Corona, seblak, dan masker. Apakah ketiga hal itu berhubungan? Wah, sangat! Bukan tentang politik, bukan tentang konspirasi, tetapi tentang kisah cinta. Corona, sang tokoh utama jatuh cinta terlalu dalam pada penghobi seblak. Namun, adanya masker mengubah kisah ini menjadi kisah cinta segitiga.

Masker sangat cemburu pada hubungan corona dan penghobi seblak. Masker berusaha sekuat tenaga untuk menghalangi hubungan mereka berdua. Tetapi, apakah pengorbanan yang dilakukan masker sudah cukup?

Corona

Covid-19 atau sering juga disebut dengan virus corona adalah virus penyebab infeksi saluran pernapasan yang muncul pada akhir tahun 2019 dan menjadi pandemi saat ini. Virus ini menyebar terutama melalui air liur atau cairan hidung orang yang terinfeksi.

Seseorang yang terinfeksi virus tersebur sebagian akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga kronis, bahkan kematian. Oleh karena resikonya yang berbahaya, pemerintah Indonesia membuat protokol kesehatan untuk meminimalisir penyebaran Covid-19. Apakah protokol kesehatan tersebut sudah menjadi solusi yang sebenarnya? Mari kita bedah.

Masker

Pada bahasan ini, kita anggap masker sebagai wakil dari protokol kesehatan 5M. Protokol kesehatan 5M terdiri atas memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilitas dan interaksi. Hampir di semua tempat dan kesempatan di era pandemi ini kita mendengar anjuran prokes tersebut.

Prokes memang suatu kebiasaan baik yang sangat dibutuhkan pada era pandemi ini, karena perannya yang besar dalam mencegah dan meminimalisir penyebaran Covid-19. Tetapi, apakah prokes adalah solusi sebenarnya? Seketat apa pun prokes yang kita lakukan, apakah kita benar-benar tahu virus tersebut tidak menempel di tubuh kita? Atau bahkan masuk dalam tubuh kita?

Dengan munculnya mutasi virus yang gila-gilaan saat ini, semakin banyak resiko munculnya kasus baru Covid-19. Kenyataan ini semakin mendorong kebenaran teori bahwa jika 70% penduduk dunia sudah terjangkit, penyebaran Covid-19 akan melambat. Teori tersebut juga sudah memberikan warning bahwa virus ini berpotensi menyebar semakin luas lagi. Lalu bagaimana jika kita terlanjur terjangkit? Apakah prokes dapat menyembuhkan? Tentu tidak. Jika teori tersebut benar terbukti, maka tindakan defensif berupa prokes tidak akan cukup.

Seblak

Seblak merupakan kuliner yang sedang naik daun. Makanan berbahan dasar kerupuk basah ini direbus dalam kuah gurih pedas yang kaya akan rempah-rempah, dilengkapi dengan berbagai jenis protein dan sayur. Keunikan rasa dan komposisi seblak membuat banyak orang menggemarinya, terutama generasi milenial. Seblak bahkan sering kali dikonsumsi secara berlebihan. Tetapi, apakah makanan ini memiliki nilai gizi yang mumpuni? Tentu tidak.

Pada bahasan ini, kita anggap seblak sebagai wakil dari junk food. Junk food atau makanan minim nutrisi merupakan makanan yang terdiri atas komposisi kalori dari lemak dan gula yang tinggi serta tidak memiliki banyak kandungan vitamin, mineral, serat dan nutrisi lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Tentunya, junk food akan menyebabkan banyak sekali masalah kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.

Resiko paling fatal dari konsumsi junk food yang berlebihan yang akan sangat membahayakan pada keadaan pandemi ini adalah menurunnya imunitas tubuh. Imunitas sangatlah krusial untuk mempertahankan keadaan tubuh sehat ketika benda asing masuk dalam tubuh. Ketika imunitas tubuh sedang kurang baik, maka tubuh akan sangat rentan didominasi oleh benda asing, utamanya yang sangat mengancam saat ini adalah virus yang menyebabkan penyakit Covid-19. Keadaan imunitas tubuh yang buruk adalah habitat paling menyenangkan bagi virus dan bakteri.

Karena mutasi Covid-19 yang ganas, tidak dapat dimungkiri bahwa virus ini semakin mudah menyebar dan berpotensi akan banyak manusia yang terjangkit. Bahkan pelaku prokes paling ketat sekalipun masih dapat terjangkit, karena kita tidak bisa mengontrol apakah Covid-19 sudah memasuki tubuh kita atau tidak. Lantas, kalau kita tidak bisa mengontrol, bagaimana cara kita memproteksi diri? Solusinya, kita harus memperkuat imun.

Penggemar Seblak

Bagaimana cara untuk memperkuat imun? Sistem imun membutuhkan kerja sama dari kita untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan dan suplemen yang kaya vitamin, serat, dan mineral. Selain makanan, kita juga perlu lebih banyak melakukan olahraga untuk meningkatkan stamina. Makanan bergizi dan olahraga saja belum cukup, tubuh yang sehat juga berasal dari lingkungan yang baik. Kita perlu memastikan bahwa sanitasi dan sirkulasi udara tempat tinggal kita dalam keadaan baik dan bersih. Selain itu, kita juga perlu rajin berjemur untuk melengkapi suplai vitamin D.

Dengan meningkatkan imunitas, harapannya kalaupun kita terjangkit Covid-19, tubuh kita yang sudah memiliki imunitas kuat akan lebih mudah memerangi virus tersebut. Harapannya, walaupun kita terkonfirmasi Covid-19, penyakit yang ditimbulkan tidak terlalu berat. Harapannya, jika mayoritas penduduk Indonesia memiliki imunitas yang kuat, pandemi akan cepat berangsur-angsur berkurang.

Sayangnya, kampanye untuk meningkatkan imunitas tubuh hanya terdengar gaungnya saja di masyarakat. Bahkan, pemerintah sendiri hanya mengutamakan kampanye prokes, prokes, dan prokes. Sekali lagi, apakah prokes adalah solusi sebenarnya?

Melaksanakan prokes memang penting, tetapi menggalakkan pola hidup sehat lebih penting lagi. Kuatnya imunitas tubuh adalah solusi utama dari penyakit infeksi. Tetapi, selama ini berapa rasio perbandingan kampanye prokes dengan kampanye hidup sehat untuk memperkuat imun? Wow, sangat berat sebelah.

Begitulah kisah cinta segitiga corona, seblak, dan masker. Corona sangat mencintai tubuh pecandu seblak (junk food) karena berimunitas lemah. Masker (prokes) yang berkorban untuk menghalangi pun terkadang tidak cukup kuat untuk memisahkan mereka.

Berakhirnya pandemi bukan saja bergantung pada tindakan dari pemerintah, itu semua tergantung pada diri kita sendiri. Apakah kita mau menyebarkan anjuran untuk membiasakan pola hidup sehat atau tidak? Apakah kita mau menerapkan pola hidup sehat atau tidak? Jadi, jika ingin pandemi cepat berakhir, apakah kamu masih mau mendukung kisah cinta segitiga corona, seblak, dan masker?

Editor: Nirwansyah

Gambar: Penulis