Saat menjalankan suatu hubungan pasti ada yang namanya pertengkaran. Coba tutup matamu dan renungkan, apa yang kamu atau pasanganmu lakukan ketika sedang bertengkar?
Apakah kalian berdiskusi untuk menyelesaikan masalah itu, atau mendiamkan pasangan kalian? Jika pilihan jatuh pada mendiamkan pasangannya saja, maka selamat! Anda terjebak dalam perilaku silent treatment.
Ada pepatah yang mengatakan diam adalah emas. Tapi apa dapat selalu diterapkan dalam sebuah hubungan? Mungkin kalian pernah mengalaminya atau berada di pihak yang melakukannya.
Banyak orang yang menganggap perilaku ini dapat menyelesaikan masalah. Tetapi, jika dibiarkan terus-menerus dapat menjebabkan kandasnya suatu hubungan. Waduh, sudah susah-susah menaklukan doi tapi karena silent treatment dapat mengancam hubungan kalian. Pasti tidak mau kan?
Apa itu Silent Treatment?
Silent treatment merupakan perilaku mendiamkan seseorang dengan cara mengabaikannya. Menganggap pasangan seolah tidak ada. Perilaku ini termasuk dalam kekerasan emosional.
Silent treatment bukan berarti menunda untuk membahas masalah yang terjadi. Tetapi berarti menolak untuk membahas masalah tersebut. Misalnya saat berkonflik pacarmu menolak untuk membalas pesan, tidak mengangkat panggilan dan tidak ingin bertemu. Lari begitu saja dari masalah.
Alasan Seseroang Melakukan Silent Treatment
Seseorang melakukan silent treatment disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
- Sebagai bentuk hukuman, menurutnya dengan mendiamkan maka si pasangan akan menyadari kesalahannya sendiri dan meminta maaf. Tapi pertanyaannya apakah ia memikirkan kondisi si pasangan yang dilanda over thinking tersebut?
- Tidak tahu cara berdiskusi terhadap masalah yang terjadi, sehingga lebih memilih diam.
- Menghindari konflik. Dengan diam diharapkan konflik yang terjadi mereda begitu saja kemudian terlupakan.
Efek Silent Treatment
Tanpa sadar kita telah terjebak dalam bahaya silent treatment. Hal ini juga berarti kita menghindari masalah yang datang. Padahal, seharusnya masalah dirundingkan bersama pasangan kalian.
Silent treatment memberi efek manipulasi dan mengontrol korban. Si korban akan terfokus untuk mengembalikan keadaan Anda menjadi seperti sedia kala. Namun, hal ini secara tidak langsung menimbulkan luka batin terhadap si korban.
Hal ini dapat membuat korban mengalami over thinking karena tidak diberitahu apa-apa. Membuatnya semakin menyalahkan diri sendiri dan merusak kesehatan emosionalnya. Korban yang merasa tidak dianggap kemudian ketika masalah sudah mereda cenderung mengungkit-ungkit masalah yang sudah berlalu. Lama-kelamaan korban akan merasa tertekan dan merasa hubungan yang dijalaninya tidak sehat. Hingga akhirnya memutuskan hubungan kalian.
Cara Mengatasi Silent Treatment
Salah satu cara untuk menghindari bahaya silent treatment yaitu dengan tetap menjaga komunikasi. Jika ada masalah, maka bicaralah. Selesaikan dengan baik dan dewasa. Komunikasi yang tidak baik akan menimbulkan kesalahpahaman yang berujung pada rusaknya hubungan yang telah Anda jalani.
Jadi, ayo hindari silent treatment dalam hubungan. Komunikasi dengan pasangan merupakan kunci terpenting bagi hubungan yang sehat. Jika kalian sedang berada di fase silent treatment harap segera diselesaikan masalah yang terjadi.
Editor : HIZ
Foto : Unsplash
Comments