Tren decluttering ala Jepang atau berbenah sudah menjadi aktivitas baru bagi sebagian orang. Dari decluttering bertahap hingga extreme. Banyak cara untuk memulai misal, membeli box storage untuk menampung barang-barang, memilah pakaian, sepatu, sandal, dan berbagai printilan yang sudah lama tidak terpakai.

Sebelumnya, pembaca mungkin sudah mengenal Metode Konmari pada tulisan saya sebelumnya. Metode Konmari dipopulerkan oleh konsultan berbenah asal Jepang yaitu Marie Kondo. Dua buku yang ditulisnya yaitu The Life Changing Tidying Up dan Spark Joy, best seller di beberapa negara membahas tuntas bagaimana cara memulai untuk berbenah dari banyaknya barang-barang di rumah.

Saya menemukan metode baru dalam melakukan kegiatan decluttering ala Jepang lagi yang dipopulerkan oleh Hideko Yamashita. Menurut saya metode decluttering yang dipopulerkannya bisa terbilang sederhana, cukup hanya menanamkan tiga tips pada diri untuk menghindari penumpukan barang.

Adapun tipsnya dikenal dengan nama Danshari Method. Danshari terdiri dari tiga suku kata yaitu dan, sha, dan ri. Masing-masing kata tersebut mempunyai nilai yang dalam dan sebuah kesatuan proses.

Pertama, dan memiliki arti tolak. Sedari awal jujur dan sadar dengan kebutuhan diri. Dalam hal ini kita harus mempunyai kendali untuk menolak barang-barang yang tidak dibutuhkan. Kita tidak perlu terbawa konsumerisme yang memberi kemudahan untuk memiliki barang baru.

Pada tips ini, sebelum kita membawa barang masuk ke dalam rumah, ada baiknya kita memilah barang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi barang tersebut. Apakah barang tersebut sudah kita miliki. Hal ini untuk menghindari duplikat pada setiap barang.

Misalnya, ketika menghadiri undangan pernikahan. Menerima souvenir pernikahan menjadi hal yang tidak dilewatkan, apalagi jika souvenir yang ada memiliki keunikan atau barang-barang yang dibutuhkan dalam beberapa aktivitas. 

Namun, sebelum souvenir tersebut sudah berada ditangan kita perlu bertanya pada diri. Apakah souvenir tersebut akan digunakan, apakah souvenir tersebut barang yang dibutuhkan, apakah kita sudah memiliki barang tersebut di rumah, hal ini untuk menghindari memiliki barang yang sama lebih dari satu.

Kedua, sha memiliki arti eliminasi. Setelah paham kebutuhan diri, saatnya untuk mengeliminasi segala distraksi. Pertahankan fisik dan non fisik yang dibutuhkan, bernilai, dan relevan dengan kondisi saat ini.

Pada tahap ini, kita bisa memilah barang mana saja yang masih memiliki nilai manfaat dengan barang yang sudah tidak memiliki nilai manfaat baik itu barangnya sudah rusak ataupun kadaluarsa. Memisahkan barang-barang yang masih digunakan, dengan barang yang akan didonasikan atau dibuang. 

Ketiga, ri memiliki arti berjarak. Kendalikan diri, beri jarak dan obsesi kepemilikan barang. Batasi dengan rasa cukup. Ketahui rasa cukup dan kebutuhan diri. Tanamkan diri kalau memutuskan memiliki sesuatu harus juga sepaket dengan tanggung jawab atasnya.

Pakaian menjadi salah satu hal yang sulit dikendalikan bagi sebagian orang untuk membeli pakaian dengan mode terbaru atau sering disebut juga fast fashion. Fast fashion adalah istilah yang digunakan oleh industri tekstil yang memiliki berbagai model fashion yang silih berganti dalam waktu yang sangat singkat, serta menggunakan bahan baku yang berkualitas buruk, sehingga tidak tahan lama.

Dampak fast fashion ini sangat terasa bagi lingkungan, menggunakan energi dan air yang sangat besar. Dengan cepatnya perkembangan model terbaru pakaian, banyak orang akan mengikuti tren tersebut. Sehingga banyak orang meninggalkan model pakaian lama ke model terbaru agar bisa mengikuti tren fashion yang berkembang begitu pesat. Pakaian lama atau yang sudah tidak terpakai menjadi sampah dan masalah baru bagi lingkungan.Tiga tips decluttering ala Hideko Yamashita ini bisa menjadi cara untuk memulai decluttering. Sudah saatnya kita menghentikan konsumerisme pada barang-barang yang sebetulnya tidak kita butuhkan. Membeli berdasarkan kebutuhan, bukan hanya impulsif semata, dan mulai untuk memanfaatkan barang yang kita miliki tanpa harus membeli yang akan berakhir menjadi sampah. Seperti yang Hideko katakan, hal-hal menjadi berharga saat kita menggunakannya, bukan menyimpannya secara khusus.

Gambar: Pexels

Editor: Saa