Suku Mongondow, dulu di era kerajaan, pernah eksis menguasai semenanjung utara Pulau Sulawesi. Kekuasaannya waktu itu membentang dari wilayah Bolaang Mongondow Raya hingga Minahasa. Namun karena beberapa faktor, kekuasaan Bolaang Mongondow hanya tinggal wilayah Bolaang Mongondow Raya yang sekarang menjadi 4 kabupaten 1 kota–Kabupaten Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Timur, dan Kota Kotamobagu.

Motto Hidup Bol-Mong: Trimoto Bolaang Mongondow

Banyak hal menarik kalau bicara tentang Bol-Mong (Bolaang Mongondow). Suku ini punya banyak warisan leluhur, ya meski masih banyak dari warisan itu yang belum terbaca dengan baik, masih butuh penelitian lebih lanjut. Salah satu yang menarik dari Bol-Mong adalah motto hidup masyarakatnya, yaitu Trimoto Bolaang Mongondow: mototompiaan, mototabian, bo mototanoban. Artinya, saling memperbaiki, saling mengasihi, dan saling mengingat, dalam versi dialek Sulawesi Utara, baku bae, baku sayang, deng baku inga.

Awalnya, moto daerah Bol-Mong adalah, “Motobatu molintak kon totabuan.” Artinya, bersama-sama membangun totabuan (totabuan adalah nama lain dari daerah Bolaang Mongondow). Moto ini dikenalkan oleh Bupati Bolaang Mongondow Bapak Oe N. Mokoagow yang menjadi Bupati Bol-Mong pada 1966-1976 M.

Namun, oleh Bapak Gubernur Sulawesi Utara waktu itu H. V. Worang memberi arahan agar pengunaan istilah totabuan dibatasi, sebab “katanya” bisa memunculkan fanatisme kedaerahan. Aduh, kalau menurut saya sih ini malah membatasi semangat kecintaan orang Mongondow pada daerahnya. Padahal bangga dengan daerah atau suku sendiri selama tak merendahkan suku lain itu baik, kan.

Sebab arahan itu, digantilah istilah totabuan dengan lipu (artinya desa). Sehingga moto Bol-Mong kala itu menjadi, “Motobatu molintak kon lipu.” Artinya, bersama-sama membangun desa. 

Sayangnya, kata lipu tak punya chemistry sebaik kata totabuan di hati masyarakat Bol-Mong. Sehingga motobatu molintak kon lipu tak sepopuler moto sebelumnya, bahkan moto ini malah hilang dilupakan.

Sampai di masa Bupati Bolaang Mongondow Drs. H. J. A. Damopolii yang menjabat 1981-1991 M. Di mana, saat itu dibangun Aula Rumah Dinas Bupati, dan salah satu sudut Aula itu terukir trimoto yang merupakan koyow bo singog in mogoguyang (pesan dari leluhur Bolaang Mongondow), yaitu mototompiaan, mototabian, bo mototanoban.

Trimoto Bolaang Mongondow

Dalam buku Mengenal Bolaang Mongondow: Sejarah, Adat, dan Budaya yang disusun Tim Litbang Amabon (Aliansi Masyarakat Adat Bolaang Mongondow) dijelaskan, “Kalimat mototompiaan, mototabian, bo mototanoban merupakan refleksi dari sumpah setia Paloko Kinalang….”

Paloko Kinalang adalah sumpah setia masyarakat dan penguasa Bol-Mong di zaman Punu Tadohe (1600-1650 M)–Punu setara makna dengan Raja. Sumpah Paloko di mana, “Rakyat berjanji untuk taat, patuh, loyal, dan mendukung, serta membantu pemerintah.” Sumpah Kinalang kalau, “Pemerintah berjanji untuk memerhatikan, mengurus, dan menyelenggarakan kepentingan serta kesejahteraan rakyat.”

Trimoto itu kemudian semakin dikenal dan mewarnai segi kehidupan masyarakat Bol-Mong. 

Kalau digali maknanya, trimoto ini tak hanya cocok untuk masyarakat Bol-Mong, namun cocok untuk seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia.

– Mototompiaan

Kata ini berasal dari bahasa Mongondow tompia artinya memperbaiki. Diberi awalan moto dan akhiran an, sehingga menjadi mototompiaan yang artinya saling memperbaiki.

Dalam hidup sesama manusia harus bisa saling memperbaiki dalam artian saling mengingatkan pada kebaikan, mengajak pada kehidupan masyarakat yang baik. Kalau belum mampu mengajak pada yang baik, maka berusaha melakukan kebaikan, serta tak melakukan keburukan pada orang lain. 

Prinsip saling memperbaiki atau baku bae juga bermakna saling memperbaiki serta menjaga hubungan baik antar sesama manusia. Dengan demikian, kehidupan masyarakat yang aman dan damai dapat tercapai.

– Mototabian 

Kata tabi berarti cinta, kasih, dan sayang. Saat diberi awalan moto dan akhiran an, menjadi mototabian yang berarti saling mengasihi.

Saling mengasihi dalam hidup, saat itu menjadi prinsip hidup, maka tak ada yang lain dilakukan selain kebermanfaatan hidup. Prinsip yang menghantarkan pada sikap saling tolong-menolong sesama manusia dalam menjalani kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara yang damai. Setiap kita saling mengasihi, tak peduli apa agamamu, sebagai sesama manusia kita tetap harus saling mengasihi.

– Mototanoban

Rindu atau mengingat demikian arti kata tanob. Kemudian diberi awalan moto dan akhiran an, sehingga menjadi mototanoban yang artinya saling merindui atau saling mengingat.

Di mana pun kaki melangkah, entah seberapa jauh dari tanah leluhur, tetaplah ingat kalau kita orang Mongondow. Prinsip ini juga bisa untuk menaikkan semangat nasionalisme kita pada Indonesia. Bahwa selalu ingatlah kalau kita adalah orang Indonesia, sehingga harus saling mengingat bahwa kita saudara sebangsa, jadi jangan berlaku jahat pada sesama saudara setanah air.

.

 Pada dasarnya, Trimoto Bolaang Mongondow yakni mototompiaan, mototabian, bo mototanoban merupakan satu rangkain, di mana saat manusia sudah saling memperbaiki atau menjaga hubungan baik, maka timbul rasah saling mengasihi, yang juga berujung pada sikap saling mengingat antar sesama manusia, antar sesama saudara sebangsa. Sehingga dengan trimoto ini dapat mendorong manusia pada kehidupan yang damai.

Penyunting: Halimah

Smber gambar: id.wikipedia.org