Persis judul lagu Peterpan, Tak Ada yang Abadi. Memang tidak ada yang abadi di dunia ini, bukan hanya yang berbentuk materi saja, tetapi semuanya benar-benar akan menjumpai kemusnahan. Mbak Kinan pasti setuju sekali kalau saya bilang cintanya Mas Aris juga sudah musnah. Sama halnya dengan perasaan cinta yang musnah karena hati telah berpindah, kecerdasan juga dapat berubah lalu musnah saat otak sudah tidak mampu bekerja lagi. Bagaimana bisa multitasking menurunkan kecerdasan? 

The Power of Emak-Emak

Ibu-ibu identik sekali dengan keterampilan multitasking. What is multitasking? Multi berarti banyak dan tasking dapat dipahami sebagai tugas. Maka dari itu, multitasking dapat diartikan sebagai istilah untuk menyebutkan kemampuan seseorang yang mahir mengerjakan banyak tugas dalam waktu yang bersamaan. Nah, kebetulan ibu-ibulah yang patut diberi penghargaan atas ini. Saking banyaknya peran dan tugas yang diemban seorang ibu, pada akhirnya menuntut mereka untuk cekat-ceket dalam mengerjakan banyak hal. 

Menemukan ibu-ibu yang sedang bergosip sambil mengupas bawang ditambah menggoreng ikan rasanya sudah sangat biasa. Iya, tentu saja termasuk ibu saya. Saya sama sekali tidak berpikiran bahwa itu adalah sebuah ke-WOW-an, karena rasanya semua ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal saya demikian. Menonton tv, menjaga cucu, sambal ngemil di saat yang bersamaan adalah hal yang mudah sekali dijumpai. Fenomena ini mungkin terjadi pula dengan ibu-ibu lainnya di seluruh Indonesia, included your mom.

Kadang-kadang kepiawaian para ibu-ibu ini membuat saya iri dan cukup membuat saya malu. Dibandingkan kemahiran mereka, saya belum ada lima perempatnya. Itulah hal istimewa dari emak-emak, mungkin karena ke-multitasking-an itu yang membuat konsentrasi mereka menurun. Setelah membaca tulisan ini semoga kita semua bisa memaklumi saat melihat ibu-ibu reting kanan tapi belok kiri, wkwk

Kecerdasan Bisa Berubah

Sebelum saya menjelaskan bagaimana multitasking menurunkan kecerdasan otak, saya akan membahas tentang kecerdasan lebih dulu. Pertanyaan yang sangat cocok terkait hal ini yaitu apakah kecerdasan otak manusia dapat mengalami perubahan seperti meningkat ataupun turun? Jawabannya adalah iya.

Pengalaman dan belajar adalah faktor utama yang dapat meningkatkan kecerdasan otak manusia. Mencari pengalaman sebanyak-banyaknya dapat menambah wawasan kita karena sudah pernah melalui kondisi tersebut sebelumnya. Sehingga Langkah-langkah yang dilakukan pun telah konkret. Sedangkan belajar membantu kita untuk menambah pengetahuan dan terus mengasah kemampuan otak.

Bila terdapat sisi yang mendukung encernya kecerdasan otak, maka di sisi yang berlawanan ada pula faktor yang membuat kecerdasan otak menurun. Adapun faktor yang menjadikan kinerja otak melemah antara lain mengerjakan sesuatu secara bersamaan, kurang tidur, memanjakan diri pada mesin pencari google, pola makan buruk dan lain sebagainya.  Mengerjakan sesuatu secara bersamaan inilah yang kita sebut dengan multitasking.

Kaitan Multitasking dan Penurunan Kecerdasan

Menurut saya pribadi, mengerjakan banyak hal dalam satu waktu sangat efisien dan tidak membuang-buang waktu. Pekerjaan pun dapat cepat selesai dan kita dapat segera mengerjakan yang lainnya. Jujur, saya menganggap kemampuan multitasking ini akan membuat kita semakin cerdas sebab otak bekerja secara maksimal. Tidak semua orang dapat melakukannya karena terkesan riweh dan merepotkan. Tetapi ternyata anggapan saya salah, sebaliknya mengerjakan banyak hal di saat bersamaan dianggap sebagai hal yang tidak produktif. 

Penelitian di Universitas Stanford mengatakan bahwa otak manusia tidak bisa melakukan banyak pekerjaan di saat yang bersamaan. Daya kognisi yang dimiliki seseorang dapat berkurang saat dia beralih fokus, bolak-balik berganti fokus dengan cepat. Kebanyakan dari mereka malah tidak dapat menyelesaikan pekerjaan secara bersamaan. Berbeda saat mereka mengerjakan tugas satu-persatu. Dari situlah ternyata mengapa multitasking menurunkan kecerdasan otak.

Hal ini pula yang memungkinkan terjadi pada ibu-ibu yang punya kemampuan multitasking. Mereka menjadi pelupa atau bahkan rentan stress. Menginjak rem, menjaga keseimbangan, melihat spion, dan mengecek arah depan bisa jadi kegiatan yang membuat ibu-ibu stress sesaat sehingga mereka menyalakan lampu sein kanan tapi belok kiri.

Tapi, tidak semua ibu-ibu demikian ya guys. Beberapa dari mereka bahkan benar-benar mampu mengerjakan semuanya secara bersamaan dan menyelesaikannya dengan sempurna. Hanya ibu-ibu dengan super power yang dapat dikatakan mahir multitasking. Mereka yang benar-benar sudah ahli telah berhasil menjadikan segala kegiatannya menjadi kebiasaan (habit). Layaknya sebuah tradisi yang automatically done as usual. Tentu perlu banyak usaha dan latihan, banyaknya tuntutan yang wajib dikerjakan pun dapat menjadi motivasi ibu-ibu untuk menjadi orang yang multitasking. 

Foto: Pexels

Editor: Saa