Bermain kelereng penuh warna.

Bagi generasi 90an atau 2000an ke sana mungkin udah nggak asing lagi sama permainan tradisional bernama kelereng, atau ada juga yang bilang gundu. Bermain kelereng adalah sesuatu yang sangat menyenangkan ketika masa kecil dulu. Hanya bermodalkan gundu dan tempat yang kosong kita sudah bisa bermain kelereng bersama teman-teman di kampung. Tentunya hal itu menjadi pengalaman yang sangat berharga.

Untuk anak zaman sekarang mungkin tidak terlalu mengenal permainan tradisional yang satu ini karena sudah dimanjakan dengan permainan digital seperti Mobile Legends atau Garena Free Fire yang bisa dengan mudah di download di aplikasi Play Store. Tapi kalau ada permainan kelereng di Play Store keknya bakal rame juga.

Dulu saya dan teman-teman kampung selalu bermain kelereng sepulang sekolah di halaman yang kosong yang masih beralaskan tanah. Dan sebetulnya bermain kelereng itu bagusnya memang di tanah atau alas yang kasar, kalau di keramik nggak bakal berjalan dengan sempurna karena terlalu licin sehingga sulit untuk membuat gundu berdiam.

Meskipun bermain kelereng itu menyenangkan, tapi pasti saja ada hal-hal yang bikin jengkel nggak karuan seperti kejengkelan yang saya alami di bawah ini.

Sekali lempar langsung kalah

Kalau pemainnya lebih dari dua, biasanya kita akan memasang gundu di dalam sebuah lingkaran (kalang)  sebagai permulaan permainan. Ketika gundu sudah terkumpul dalam lingkaran (yang dibuat menggunakan kapur atau sebagainya), maka para pemain akan melemparkan gundu andalannya ke dalam lingkaran agar formasinya pecah, namun jangan sampai gundu pemain terjebak dalam lingkaran karena akan dinyatakan gugur.

Saya adalah salah satu korban yang sekali lempar gundu andalan saya malah nyangkut di dalam lingkaran. Baru aja mulai eh udah kelar lagi, kan nyebelin banget bikin malu keliatan amatirannya. Kalau sudah begitu saya pun harus rela menunggu dan melihat para pemain lainnya bermain. Hitung-hitung jadi supporter dadakan.

Lawan sudah di depan mata tapi masih nggak kena

Bermain kelereng atau gundu itu prinsipnya saling mengalahkan atau ‘mematikan’ gundu lawan untuk keluar menjadi pemenang. Kalau pemain tinggal bersisa dua, maka persaingannya pun akan semakin ketat dan ketar-ketir nggak karuan. Setiap tembakan yang berlari ke sana kemari akan diikuti pula oleh para pemain lawan yang sudah mati yang terbagi menjadi dua kubu.

Salah satu hal paling bikin kesal adalah ketika si gundu lawan udah di depan mata yang jaraknya hanya satu jengkal, eh tapi pas ditembak malah nggak kena. Kan auto dikecengin sama pemain lain. Udah mah nembaknya kenceng banget, bukannya matiin lawan eh malah terbang semakin jauh tak tentu arah.

Gundu jatuh ke solokan atau tempat berair

Kalau bermain kelereng di tanah-tanah pedesaan pasti banyak ranjaunya. Mulai dari solokan, kubangan air, sampai kotoran ayam. Kita pun harus hati-hati dalam berstrategi agar tidak terkena ranjau-ranjau tersebut, apalagi kalau sama gundu kesayangan. Untuk menghindari hal itu semua kita harus mempunyai perhitungan yang matang dan hafal medan.

Meskipun sudah sangat berhati-hati tapi tetap saja hari sial pasti selalu ada. Pernah saya dulu ketika sudah berada di atas angin untuk memenangkan pertandingan eh gundu saya malah nyemplung ke solokan yang kotor banget. Ya namanya sayang, saya pun terpaksa harus mengambilnya walau jijik. Dengan begitu permainan pun tetap dilanjutkan dengan teknik stan (nembak kelereng sambil berdiri), namun sang lawan malah menghindari gundu saya supaya nggak kecipratan baunya.

Belum giliran main, tapi gundunya malah kepegang

Ini nih, ini hal yang paling bikin dongkol, apalagi kalau ada pemain lawan yang melihat. Kalau nggak ada pemain yang ngeh kan saya bisa tetap aman meskipun dengan wajah yang bersalah. Tapi kalau udah keciduk nggak bakal bisa ngelak lagi. Belum juga nembak udah kalah duluan karena kecerobohan saya. Lagian saya nggak sengaja kok.

Kalah melulu

Nggak di sekolah, di halaman rumah, atau di lapangan orang tiap main pasti kalah melulu. Padahal gundu sudah gonta-ganti mulai dari yang berwarna polos sampai bermotif atau gundu sudah dikasih doa yang bagus-bagus, tapi ya namanya amatiran mah kalah terus. Kalau menang pun cuma hoki doang. Jadinya kan harus ngeluarin budget yang lebih buat beli gundu lagi di warung.

Nah mungkin itu adalah hal-hal paling menyebalkan yang pernah saya alami ketika bermain kelereng dulu bersama teman sebaya. Berbahagia dan bersyukurlah kalian yang pernah berada di masa-masa indah itu.

Gimana? Apa kalian rindu masa kecil dulu? Main lagi aja kuy, saya pasang pakai kelereng kristal.

Editor : Hiz

Foto : GNFI