara makan bersama jauh lebih nikmat daripada buka puasa bersama yang isinya cuma ngobrol saja.

Jadi, ngobrol saat buka puasa bersama boleh-boleh saja. Yang menjadikan tidak boleh itu karena kita melewatkan momen makan karena terlalu asyik ngobrol hingga akhirnya lupa bahwa waktu untuk buka puasa itu sangat singkat.

Padahal untuk ngobrol masih banyak waktu yang bisa kita gunakan selain ngobrol saat buka puasa bersama.

Sekian, semoga bermanfaat!

Editor: Lail

Gambar: Pexels