Banyak banget orang yang memimpikan bisa melanjutkan sekolah ke luar negeri. Harapan untuk memperoleh pengalaman baru, belajar budaya luar, menambah wawasan kehidupan, memperdalam ilmu pengetahuan, serta mendewasakan diri. Dengan merantau jauh dari zona nyaman adalah sebagian dari kelebihan yang bisa dinikmati saat memperoleh kesempatan sekolah ke luar negeri. Sedangkan, prestise sebagai lulusan sekolah ternama dari negeri tersohor menjadi tambahan bonus yang dirasa mampu meningkatkan citra diri.

Tentu saja, keinginan dan cita-cita untuk bisa melanjutkan sekolah ke luar negeri harus dibarengi dengan usaha dan kerja keras. Mempersiapkan diri sebaik mungkin, membekali diri dengan kompetensi agar mampu hidup dan studi di luar negeri adalah usaha dasar yang harus dijalani jika memang berkeinginan untuk sekolah ke luar negeri. Tidak itu saja, bahkan jika kita tidak mampu scara finansial, kita juga harus semangat dan berusaha mencari sponsor untuk bisa mewujudkan keinginan tersebut.

Culture Shock Terjadi

Namun, ternyata saat kesempatan sudah di genggaman tangan, ikhtiar kita tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Saat menginjakan kaki untuk pertama kalinya ke luar negeri dan membaur dalam dunia akademis disana, seringkali banyak yang mengalami culture shock. Kaget dengan perubahan drastis, tidak siap secara mental, atau bahkan malah tenggelam dalam pengaruh budaya baru tanpa bisa teguh pada nilai identitas diri kita sebagai anak bangsa. Culture shocks juga efeknya bervariasi berbeda pada tiap orang. Dan pada level yang cukup parah, culture shock bisa mengakibatkan kita mengalami stress, merasa cemas, takut berlebihan, hingga bisa jadi depresi. Wah gawat ya ternyata. Kalau sudah begini, mimpi indah untuk bisa menikmati studi di luar negeri jadi buyar.

Penyebab Culture Shocks

Penyebab culture shocks juga beraneka ragam. Dari mulai standar akademis yang berbeda dengan Pendidikan Indonesia, cara belajar yang berbeda, gaya komunikasi yang berbeda, atau bahkan sekedar kenyataan yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Bisa jadi kebanyakan karena kita salah referensi. Yang selalu kita lihat di media, sekolahnya mulus lancar tanpa hambatan. Padahal kita nggak tau kan, gimana cerita yang sesungguhnya dibalik kisah yang begitu gemilau tersebut.

Tips and Trick

Nah karena itulah, kita harus juga mempersiapkan diri untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan baru di negara tujuan studi nanti. Agar kita bisa nyaman dan happy selama menjalani studi. Kira-kira apa saja sih yang bisa dilakukan buat menghindari culture shocks? Atau paling tidak mengurangi rasa kaget kita dan mempersiapkan mental kita untuk menempuh Pendidikan lanjutan di negeri tujuan.

Berlatih dan Membiasakan Diri menggunakan Bahasa Penutur di Negara Tujuan

Yes, language barrier biasanya menjadi hambatan yang bisa bikin kita culture shocks di negeri tujuan. Ngomong jadi gagal paham, merasa kurang pede, pas kuliah berasa halu nggak paham apa-apa, mau gaul sama temen-temen juga rada minder dan banyak diam. Padahal bisa jadi kita lebih paham dan lebih cerdas dari mereka yang native. Cuman ya gitu deh, malu aja karena ngerasa nggak pedes sama bahasa.

Nah, salah satu cara paling jitu ya membiasakan diri untuk mendengar dan menggunakan bahasa penutur di negara tujuan. Walaupun kita sudah punya sertifikat bahasa dengan skor tinggi, Namanya bahasa jika tidak dibiasakan sehari-hari akan terasa kaku. Karena itu sebisa mungkin ciptakan environment dengan bahasa yang akan digunakan di negara tujuan studi. Misal settingan bahasa di handphone dirubah sesuai dengan bahasa yang ingin kita dalami, mendengar podcast atau siaran dengan bahasa penutur yang kita ingin biasakan, serta jangan lupa berlatih untuk berbicara atau ngomong. Biar nanti saat di negara tujuan kita sudah siap dengan kemampuan bahasa kita.

Browsing berbagai Informasi tentang Wilayah Tujuan Studi

Semakin kita banyak tau tentang negara tujuan kita, semakin siap mental kita. Jadi sebelum berangkat sebisa mungkin kita sudah punya stok informasi yang cukup untuk bekal hidup disana. Cari tau mengenai culture wilayah setempat, pelajari cuaca yang akan kita hadapi disana, cari tau pengalaman belajar dari kampus yang sama dari para alumninya, cari tau tentang kehidupan sosialnya, gimana biar bisa teguh menjalankan ibadah di tempat yang baru. Dan segala serba serbi yang bisa kita kumpulkan untuk mempersiapkan mental kita untuk hidup disana. Agar kita nggak kaget saat sudah tiba disana.

Jika Memungkinkan Datang Lebih Awal dari Masa Studi

Apabila kita termasuk orang nggak pernah melancong ke luar negeri sebelumnya dan belum pernah sama sekali mengunjungi kampus tujuan kita, ada baiknya jika memungkinkan sediakan waktu lebih sedikit untuk memahami atmosfir dunia kampus sebelum memulai studi. Jika kita sudah terbiasa dengan lingkungan kampus, setidaknya kita sudah bisa lebih nyaman. Tinggal menyesuaikan dengan kehidupan akademik disana. Jika kita sudah mengenali tempat, terbiasa dengan rute ke spot spot penting seperti perpustakaan, ruang kelas, tempat makan, dan sebagainya paling tidak we will be less stress with the new environment. Nggak perlu lama kok, paling tidak dua minggu sebelum mulai studi. 

Jalani dengan Sabar dan Ikhlas

Pun jika ada hal-hal yang ternyata diluar ekspektasi kita, misal perkuliahan yang berat, standar dosen yang menurut kita cukup tinggi, tenang aja. Justru itulah tantangan yang akan membuat diri kita lebih dewasa dan memperkaya kehidupan kita. Tentu saja, tidak mungkin segalanya bisa berjalan seratus persen sesuai keinginan kita. Adakalanya pasti terasa berat dan melelahkan. Tetapi ingat kembali semangat dan motivasi kita untuk bisa menempuh Pendidikan jauh dari kampung halaman. Yakinlah, this one shall pass. Yang penting kita tetap jalan dan tidak berputus asa.

Editor : Faiz

Gambar : Pexels