Ketika mendengar kata sains apa yang ada dalam benak Anda? Laboratorium, berpikir kritis, eksperimen-eksperimen, rumus-rumus fisika, kimia, matematika, senyawa-senyawa, zat-zat, atau mungkin seorang profesor berambut botak tengah yang sedang bereksperimen?

Sejak dulu sains memang banyak dikenal dengan hal-hal tersebut. Apalagi di kalangan pelajar. Bayangan sains begitu menyeramkan, karena yang ada di dalam benak mereka rerata rumus-rumus fisika, kimia, dan matematika.

Sebagai orang yang tidak suka menghitung, saya pun berpikiran demikian. Betapa seram, sulit dan membosankannya mempelajari sains. Dalam benak saya selalu ada pertanyaan-pertanyaan, mengapa orang belajar sains? Apa sih untungnya belajar sains? Padahal pelajarannya hanya berisi rumus-rumus yang membuat siswa garuk-garuk kepala, menghitung kancing, atau menciptakan rumus sendiri pada saat ujian.

Memang sains akan sangat membosankan, sulit, dan bahkan mungkin sebagian menganggapnya tidak berguna, ketika hanya dipelajari dengan cara menghafal rumus-rumus saja tanpa mengetahui konsepnya. Menghafal berbagai macam teori tanpa tahu penerapannya dan hanya sekadar untuk mengisi soal.

Namun, jika sains dipelajari dengan cara yang bukan hanya mentransfer teori dan menghafal rumus-rumus belaka, sains bisa berguna dan tidak membosankan bagi seseorang dengan menerapkan metode berpikir saintifik. Berpikir saintifik dalam hal mengevaluasi berbagai macam hal yang kita terima, seperti masalah, informasi, dan lain sebagainya.

Sains sebagai Alat Berpikir Kritis

Sains dapat membuat seseorang memiliki pemikiran kritis. Seperti kata Harvey Siegel, seorang penulis buku The Oxford Handbook of Philosophy of Education mengatakan: “Metode ilmiah dalam sains menekankan komitmen pada bukti dalam pengambilan keputusan.”

Dalam proses mempelajari ini, seseorang tidak hanya mengetahui teori dan konsep saja, tetapi seseorang juga dilatih untuk mengambil keputusan dengan berbasis data dan analisis kritis disertai dengan buktinya. Karena pada dasarnya metode ilmiah dalam sains memiliki beberapa tahapan, seperti melihat persoalan, membuat hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyimpulkan apakah hipotesisnya benar atau salah.

Dalam sains, sebuah teori harus disertakan dengan bukti yang sangat kuat dan bisa mendukung teori tersebut. Jadi, seseorang tidak bisa serta-merta menyimpulkan bahwa teori tersebut sudah benar, tanpa adanya bukti yang menguatkan. Begitu pun dalam membuat hipotesis, seseorang harus bisa memprediksi suatu kejadian dengan mengaitkannya dengan teori yang ada. 

Lalu pada saat melakukan percobaan, seseorang dituntut harus teliti, mengumpulkan data, dan menganalisis data dengan benar dan jujur. Dalam artian, data yang didapatkan tidak dimanipulasi. Setelah itu, ditahap akhir seseorang harus bisa menyimpulkan benar atau salahnya hipotesis yang telah dibuat sebelumnya.

Dengan demikian, dalam melakukan hal tersebut seseorang diajari dan dilatih berpikir rasional, berpikir dengan data dan bukti, serta belajar mengambil keputusan melalui penalaran.

Proses mempelajari sains dengan benar akan membantu seseorang berpikir saintifik dalam hal pemecahan masalah. Karena atas dasar ini seseorang mampu membangun daya pikir dan kemampuannya serta mengembangkan cara berpikirnya sehingga dapat berpikir secara kritis.

Editor: Nirwansyah

Ilustrasi: Perukaran Pemuda Asia