Beberapa hari yang lalu, ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadan, pemred milenialis.id ikut menyemarakkan kegiatan “Iktikaf Virtual” bareng temen-temen @ipmdiy.

Anehnya, iktikaf virtual yang tidak dilaksanakan di masjid ini juga dilakukan di waktu yang tidak biasa karena justru dilaksanakan pada malam-malam genap Ramadan. Meskipun kegiatan ini adalah trending ibadah sepanjang sepuluh hari terakhir, tetapi tetap saja banyak orang yang memprioritaskan di malam-malam ganjil, hitung-hitung sekalian berburu malam lailatulqadar. Sabar-sabar, yang tenang, jangan menganggap sesat dulu aliran orang-orang yang mengikuti aliran iktikaf virtual ini sebelum baca artikel ini sampai akhir ya.

Pengertian Iktikaf

Oke, sebelum ngobrol ngalor ngidul dan menghakimi seenak udelnya sendiri, kita bahas dulu pengertian iktikaf.  Dari segi bahasa, iktikaf merupakan kata serapan dari bahasa arab yang berasal dari akar kata ‘akafa. Kemudian mendapat imbuhan huruf menjadi i’takafa dengan masdar i’tikāfan yang memiliki arti diam (tinggal sejenak). Sedangkan secara istilah, sengaja tinggal di masjid semata-mata beribadah mengharap pahala dan Ridho Allah SWT.

Setelah membaca pengertian diatas, kalau boleh memaknai iktikaf secara esensi, iktikaf berarti kegiatan me time dengan mengkhususkan waktu untuk mengingat Allah. Tentu, dalam ajaran agama islam beberapa ritual ibadah sudah memiliki ketentuan (syariat) dalam melaksanakannya termasuk iktikaf. Akan tetapi menurut saya, apabila kita mau meminjam nama dari ibadah tersebut untuk sebuah kegiatan yang menarik saya rasa tidak masalah. Ini berarti kaitannya bukan lagi dengan syariat, tetapi dengan nama (kosakata) yang dapat mewakili maksud dari apa yang ingin kita sampaikan.

Memaknai kosa kata lewat esensi dan konteksnya

Nah, di atas juga udah dipaparkan kalau iktikaf itu udah jadi bahasa indonesia yang baku. Jadi, jangan serius-serius kalau ada yang menggunakan kosakata ini tanpa disertai syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan syariat. Siapa tau ada orang yang mau istirahat tapi bilangnya “bentar, aku mau iktikaf dulu” nggak ada salahnya karena arti iktikaf itu diam (tinggal sejenak). Nah, kadang dalam mencerna kata-kata kita harus menyesuaikan dengan konteks dan adat kebiasaan (urf) apalagi istilah-istilah syariat yang terlanjur biasa digunakan oleh masyarakat.

Contoh lainnya, misal kata imsak dalam bahasa arab berarti menahan, berhenti. Berarti, kalau udah bilang imsak harus berhenti makan dan minum. Selain itu, ternyata imsak juga udah menjadi bentuk baku dalam bahasa indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, imsak berarti saat dimulainya tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum. Padahal, dalam konteks masyarakat Indonesia imsak seringkali digunakan sebagai tanda hampir berakhirnya waktu sahur dan masih boleh menyantap makanan dan minuman selagi belum masuk waktu berkumandangnya adzan subuh. Jadi konteks katanya nggak selalu sama dengan pengertian katanya ya sob.

Tentu, kalau syarat dan ketentuan syariatnya, puasa itu dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Kebanyakan ulama menyatakan terbit fajar itu masuknya waktu subuh yang ditandai dengan adzan. Meskipun sampai hari ini masih ada banyak orang yang berbeda-beda memaknai imsak. Ada yang bilang imsak itu sebelum subuh, ada juga yang bilang imsak itu ya adzan subuh itu sendiri. Sudah-sudah, sekarang tinggal pilih saja mau memaknai imsak sebagai rambu-rambu mau adzan subuh atau sebagai berhentinya waktu makan.

Apa itu Iktikaf Virtual?

Jadi, kalau konteks istilah kegiatan “iktikaf virtual” itu maksudnya berdiam diri ikutan zoominar sambil muhasabah gitu lho guys. Sambil nginget Allah, oh begini to, oh begitu to. Mau tau apa aja isi dari kegiatan iktikaf virtual? Langsung aja pantengin instagramnya temen-temen @ipmdiy. Kalau masih nggak terima, langsung DM miminya ya guys jangan mendemo para awak kru milenialis.id. Hehehe..

Tulisan ini didesikasikan untuk teman-teman yang terlanjur serius memaknai iktikaf. Tenang, yang sesuai syariat nggak akan kandas dan tetap bakal jadi ibadah paling trending di sepuluh hari terakhir.  

Editor : Hiz