Makan adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk dapat bertahan hidup. Setiap orang tentunya memiliki kebiasaan makan yang berbeda-beda, tergantung selera masing-masing. Ada yang suka makanan kering, makanan berkuah, makanan pedas, asin, manis, makanan murah, sampai makanan yang mahal-mahal.
Sebagai seorang anak kos, menu favorit yang selalu saya makan tidak lain dan tidak bukan adalah nasi dan ayam goreng. Mentok-mentok beli nasi goreng kalau sudah malam. Niatnya ingin beli menu lain, ketika sudah jalan, eh pikiran berubah lagi hingga kembali membeli nasi dan ayam goreng karena saking bingungnya dan tidak ingin menghabiskan waktu terlalu lama memikirkan harus makan dengan apa.
Pada zaman sekarang, sudah sangat banyak para pengusaha di bidang kuliner yang juga mengikuti trend anak muda. Tak ayal ada sebagian orang yang pergi ke tempat makan yang viral dan mahal hanya untuk ngonten. Urusan enak atau tidaknya belakangan, yang penting take video dulu, terus upload, deh.
Tidak hanya makanan mahal di tempat yang mewah, makanan-makanan pinggir jalan juga tidak kalah viralnya. Bahkan sekarang para food vlogger berbondong-bondong membuat konten mukbang jajanan-jajanan pinggir jalan namun rasanya tidak kalah nikmat dari tempat makan yang mewah.
Saya pribadi, selain untuk menghemat pengeluaran, makan atau jajan di pinggir jalan itu mempunyai sensasi tersendiri. Entah kenapa ketika makan di pinggir jalan, seperti amang gerobak, saya merasakan rasa nikmat yang berbeda.
#1 Bisa sambil melihat lalu-lalang orang di jalanan
Alasan pertama mengapa makan di pinggir jalan begitu nikmat karena kita bisa sambil menyaksikan lalu-lalang orang di jalanan dengan segala aktivitasnya. Ada sopir angkot yang berusaha mencari penumpang, kenek truk yang tidur kelelahan, ibu-ibu yang menjemput anaknya pulang sekolah, dan masih banyak lagi. Dari situ, setidaknya kita dapat belajar lebih banyak arti kehidupan.
#2 Bisa sambil menghirup udara bebas
Kedua, kita dapat menghirup udara dengan lebih bebas. Meskipun terkadang makanan pinggir jalan berdampingan dengan berbagai kendaraan, namun setidaknya jika di luar kita dapat menikmati udara secara lebih terbuka. Berbeda ketika ada di dalam suatu ruangan yang cukup penuh, meskipun ada AC, tetapi tidak terlalu berpengaruh banyak. Kalau di pinggir jalan ‘kan bisa dapat AC gratis, apalagi kalau di bawah pohon rindang dan ditemani doi.
#3 Bisa sambil mengobrol langsung dengan tukang dagang
Bagi saya yang senang kenal dengan orang baru, bisa mengobrol dengan para pedagang makanan di pinggir jalan adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Terlebih kalau si pedagang yang ramah dan mudah akrab. Seperti beberapa waktu lalu ketika saya mampir di warung nasi goreng di kawasan Bandung. Si penjual merupakan asli Jawa dan membuka obrolan apakah saya baru pulang kuliah atau kerja. Saya pun bilang kalau saya baru pulang bekerja. Dari situ, obrolan pun mulai memanjang.
Tidak disangka ternyata adik dari penjual nasi goreng itu juga berjualan menu yang sama di tempat kelahiran saya yang mana hanya beberapa ratus meter saja dari rumah saya. Mas-mas Jawa tadi pun menawarkan saya untuk mampir ke tempat adiknya kalau saya sudah pulang kampung nanti.
#4 Rasa nikmat, harga merakyat
Makanan atau jajanan pinggir jalan terkenal dengan harganya yang merakyat, namun rasanya yang luar biasa nikmat. Tidak heran kalau banyak para pemburu jajanan pinggir jalan atau di alun-alun kota hingga para konten kreator pun tak jarang selalu membuat konten di sana. Bulan lalu ketika mampir di tempat mie ayam gerobak, saya cukup kaget karena masih ada mie ayam yang dijual dengan harga Rp8 ribu dengan porsi yang cukup banyak.
Itulah empat alasan mengapa makan di pinggir jalan jauh lebih nikmat berdasarkan pengalaman pribadi. Setiap orang tentunya memiliki selera masing-masing. Mau makan di pinggir jalan atau di mal tidak menjadi masalah. Yang terpenting kita harus menghargai makanan dengan cara menghabiskannya, tidak dibuang-buang begitu saja.
Editor: Saa
Gambar: Kompasiana
Comments