Jika di Televisi kalian ada channel History, pasti sudah tidak asing lagi dengan acara “The Picker”. Acara yang dibintangi oleh Frank dan Mike ini secara harfiah jika diartikan berarti “Pemulung”. Akan tetapi berbeda dengan “Pemulung” di Indonesia, mereka berkeliling seluruh Amerika dengan mengendarai sebuah mobil van berwarna putih. Mereka berkeliling untuk mencari barang-barang klasik, seperti papan nama, kaleng minyak, sepeda tua, motor tua, atau bahkan mainan lama.
Passion Frank dan Mike
Frank dan Mike terlihat sangat menikmati pekerjaannya. Terlebih lagi jika benda yang mereka temukan merupakan barang yang mempunyai cerita atau sejarah dari sang pemilik. Passion mereka sangat terasa. Mereka tidak sungkan menerobos masuk ke dalam tumpukan barang-barang yang menggunung di sebuah gudang untuk menemukan barang yang menarik.
Tak hanya mencari barang-barang untuk dibeli dan kemudian dijual lagi di toko mereka. Frank dan Mike juga paham dengan sejarah barang-barang yang mereka temui, apalagi barang-barang yang berhubungan dengan sejarah Amerika Serikat. Ada satu barang yang pernah mereka beli dan menurut saya itu paling keren. Barang itu adalah sebuah mobil van tua dengan gambar serta tulisan “Aerosmith” di badan mobilnya.
Mereka lalu merestorasi mobil itu agar bisa dikendarai. Semua kerja keras mereka seakan terbayar ketika seluruh anggota Band Aerosmith datang dan sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Frank dan Mike. Kemudian mobil itu dikendarai oleh Frank dan Mike untuk keliling kota, di mana hampir setiap orang yang melihat berteriak kagum pada mereka. Tak heran, karena itu adalah benda bersejarah yang dulu pernah digunakan oleh salah satu Band Rock terkenal.
Frank dan MIke juga memiliki sifat yang menyenangkan. Ketika mereka tertarik pada sebuah barang, mereka tidak bisa menyembunyikan ketertarikannya. Seperti mata anak kecil yang berbinar saat diberi mainan atau permen. Jika si pemilik barang memberi harga yang terlalu murah untuk barang yang mereka tawar. Tak segan mereka pun memberi tawaran harga yang lebih tinggi, karena menurut mereka barang itu harus dihargai lebih tinggi.
Padahal jika menurut teori ekonomi, jika si penjual memberi harga yang lebih rendah, seharusnya kita tidak memberinya tawaran yang lebih tinggi atau bahkan menawar lagi dengan harga yang lebih rendah. Akan tetapi, pasangan yang selalu terlihat akrab ini bisa melihat nilai sebuah barang lebih dari sekedar nilai materinya. Itulah yang menyebabkan banyak orang senang sekali melakukan transaksi dengan mereka.
Bagaimana dengan Acara TV Indonesia?
Pernah juga mereka membeli sebuah papan selancar yang unik dan juga legendaris. Kalau tidak salah mereka membeli dengan harga 2000 Dollar Amerika. Harga yang tidak murah tentunya. Boro-boro mendapat untung dari menjualnya kembali dengan harga yang lebih tinggi. Mereka justru menyumbangkan papan selancar itu ke Museum. Mereka beranggapan jika barang itu lebih berhak dipajang di museum dan dilihat oleh banyak orang.
Pemahaman Frank dan Mike tentang sejarah Amerika Serikat membuat para penonton juga bisa belajar dengan menonton tayangan mereka. Tak hanya sejarah tentang perang, tetapi kebanyakan tentang sejarah industri dan sejarah budaya masyarakat Amerika yang terus berubah mengikuti arus zaman. Sejarah Ford, Harley Davidson, Indian Motor, dan merek-merek Amerika lainnya. Pelajaran sejarah yang biasanya dianggap membosankan, bisa jadi menyenagkan ketika diselipkan dalam acara seperti “The Picker” itu.
Selain sejarah, karakter Frank dan Mike yang begitu menikmati pekerjaannya sebagai “Pemulung” juga terdapat pelajaran moral yang bisa dipetik. Yaitu bahwa pekerjaan akan menyenangkan jika pekerjaan itu sesuai dengan passion. Walaupun dalam banyak kasus di Indonesia sulit sekali mengubah passion menjadi penghasilan.
Kenapa di Indonesia tidak diadakan saja acara seperti ini. Berkeliling mencari barang antik, sembari menceritakan kisah dan sejarah dari barang itu. Akan menjadi suatu hal yang menyenangkan apabila ada acara televisi Indonesia seperti itu. Setidaknya masyarakat bisa mendapat sedikit pengetahuan, khusunya sejarah.
Namun, pertanyaan sebenarnya adalah. “Apakah acara semacam “The Picker” ini laku di Indonesia?” Mengingat di negeri tercinta ini acara televisi yang laku adalah acara-acara komedi garing dan sinetron-sinetron “kumenangis”. Stasiun TV tentu saja tidak mau mengambil resiko menayangkan sebuah acara yang berpotensi tidak laku walaupun acara itu mendidik.
Editor: Nirwansyah
Comments