Istilah gap year kini sudah bukan menjadi momok yang menakutkan. Masa Gap year merupakan rentang waktu jeda untuk menjalani dunia perkuliahan. Hal ini umumnya dilakukan karena gagal masuk PTN impian, ataupun dikarenakan kondisi ekonomi. Tidak semua orang mampu melakukannya dan butuh mental yang kuat bagi yang menjalaninya.

Anggapan menganggur, tidak punya tujuan akan masa depannya, hingga dianggap tidak pintar merupakan kalimat yang kerap diterima oleh pejuang gap year. Belum lagi anggapan dari orang tua, yang kerap belum mengerti akan manfaat gap year. Sehingga memandang sang anak menjadi pengangguran.

Suatu privilese bagi orang tua, yang mendukung anaknya untuk menunggu belajar kembali selama setahun. Demi cita-citanya. Beberapa prodi umumnya memasang biaya yang cukup tinggi, dan hal tersebut tentu menjadi pertimbangan kamu, dalam menimbang sisi perekonomian keluarga . Apalagi untuk jalur tertentu, biayanya bisa tiga kali lipat dari jalur reguler.


Saya masih ingat saat istilah gap year belum terlalu dikenal seperti saat ini. Memutuskan untuk gap year, mendapat pertentantang dari beberapa pihak. Namun, saya tak menyesalinya sama sekali. Meski baru di tahun ketiga saya baru berhasil berkuliah. Ketika gap year mudah sekali mengalami pasang surut untuk belajar. Merasa rendah diri, sekaligus sedih. Saat melihat teman sebaya sudah menjalani masa perkuliahan, adalah hal yang wajar. Namun motivasi diri merupakan hal terbaik yang bisa membuat kamu bangkit.

Selama saya menjalani masa masa-masa menunda kuliah setahun. Saya mendapatkan beberapa beberapa pelajaran. Pertama, Mengenal diri kita tentang apa tujuan untuk berkuliah. Bukan sekedar ikut-ikutan teman, ataupun “yang penting kuliah”. Kedua, Gap year memberi ruang lebih pada diri sendiri. Untuk mengenal apa yang menjadi tujuan di masa depan. Lebih baik memilih gap year, daripada memilih jurusan yang salah. Bukannya akan menjalaninya dengan hati senang, justru nanti hanya akan menjalaninya setengah hati.

Terlambat satu hingga dua tahun selagi PTN yang bisa kamu perjuangkan, lakukan semaksimal mungkin! Dunia perkuliahan tidak mengenal usia. Jangan khawatir jika kelak lulus di usia yang menurut sebagian orang tak lagi ideal. Apalagi di zaman teknologi yang semakin berkembang saat ini. Skill merupakan modal utama daripada standar usia.

Bagaimana jika nanti menjalani perkuliahan yang tidak seangkatan dengan kita? Awalnya memang akan terasa rendah diri. Namun, perkuliahan tidaklah sama dengan dunia sekolah. Hal positif yang kamu lakukan ialah ada mampu beradaptasi lebih cepat dan saling bertukar ilmu dan pengalaman lebih banyak tentunya.

Memandang gap year sebagai bau loncatan agar bisa lebih tinggi bukanlah hal yang keliru. Belajar meningkatkan potensi diri dan Mencari pengalaman sebanyak-banyaknya. Sembari belajar untuk mengikuti tes di kampus impian, lakukan hal yang meningkatkan potensi kamu. Jika merasa bosan bisa sambil mengambil pelatihan, internship atau bahkan volunteer. Hasil pengalaman tersebut, kelak bisa menjadi portofoliomu kedepannya. Pengalaman tersebut bisa kamu dapatkan saat teman-temanmu belum menjalaninya. Akan menjadi poin lebih juga, ketika kelak mengikuti organisasi di kampus.


Setelah lulus sekolah pasti tidak waktu belajar tidak terkontrol. Buat manajemen waktu sebaik mungkin. Usahakan terus belajar setiap hari. Agar selalu fokus pada target. Hilangkan pikiran negatif jika tidak lolos. Terpenting kerahkan kemampuan terbaik selama satu tahun ini. Apapun hasilnya, percaya bahwa tidak ada usaha yang sia-sia. Buat kamu yang saat ini memilih gap year,
tetap fokus pada tujuan untuk meraih kampus impian di tahun mendatang, ya!

Editor : Faiz

Gambar : Pexels