“Aku lebih senang pemuda yang merokok dan minum kopi sambil diskusi tentang bangsa ini, daripada pemuda kutu buku yang hanya memikirkan dirinya sendiri”, Soekarno

Melalui kutipan dari seorang founding father’s bangsa Indonesia tersebut, menggambarkan bahwa rokok dan kopi adalah simbol dari kearifan lokal tentang sebuah gaya hidup yang seakan menjadi candu bagi penikmatnya. Sebuah gaya hidup yang sudah ada sejak masa lampau. Seakan-akan dari kenikmatan rokok ditambah dengan segelas kopi membuat perpaduan yang tiada tara bagi penikmatnya.

Merokok: Gaya Hidup yang Tak Lekang

Merokok sudah menjadi sebuah gaya hidup yang tak terpisahkan pada masyarakat. Tak peduli lelaki atau perempuan, tua ataupun muda mereka juga kerap kali gemar untuk menghisap benda berbentuk silinder yang panjangnya bervariasi sekitar 70-120 mm dengan diameter 10 mm. Seakan dihadapan rokok dan kopi penikmatnya adalah sama tanpa membedakan suku, agama, gender, ataupun umur.

Para penghisap rokok ini pun memiliki motif yang beraneka ragam dalam melakukannya. Dari sekedar mencari eksistensi dalam sebuah pergaulan agar diterima dalam circle pertemanan, hingga alasan berbau asumsi yang berdasarkan sugesti seperti “Gak bisa mikir kalau gak ngerokok”.

Slogan dan Pengemasan yang Menarik

Terlepas dari hukum merokok bagi umat Islam, lebih baik saya menyerahkan pembahasan halal atau haram ini kepada ulama yang lebih mafhum. Terlebih lagi, saya ini juga bukan seorang perokok. Boro-boro ngerokok, nyium baunya aja saya udah batuk-batuk.

Namun, yang menarik adalah iklan rokok selalu memiliki cara persuasif yang selaras dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Sepertinya para pabrikan rokok ini memahami betul “mahfudzot Likulli maqomin maqolun wa likulli maqolin maqomun“ (bahwa setiap tempat ada perkataannya dan setiap perkataan ada tempannya).

Baik muda maupun tua, sepertinya sudah banyak yang mengenal berbagai kampanye melalui slogan dari beragam produk rokok yang kerap muncul dalam iklan yang ada di media cetak ataupun media elektronik.

Layaknya seorang kontestan politik yang sedang berusaha meraup suara, yang dilakukan para pabrikan rokok ini juga sama untuk untuk menarik target marketingnya. Contoh, slogan dari iklan rokok yang cukup menarik pembacanya seperti: A MILD dengan “Nanti juga lo paham”, Djarum Super dengan “My life my adventure”, Class Mild dengan “Talk less do more”, Gudang Garam dengan “Pria punya Selera”, Dji Sam Soe dengan “Sejarah cita rasa tinggi”.

Tantangan Iklan Rokok Masa Kini

Di samping itu, dalam perjalanannya pabrikan rokok dalam mengiklankan produknya menemui berbagai keterbatasan. Karena, terbentur dengan regulasi UU Penyiaran No.32 tahun 2002 Pasal 46 ayat 3 huruf c tentang melarang iklan untuk menampilkan gambar produk rokok. Kendati demikian, hal tersebut malah merangsang produsen rokok agar mengemasnya dengan kreatifitas yang lebih atraktif dan ciamik tanpa harus memunculkan wujud dan gambar dari rokok.

Pembagian elemen fundamental iklan rokok seiring perkembangan zaman dan arus modernisasi, iklan rokok juga menyesuaikan diri agar tetap bisa diterima oleh masyarakat. Namun, secara keseluruhan, iklan rokok memiliki substansi yang sama yakni, sebagai sarana persuasif guna memunculkan brand image dari setiap produk dan varian yang diiklankan tanpa harus memunculkan image dari sebuah rokok.

Pada akhirnya iklan rokok berperan secara sosial-budaya sebagai sarana persuasif produsen kepada konsumen. Esensi yang dijual dari iklan menyajikan realitas yang telah diolah melalui proses yang didistorsi dan diestetisasi dari realita sosial. Nilai-nilai sosial-budaya yang ditransformasikan ke dalam produk-produk yang diiklankan adalah gambaran yang diambil dari sebuah gaya hidup masyarakat.

Kemudian, penggunaan gaya hidup dijadikan sebagai manifestasi estetika realitas oleh pabrikan rokok untuk mengemas berbagai iklannya guna menggait kaum muda-mudi sebagai target marketingnya. Slogan yang menarik juga ditambah dengan visualisasi yang menawan menjadikan sajian yang berhasil mengundang atensi konsumen, khususnya muda-mudi Indonesia dewasa ini.

Sepertinya strategi ini cocok untuk kalian yang sedang merintis sebuah bisnis dan bingung dengan teknik pemasaran. Jadi gimana, mau mencoba strategi jitu ala pabrikan rokok dalam memulai bisnis?