Belajar menulis dari Eka Kurniawan mungkin bisa menjadi cara untuk dapat membuat karya tulis yang baik. Sebagaimana Eka yang selalu punya hal menarik dalam tiap tulisannya.

Eka Kurniawan dikenal sebagai salah satu novelis terbaik di Indonesia dalam dua dekade terakhir. Beberapa novelnya tak hanya laku di pasar dalam negeri, namun juga luar negeri. Beberapa karya Eka yang diterjemahkan dalam beberapa bahasa antara lain Cantik Itu Luka dan Lelaki Harimau.

Bahkan tak lama lagi, salah satu novelnya yang juga tak kalah populer, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, akan diangkat ke layar lebar. Film itu digarap oleh salah satu rumah produksi terkenal Indonesia yang rencananya dirilis tahun 2021.

Dalam sebuah sesi talk show, Eka menuturkan bahwa keinginannya menjadi penulis berangkat dari sebuah pemikiran sederhana. Saat masih muda pikirnya dengan menjadi penulis, ia dapat menyampaikan gagasannya melalui tulisan hanya di depan layar komputer. Dengan nada tertawa, ia kemudian menyadari bahwa menjadi penulis sekalipun, tak bisa melepaskan dirinya dari tuntutan bicara di depan publik.

Hal yang Perlu Ada Dalam Sebuah Cerita (Novel) Menurut Eka Kurniawan

Dalam menulis cerita, Eka beranggapan bahwa ada empat aspek yang harus dipenuhi dan diperhatikan dengan baik. Empat aspek ini yang akan menjadikan cerita, terutama dalam bentuk novel, akan menjadi kuat dan menarik untuk dibaca. Mari belajar menulis dari Eka Kurniawan.

Pertama bahasa, tak bisa dipungkiri bahwa sebuah cerita itu dituliskan dan disampaikan dalam medium bahasa. Cerita harus dipahami dan dinikmati sebagaiamana pembaca bisa menikmati bagaimana mendengarkan orang menuturkan cerita dalam bahasa tertentu. Eka bercerita bahwa untuk menciptakan dialog yang baik dalam ceritanya ia menonton banyak film bahkan sinetron.

Kedua cerita, sebab tulisannya sendiri adalah cerita. Maka ia harus menguasai teknik penceritaan yang baik. Memahami alur yang menarik. Sekali lagi, Eka banyak belajar dari film dan sinetron, menurutnya dari kedua hal itu penulis bisa belajar untuk disiplin dalam menuliskan cerita dan tak terlalu bertele-tele. Sebab film memiliki durasi, begitu pula tulisan yang idealnya dapat dinikmati tanpa membuat lelah yang pembacanya.

Ketiga gagasan, penulis tak hanya sebatas belajar menulis, namun juga belajar berbagai ilmu lain. Tujuannya agar ceritanya tak kering. Eka menegaskan perlunya penulis untuk belajar filsafat, sejarah, sosiologi, dan banyak hal lain agar dapat memasukkan konteks penting dalam ceritanya.

Keempat artistik, baik itu musik, seni rupa, desain, dan lainnya yang dapat memperkaya ornamen cerita. Mengapa penulis perlu memasukkan konteks artistik? Sebab cerita juga perlu mendeskripsikan hal-hal yang disukai manusia dengan baik. Misalnya, dalam cerita ada tokoh tertentu yang bekerja sebagai arsitek, penulis harus bisa mendeskripsikan tentang seni dalam sebuah bangunan.

Itu tadi beberapa hal penting yang bisa jadi bahan belajar menulis dari Eka Kurniawan. Satu lagi yang tak kalah penting, mulailah menulis dari sekarang.

Tulisan ini disarikan dari sesi Eka Kurniawan di Buka Talks.