Strategi psywar mahasiswa seperti apa?

Saat ini, dunia perkuliahan sedang memasuki masa yang sering dipisuhi para mahasiswa yaitu UTS atau Ujian Tengah Semester. Apalagi di situasi pandemi yang belum terlihat ujungnya ini, kita malah dipaksa berpikir lebih keras setelah melewati pembelajaran yang begitu membosankan bahkan selama tiga semester terakhir. Walaupun sudah terbiasa mulai terbiasa melaksanakan pembelajaran dan ujian secara daring, tapi kene yo pengen gek ndang offline meneh, lho!

Ya apa mau dikata? Akhirnya kita juga cuma bisa menunggu kebijakan dari yang di atas saja-padahal nggak tahu juga yang di atas merasa ditungguin apa nggak-. Apapun itu, sebagai mahasiswa sudah sewajarnya kita pingin mempersiapkan ujian dengan sebaik-baiknya. Meskipun sudah bisa dikategorikan sebagai mahasiswa “semi tua”, tapi dalam diri kita ini masih ada secercah idealisme yang melekat. Jangan salah~

Tahu kan idealisme “template” para maba saat dulu masih pingin lulus cepat dengan IPK tinggi? Terus yang katanya pingin seimbang antara perkuliahan, organisasi, dan gaul? Ealah, kok ya dulu kepikiran sama idealis semacam itu, tapi wajar sih namanya juga masih dedek-dedek baru lulus SMA dan merasakan atmosfer perkuliahan. Lha terus kalau sekarang? Nggak perlu ditanya lagi lah kalau itu, hehe. Sekarang, yang penting masih ada niat kuliah saja sudah Alhamdulillah, ditambah masih ada sisa semangat ujian.

Setelah menyelami dunia perkuliahan selama beberapa semester ini termasuk ujian di dalamnya -walaupun online- saya menjadi tahu gerak-gerik para mahasiswa dalam menyusun strategi khususnya saat ujian akan datang. Para mahasiswa laknat ini merupakan tipe mahasiswa ambis yang nggak pingin terlihat ambis, tapi bangsatnya ia menyamar menjadi mahasiswa solid. Tanpa berlama-lama saya akan merangkum beberapa psywar yang dilakukan para “oknum” ini dalam berburu mangsa.

Pertama, strategi psywar mahasiswa yang dilakukan adalah berpura-pura belum belajar sama sekali terkait mata kuliah yang akan diujikan. Padahal tanpa sepengetahuan mangsa, si pelaku ini sudah hafal di luar kepala materi yang akan diujikan. Mungkin kalau berhenti disitu saja kita masih oke-oke saja, tapi karena dasarnya sudah iblis mereka malah mengajak janjian teman-teman lain yang memang belum belajar untuk tidak belajar. Muncul kata-kata beracun dari mulutnya,

“Eh aku belum belajar samsek ni buat ujian matkul A, temenin ya besok! Kalau besok ngulang biar ada temen.”

Bagaimana psywar yang dilakukan, sangat manipulatif, bukan? Mereka bersembunyi dibalik persahabatan yang solid untuk merayu teman lain agar tidak belajar. Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Disaat pengumuman nilai sudah muncul, ternyata eh ternyata nilai yang ia dapatkan malah tinggi. Hadeh.~

Kedua, permainan mental kedua ini dilakukan ketika semangat belajar diri kita sedang tinggi-tingginya. Tiba-tiba, teman sialan ini membuyarkan konsentrasi yang telah kita bangun dengan cara mengajak kita untuk tidak perlu terburu-buru belajar. Kemudian, mereka biasanya menawarkan kegiatan yang jauh lebih menarik seperti main game atau kegiatan lain yang sekiranya bisa menunda kita dalam belajar. Sekali lagi kata-kata manis, tapi menohok akan muncul,

“Hah, udah mulai belajar? Santai dulu lah, kita main game dulu. Aku aja belum mulai sama sekali!”

Taktik tersebut tentu saja bertujuan agar kita berpikir bahwa masih banyak teman lain yang senasib dalam hal tingkat pemahaman materi ujian. Permainan mental tersebut dapat menjebak kita untuk menunda belajar lebih lama lagi. Padahal, si kampret satu ini sebenarnya sudah begadang semalaman untuk belajar. Justru ia mengajak main karena materi pelajaran sudah ia kuasai dan memang lagi bosen aja.

Ketiga, strategi psywar mahasiswa ini sebenarnya dilakukan setelah ujian selesai, tetapi tetap saja permainan psikologis yang dimainkan oleh “oknum” ini cukup menyebalkan. Sesaat setelah ujian selesai biasanya akan muncul obrolan mengenai bagaimana kelancaran saat mengerjakan soal ujian, kemudian lagi-lagi ia muncul dengan kalimat-kalimat berbisa lainnya.

“Wah, susah banget pertanyaannya tadi. Aku aja tadi cuma kerjain 3 dari 5 soal. Besok kalo nilaiku jelek tolong temenin minta tugas tambahan ke dosen, ya!”

Mohon maaf sebelumnya, kalau memang sampeyan nggak selesai mengerjakan soal, kenapa saat pengumuman nilai ujianmu yang paling tinggi diantara teman-temanmu yang beneran mumet ini? Maksudnya gini, lho, mbok ya semisal memang bisa mengerjakan soal dengan lancar yaudah jawab aja apa adanya. Nggak perlu sampai mengarang cerita agar dirimu seakan salah satu bagian dari mahasiswa “kurang pintar” seperti kami, toh kalau memang bisa mengerjakan pasti kita ikut bangga dan malah pingin minta kiat-kiat suksesmu!

Beberapa jurus yang dikeluarkan oleh “oknum” ini benar-benar efektif untuk membuat teman-teman lain masuk ke dalam permainan mematikan ini, dibandingkan dengan Squid Game masih 11 12, lah! Mereka benar-benar pintar berklamufase di balik persahabatan yang menggaungkan istilah solid di dalamnya. Padahal, mereka sebenarnya bisa saja bersikap apa adanya dan tidak perlu membuat skenario semacam itu. Bohong nggak masalah, tapi mbok ya jangan ajak-ajak kawanmu ke jurang kebodohan. Mas Aldebaran aja insecure melihat kemampuan sandiwaramu!

Editor : Hiz

Foto    : Pexels