Siapa yang tidak tahu Attack on Titan? Para pecinta anime di negeri ini sedang heboh. Ramai dibicarakan, sebuah tontonan yang bisa dibilang sadis, tapi lebih banyak memusingkan khalayak ramai.

Attack on Titan season 4-part 2 yang digadang-gadang akan menjadi season terakhir ini resmi rilis pada awal Januari kemarin. Tentu tidak hanya satu dua orang yang menunggu anime ini. Satu dunia sudah dibuat mati penasaran untuk menunggu!

Well, untuk beberapa orang yang membaca manganya, akan sangat paham kemana akhir dari kisah rumit ini berlabuh.

Manganya sendiri sudah tamat sejak tahun lalu, trending di platform sosial media manapun, membuatnya dinobatkan menjadi anime legend generasi sekarang.

Kabarnya, pada saat perilisan episode pertama, anime ini langsung merusak internet! Kok bisa? Merusak internet adalah istilah yang digunakan untuk sesuatu yang dapat membuat sebuah website hang atau error.

Nyatanya, banyak teman-teman dari Indonesia yang rela tidak tidur hanya untuk melihat premier dari anime satu ini.

Anime ini dikemas dengan adegan yang cukup menjijikan. Darah di mana-mana, manusia dimakan dengan mentah-mentah, pun dengan tone warna cenderung oranye dan cokelat, membuat sensasi sadis dari anime ini begitu terasa.

Adegan mengerikan pertama yang ditampakkan adalah bagaimana ibu dari tokoh utama karakter di anime ini dimakan oleh Titan. Langsung tanpa babibu. Cukup diperlihatkan bagaimana tangisan perempuan malang itu sampai akhir hayatnya, dengan kepala yang masuk lebih dulu ke mulut si Titan.

Belum lagi penjelasan politik yang saya yakin, butuh setidaknya dua kali untuk memahami alur cerita. Bisa dibilang, penulisnya sangat jenius untuk membuat cerita sedemikian rupa dengan kisah politik yang bertaburan disana sini.

Lalu, kenapa bisa ya ada orang yang menjadikan anime ini sebagai comfort anime? Biasanya kan orang-orang akan memilih genre komedi, romansa, atau slice of life yang ringan, untuk dijadikan comfort anime mereka. Lha anime sadis ini, kok bisa ya?

Saya sendiri sebenarnya bukan penikmat genre gore, horor, ataupun thriller. Saya cenderung cupu dengan memilih komedi dan romansa di setiap anime yang saya pilih. Alasan saya, biar nggak bikin pusing memikirkan plot cerita. Tapi untuk anime satu ini, wah jelas nggak bisa menolak!

Awalnya saya diberi tahu oleh kawan online saya, iya kawan online, kalau saya harus nonton AOT ini. Tentu dong ya saya nolak, secara itu bukan genre saya. Lha kok setelah saya nonton episode 3, bablas sampai ending. Tidak bisa berhenti, bahkan ditengah teman-teman bercengkrama saja, saya lanjutkan tontonan saya itu.

Mungkin, inilah yang dirasakan teman-teman yang menjadikan anime ini sebagai comfort anime mereka. Cerita yang bahkan kita sudah tau alurnya, akan tetapi tetap menarik untuk di-rewatch berkali-kali.

Emosi yang bercampur aduk menjadi satu, antara marah, jijik, sedih, dan uwu. Memang benar-benar membuat penonton AOT sangat tidak bisa memencet tombol stop saat menonton.

Belum lagi, animasi yang diluar nalar bagusnya dan pemilihan soundtrack yang cakep. Studio yang menggarap AOT ini memang dikenal sebagai studio yang apik.

Bahkan sang sutradara rela tampil di depan publik dengan kantung mata yang super besar untuk membuktikan bahwa mereka memang tidak main-main dengan anime satu ini.

Pertanyaan sebelumnya terkait comfort anime tidak lepas pula dari cerita yang disajikan. Pada awalnya kita akan berpikir bawah mereka sama seperti halnya kebanyakan kisah seorang anak yang terkurung di sebuah tembok.

Akan tetapi, boom! Semua berubah dan mulai membingungkan saat sudah menapaki season ke-4. Saya sendiri perlu kelas 2 sks setiap malam dengan teman online saya untuk membahas alur cerita anime ini.

Setiap orang memiliki haknya sendiri untuk memilih comfort anime. Mungkin juga berlaku untuk teman-teman pembaca tulisan saya. Lagipula, kapasitas setiap orang berbeda-beda kan?

Jika Anda adalah tipe yang mudah memahami hal-hal rumit, mungkin anime ini cocok untuk Anda!

Memperdebatkan jalan cerita anime Attack on Titan dengan teman setelah menonton, sepertinya seru! Hitung-hitung berdiskusi sekalian menyalurkan hobi, kan?

Editor: Lail

Gambar: Google