Suatu persyarikatan tidak akan pernah terlepas dari seorang kader. Bagi siapapun yang mendengar dan mengetahui kata kader tentunya terlintas dalam pikiran kita bahwa seorang kader adalah ia yang mengatur, mengelola, dan menghidupkan suatu perkumpulan atau organisasi dengan suatu tujuan tertentu. Kader menjadi unsur utama jalannya organisasi atau perkumpulan. Sehingga kualitas seorang kader perlu menjadi perhatian guna menentukan arah gerakan agar terwujudnya tujuan yang sudah ditentukan. Ibarat tubuh manusia kader menjadi anggota gerak dari tubuh tersebut, dimana dengan anggota gerak manusia mampu untuk menjalani kehidupan.

Dalam mewujudkan kualitas kader yang baik, tentunya kader-kader tersebut harus melewati proses pendukung yang bertahap. Muhammadiyah sebagai persyarikatan umat islam memiliki proses perkaderan mulai dari yang paling dasar hingga tahap paling tinggi. Seperti para pelajar Muhammadiyah yang menempuh pendidikan tingkat menengah, mereka harus melewati masa orientasi sekolah yang tentunya selaras dengan prinsip gerakan Muhammadiyah. Tak berhenti pada pelajar tingkat menengah, para mahasiswa perguruan tinggi Muhammadiyah pun juga melewati masa orientasi yang sama. Tiap-tiap instansi pendidikan berlomba-lomba untuk menampilkan ciri khas dari gebrakan yang dilakukan demi eksistensi didikan yang dilakukan.

Forum Ta’aruf dan Orientasi Siswi atau lebih dikenal dengan Fortasi menjadi salah satu tahapan dasar dari sistem perkaderan untuk pelajar tingkat menengah dari persyarikatan Muhammadiyah. Fortasi ini menjadi ajang pembekalan dan pembentukan karakter dimana disini para kader muda menapaki gerbang awal sebelum melewati proses pembelajaran yang sesungguhnya. 

Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta sebagai sekolah pencetak kader pemimpin, pendidik, dan ulama putri islam yang dibawahi langsung oleh PP Muhammadiyah, dalam menyelenggarakan Fortasi sekaligus menyambut peserta didik baru memiliki strategi tersendiri demi terwujudnya para perempuan berkemajuan. Fortasi tahun ini, mengusung tema “Fortasi Adidaya Tonggak Peradaban Dunia”. Dengan tema tersebut diharapkan para kader yang baru menjejakan kakinya, dan ingin memulai perjalanannya agar mampu berdaya di seluruh aspek kehidupan sesuai dengan ranah dan minatnya masing-masing. Peserta dipersiapkan untuk menjadi para srikandi muda yang mampu berkontribusi sebanyak-banyaknya dan menebar kebermanfaatan melalui peran nyatanya. 

Srikandi adalah nama seorang tokoh perempuan dalam cerita pewayangan “Mahabharata” yang menjadi istri dari tokoh protagonis Arjuna. Srikandi memiliki watak yang sangat pandai, pemberani, dan termasuk ksatria pahlawan wanita. Sehingga dengan harapan yang begitu besar untuk mempersiapkan peserta menjadi sosok perempuan seperti srikandi, fortasi dengan sedemikian rupa menempa dan mendidik peserta baik dari segi etika maupun intelektual.

Keselarasan tema Fortasi dan visi dari Mu’allimaat sendiri menandakan bahwa peran dari seorang perempuan sangatlah penting. Apalagi perempuan yang memiliki orientasi pemikiran yang maju. Pada era yang sudah serba digital membutuhkan kecerdasan dari seorang perempuan. Selain sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya, perempuan menjadi pemegang kendali utama kesuksesan dari sebuah generasi. Perempuan secara tidak langsung dituntut untuk mampu memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya sebagai penerus keturunan dan generasi yang baik pula. Sangat fatal bila seorang perempuan tidak memiliki kualitas yang mumpuni dalam memberikan pendidikan kepada anak cucunya. 

Dalam proses tempaan yang baru memasuki tahap paling dasar ini, pembentukan karakter menjadi salah satu tujuan utama untuk memberi pembiasaan kepada para kader muda agar terbiasa dan siap dalam menghadapi situasi dan kondisi di segala bentuk tantangan yang ada. Pembiasaan karakter yang baik terbentuk karena kebiasaan baik, sekecil apapun itu yang akan memberikan dampak secara jangka panjang. Bukan menuntut kader untuk selalu menjadi yang terbaik dan sempurna, kader didorong agar termotivasi bergerak minimal memberi daya dan berdaya untuk diri sendiri dan orang disekitarnya. 

Oleh karena itu, fortasi Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2022 menjadi suatu wadah peserta didik baru untuk memperoleh bekal paling dasar, menempa diri, dan mengenal sekolah dengan baik. Keberdayaan seorang kader sangat dibutuhkan dalam rekam jejak persyarikatan. Dan dengan sangat penuh harap, para srikandi muda Mu’allimaat mampu menjadi tonggak peradaban dunia yang adaptif dan solutif. Kader yang unggul lahir dari generasi yang hebat. Jika kita tidak mampu melakukan hal yang hebat, lakukanlah hal-hal kecil dengan cara yang hebat. Maka dapat dipastikan generasi tersebut lahir dari srikandi perempuan-perempuan unggul.

Penulis adalah panitia Fortasi Muallimaat 2022

Gambar: Fortasi Muallimaat

Editor: Saa