Masa kecil sebagian manusia yang lahir sekitar tahun 90-an diwarnai dengan berbagai hal. Ada standar-standar yang diterapkan untuk menentukan seberapa kaya atau “sesultan” apa teman kita. Standar ini dibuat dengan syarat-syarat yang sebenarnya cukup aneh dan bikin geleng-geleng kepala, meskipun begitu masih sangat layak dikenang hingga hari ini. Berikut ini beberapa hal yang digunakan untuk menilai seberapa kaya teman kita:

1. Panggilan Orang Tua

 Anak-anak kelahiran tahun 90-an sangat jarang menemukan panggilan Bunda, Mami, atau Mom untuk ibu mereka. Biasanya mentok memanggil Ibu, Emak, atau Mama kepada orang tua perempuan. Beda banget sama panggilan orang tua perempuan di tahun 2015 ke atas, seringnya ganti jadi, Bunda, Mommy, atau sejenisnya.

 Sedangkan panggilan untuk orang tua laki-laki biasanya menggunakan Ayah atau Bapak, jarang sekali yang memanggil orang tuanya dengan Papa, Papi, apalagi Daddy. Begitu jarang anak-anak kelahiran tahun 90-an menggunakan nama panggilan seperti itu, membuat kami berpikir kalau ada teman di sekitar yang memanggil orang tuanya dengan sebutan di atas, maka bisa dipastikan dia adalah orang kaya atau keturunan sultan. Terlebih panggilan Mami, Bunda, Mommy, Papa, Papi, dan Daddy seringnya muncul di adegan sinetron atau film-film dengan latar belakang keluarga yang kaya raya. Maka, sangat mudah bagi anak-anak menganggap kalau ada teman memanggil orang tuanya dengan sebutan di atas, pastilah dia termasuk golongan sultan membuatnya tampak kaya.

2. Alat Tulis

Memiliki alat tulis lengkap adalah sebuah kemewahan di mata anak-anak. Tapi lebih mewah lagi kalau alat tulis yang dimiliki seperti rautan putar ataupun kotak pensil bertingkat. Harga alat-alat tulis ini pada masa tahun 90-an hingga 2000-an bukanlah sesuatu yang bisa dikatakan murah, sehingga sangat wajar jika kami pada masa sekolah dulu, temen yang punya alat tulis kayak begini dikategorikan sebagai anak orang kaya.

3. Tas

Membawa tas ke sekolah tentu adalah hal yang biasa, namun menjadi tidak biasa kalau yang dibawa adalah tas koper. Di era tahun 2000-an bocah-bocah TK hingga SD lagi terkena serangan demam tas koper, terutama di kalangan bocah perempuan. Tas ini bentuknya kecil tapi persis seperti koper, yang bawanya sebenarnya bisa di panggul seperti tas ransel biasa, atau bisa diseret pakai rodanya jadi persis banget seperti kita sedang membawa koper berukuran mini. Tas koper macam ini di tahuan 2000-an biasanya harganya juga ga bisa dikatakan murah meriah. Jadilah, teman yang kebetulan membawa tas koper dorong ke sekolah akan langsung dapat pelabelan sebagai anak dari keluarga berada dan tampak kaya.

4. Ada Air Dingin di Rumah

Kalau berkesempatan berkunjung atau kerja kelompok di rumah teman, kita bisa menelisik lebih jauh keadaan rumah dan seberapa anak “sultan” teman kita. Hal sederhana yang bisa jadi indikasi awal kalau teman kita bukan dari golongan rakyat biasa adalah adanya air es atau air dingin di rumahnya. Dulu, tidak banyak orang yang punya kulkas dalam rumahnya. Walaupun punya kulkas masih belum banyak yang menggunakannya untuk menyimpan air es atau air dingin untuk dikonsumsi sendiri ataupun disuguhkan kepada para tamu. Mungkin ada yang punya kulkas, tapi difungsikan untuk menyimpan bahan segar atau jualan es batu.

 Nah, ketika ke rumah teman kemudian mendapatkan suguhan air es atau air dingin tentu itu adalah sebuah bentuk kemewahan di mata anak-anak kelahiran tahun 90-an. Rasa-rasanya temanmu ini memang berada di golongan pewaris tahta sultan hanya karena punya simpanan air es atau air dingin.

5. Crayon

 Pelajaran menggambar atau kesenian juga bisa menjadi ajang untuk mendeteksi seberapa kaya seorang teman. Pada tahun 2000-an membeli crayon dengan merek terkenal apalagi kalau jumlah pewarna yang dibeli itu lebih dari 12 varian warna, tentu bisa langsung dikategorikan sebagai golongan anak orang kaya. Tidak banyak siswa yang memiliki crayon lebih dari 12 warna, selain karena harganya yang dirasa para orang tua cukup mahal, crayon ini juga termasuk alat sekolah yang cukup jarang digunakan, kecuali pas ada tugas mewarnai atau menggambar.

Biasanya kalau mohon-mohon belikan crayon lebih 12 warna akan rawan kena damprat orang tua karena fungsinya nggak penting-penting amat. Namun, bagi sebagian anak-anak, memiliki crayon lebih dari 12 warnA adalah impian. Sehingga, begitu ada teman punya crayon lebih dari 12 warna, ia akan tampak kaya, teman-temannya pasti langsung merasa iri dan memberikan label, “wah, anak orang kaya.”

Dunia anak-anak itu penuh dengan imajinasi dan hal-hal yang seringkali sulit dipahami oleh orang dewasa. Hal-hal tadi mengingatkan banyak orang tentang kenangan indah pada generasi 90-an, begitu polosnya melabeli teman sebagai anak orang kaya hanya dengan sesuatu yang cukup sederhana.

Editor: Ciqa

Gambar: Pexels