Banyak pendapat tentang enaknya tinggal di Ibu Kota, tetapi tinggal di kontrakan Jakarta itu ada juga hal nggak enaknya. Meskipun begitu saya masih tetap bersyukur, setidaknya masih ada tempat untuk berlindung dari teriknya matahari dan dinginnya angin malam. Bulan pertama tinggal di Jakarta, saya tinggal nomaden. Kadang di kontrakan tempat tinggal Paman di kawasan Tanjung Priok, kadang juga di kontrakan tempat tinggal Bapak di kawasan Kemayoran.
Alasan tidak langsung ngontrak sendiri, pertama karena belum dapat kontrakan di Ciputat, kedua nggak perlu mikirin urusan perut karena makan sudah terjamin. Ya meskipun saya harus bolak balik Tanjung Priok – Ciputat naik Trans Jakarta dan sudah tentu perjalanan itu memakan waktu lama.
Berbicara mengenai menetap di kontrakan Jakarta, kali ini saya tertarik membahas sisi ‘nggak enaknya’ nih. Berikut ini 4 hal yang bikin nggak enak tinggal di kontrakan Jakarta.
1# Sering Ngantri Kalau ke Kamar Mandi
Kalau di kontrakan yang memiliki kamar mandi sendiri sih enak, nah kalau kamar mandinya umum ya jelas nggak enak. Sudah pasti sering ngantri kalau ke kamar mandi. Untuk menghindari hal semacam ini, saya mandinya sih sebelum Subuh.
Saya juga was-was ketika buang air di kontrakan paman saya, karena kakus nya langsung ke sungai. Yang saya khawatirkan itu ketika buang air ada yang nongol dari lubang kakus. Alhasil sebelum buang air saya mengecek terlebih dahulu lubang kakus tersebut untuk memastikan benar-benar aman. Begitu juga saat buang air, saya tetap meningkatkan kewaspadaan, mata saya selalu memandang lubang kakus.
2# Airnya Tidak Bersih
Dibandingkan dengan kontrakan tempat tinggal paman, kontrakan tempat tinggal Bapak airnya tidak bersih. Usut punya usut ternyata kalau di kontrakan tempat tinggal paman itu memakai air PDAM, sementara di kontrakan tempat tinggal Bapak memakai air sumur. Air di kontrakan tempat tinggal Bapak airnya lengket, rasanya asin, baunya lumpur, warnanya pun tidak begitu jernih.
Sehingga setelah mandi bukan segar yang didapatkan, justru kulit terasa lengket dan gatal. Dengan kata lain habis mandi, tapi rasanya tidak seperti habis mandi. Oleh sebab itu ketika saya berada di kontrakan tempat tinggal Bapak, dalam satu hari hanya mandi satu kali. Sedangkan ketika berada di kontrakan Paman, dalam satu hari saya mandi 2 kali.
3# Tetangga Sekitar Tidak Begitu Ramah Terhadap Orang Asing
Baru hari pertama saya berada di kontrakan tempat tinggal Paman. Saya sudah langsung diinterogasi oleh para tetangga dan juga dimarahi oleh salah seorang tetangga. Ketika itu saya hendak mandi, oleh para tetangga yang juga sedang mengantri mandi, saya dijejali dengan beberapa pertanyaan. Mereka mengira saya itu orang asing yang hendak ikut numpang mandi. Untungnya Paman saya kebetulan lewat dan memperkenalkan kepada mereka bahwa saya ini keponakannya baru datang dari kampung.
Lalu selanjutnya ketika hendak mencuci tangan di kamar mandi, karena kebiasaan buruk sewaktu di rumah. Saya mencuci tangan langsung ke bak mandi. Nah kebetulan ada ibu-ibu yang hendak mandi melihat hal itu. Seketika itu juga saya langsung dimarahi. Saya langsung meminta maaf tetapi masih tetap dimarahi. Untungnya ada Bu Haji pemilik kontrakan, ia pun mengatakan kepada ibu-ibu tersebut agar menyudahi marah-marahnya. Serta mengatakan bahwa saya ini baru datang dari kampung, jadi wajar saja kalau salah.
4# Keamanan Barang Berharga
Bapak sering mewanti-wanti agar jangan ceroboh, misalnya ketika bepergian barang berharga jangan ditinggal. Kalau kunci pintunya kualitas super bukan kunci gembok dan di kontrakan ada yang menjaga sih tidak masalah meninggalkan barang berharga di kontrakan.
Karena memang di kontrakan tempat tinggal Bapak, maupun kontrakan tempat tinggal paman pintunya memakai kunci gembok, serta tidak ada siapa-siapa, mereka baru pulang ketika malam hari. Maka saya tidak berani bepergian meninggalkan barang berharga di kontrakan.
Demikian 4 hal yang bikin nggak enak di kontrakan Jakarta berdasarkan pengalaman saya. Ada kekurangan pasti ada kelebihannya juga kok. Mungkin ada juga kontrakan harga sultan yang menawarkan kualitas kurang lebih sesuai dengan harganya.
Foto : Pexels
Editor : Saa
Comments