Beberapa waktu lalu, saya menemukan sebuah tweet dari sebuah base literasi di Twitter. Sender dalam base tersebut mempertanyakan mengapa sebagian teman-temannya mengolok-olok dirinya hanya karena ia membeli buku preloved padahal itu bukanlah tindakan memalukan.
Membaca tweet tersebut juga membuat saya bertanya-tanya, memangnya kenapa kalau membeli buku-buku bekas? Selama masih bagus dan bisa dibaca, tentu itu nggak masalah, kan? Lagi pula, menurut saya, ada banyak keuntungan berikut yang bisa didapatkan dengan membeli buku-buku preloved:
1. Harga buku preloved murah meriah, bahkan banyak yang memberi secara gratis
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa buku-buku bekas itu harganya pasti miring, minimal setengah dari harga beli awal, bahkan terkadang malah murah banget. Karena itu, selama kondisi bukunya masih oke, bisa dibaca dan hanya cacat sedikit (mungkin ada yang sobek, kertas buku menguning, dll), maka buku tersebut tentu saja masih worth it untuk dibeli.
Kalau harus membeli buku yang masih baru dengan kondisi uang di dompet menipis, sedangkan hasrat untuk membaca buku tersebut tinggi, maka membeli buku bekas bisa jadi solusinya. Bisa hemat sekaligus memenuhi hasrat membaca untuk buku.
Selain itu, saya juga sering menemukan orang-orang yang malah dengan sukarela ingin menghibahkan bukunya untuk orang lain secara gratis, asalkan diganti ongkos kirim aja. Untung banget, kan?
2. Buku original, bukan bajakan
Banyak orang tertarik membeli buku bajakan karena harganya yang murah. Padahal, membeli buku bajakan sama halnya dengan nggak menghargai kinerja penulis yang sudah bersusah payah mengeluarkan ide-ide serta penerbit buku yang sudah menerbitkannya. Makanya, kalau uangnya nggak cukup, lebih baik membeli buku bekas saja daripada membeli buku bajakan.
Percaya atau nggak, tapi sebagian besar buku-buku preloved yang dijual itu adalah buku asli lho, original dan bukan buku bajakan. Harganya juga sama-sama murah. Terpenting, kualitas bukunya tentu saja di atas buku bajakan yang biasanya tercetak miring-miring dan menggunakan kertas buram.
3. Membantu orang lain
Di sebuah base literasi di Twitter, banyak saya temui orang-orang yang mencari pengasuh untuk buku-bukunya. Ia berniat menghibahkan buku-buku bekasnya karena beberapa alasan, seperti mengosongkan rak buku atau pindah rumah/kontrakan. Makanya, ia berniat memberikan bukunya pada orang lain. Terkadang, ada juga orang-orang yang kepepet dan terpaksa menjual koleksi buku kesayangannya karena udah nggak punya uang.
Nah, dengan membeli atau mengadopsi buku-buku preloved tersebut, tentu saja kamu sudah turut membantu mereka-mereka yang kesusahan. Jadi, nggak perlu lagi merasa gengsi kalau koleksi bukumu adalah buku-buku hasil preloved.
4. Bertemu banyak buku langka
Beberapa waktu lalu, saya membaca cerita seorang teman di Facebook. Di sana, ia dengan berapi-api menyatakan kegembiraannya karena berhasil menemukan sebuah buku kumpulan esai dari penulis favoritnya. Ia sudah lama mencari-cari buku tersebut dan kesusahan menemukannya karena penerbitnya sudah tutup dan bukunya nggak dicetak ulang. Makanya, menemukan buku tersebut dijual—meskipun cuma buku bekas, tetap saja merupakan hal menggembirakan.
Ada banyak buku yang memang sudah nggak lagi dicetak ulang karena beberapa alasan dan kini keberadaannya menjadi cukup langka. Makanya untuk mendapatkan buku tersebut, satu-satunya cara adalah dengan mencari buku bekasnya.
.
Jadi, apakah kamu masih akan gengsi dan merasa malu memiliki buku preloved? Kalau saya sih, nggak. Soalnya banyak banget keuntungan yang didapatkan dengan membeli buku-buku preloved.
Sumber gambar: www.goodnewsfromindonesia.id
Penyunting: Halimah
Comments