Masih tentang gaya hidup, berikut tips bagi mahasiswa perantau versi part 2!
3. Manajemen waktu yang baik
Manajemen waktu merupakan hal yang paling penting bagi mahasiswa rantau. Semakin pandai mengelolanya, akan semakin berpengaruh juga terhadap produktivitas dan pengeluaran. Terkadang alibi mahasiswa untuk lebih memilih jasa cuci, jasa tukang masak (alias membeli makan cepat saji), hingga jasa tugas (joki) ialah karena alasan tidak ada waktu (meskipun sebenarnya itu hanya alibi sibuk berkedok malas).
Pola manajemen waktu yang baik sebetulnya dapat dibentuk dari kebiasaan sehari-hari. Bagaimana kita memanfaatkan 24 jam dalam sehari untuk bisa maksimal dalam melaksanakan aktivitas tentu bukanlah hal yang mudah, terutama konsistensinya. Ada banyak cara untuk membiasakannya, salah satunya adalah disiplin terhadap diri sendiri. Memulai pagi dengan membuat rencana apa saja yang mau dilakukan juga menjadi hal yang penting supaya terarah dan tidak bingung hendak mengerjakan apa di hari itu.
Adapun penyelesaian pengerjaan banyak kegiatan dalam satu hari juga bisa dilakukan dengan pelbagai macam strategi. Misalnya saja, jika cucian menumpuk, bisa dicicil satu kali mandi, mencuci satu baju. Tugas menumpuk, bisa ditarget dengan mencicil satu tugas dalam sehari sebelum tenggat deadline yang ditentukan. Tidak sempat memasak sarapan, bisa bangun lebih pagi agar tidak terburu-buru melakukan kegiatan selanjutnya, dan masih banyak tips-tips lainnya.
4. Gunakan transportasi umum yang dapat dijangkau
Terkadang, mayoritas orang hari ini lebih senang yang serba instan dan mudah. Padahal, dengan tambahan sedikit effort ada banyak hal yang justru lebih menguntungkan. Misalnya saja perihal fasilitas umum yang tersedia seperti transportasi umum. Kebiasaan orang Indonesia memang lebih menyukai bepergian menggunakan kendaraan pribadi daripada memanfaatkan transportasi umum, tak heran jika jalanan selalu tidak terhindarkan dari fenomena kemacetan, hingga mudah habisnya stok bensin di pom.
Padahal, ada banyak fasilitas umum yang lebih ekonomis dan praktis ketika hendak bepergian. Mulai dari angkot, bus, BRT/trans, kereta api, kapal dan lain sebagainya. Bahkan beberapa kendaraan umum semacam angkot, dan BRT/trans memberikan tarif lebih murah kepada pelajar/mahasiswa, yang berkisar 1.000 hingga 5.000 rupiah yang paling mahal. Beberapa kota seperti di Jogja, Semarang juga sudah mulai mengembangkan trans kota dengan harga 1.000 untuk pelajar/mahasiswa, dan 3.500 untuk umum.
5. Mencari pemasukan dengan melakukan part time/freelance
Agar mampu survive di tanah rantau, mahasiswa tentu tidak hanya menambah pengeluaran, akan tetapi juga bisa menambah pemasukan. Hal yang paling mampu dilakukan seorang mahasiswa ialah magang/bekerja paruh waktu/freelance. Cara ini terbukti efektif sebab tidak terlalu menyita waktu banyak tanpa harus mengganggu perkuliahan ataupun kegiatan lainnya.
Di sisi lain, mencoba bekerja juga menjadi pengalaman baru dan juga dapat menambah pemasukan. Semakin banyak jam terbang dan kaya akan pengalaman, hal ini juga dapat membantu kita dalam merintis karir sejak menjadi mahasiswa, sehingga ketika lulus kita tidak memulai dari nol dalam persoalan mencari pekerjaan.
Selain lima tips yang penulis berikan, sebetulnya masih banyak cara-cara lainnya yang bisa dilakukan, seperti menabung, berinvestasi, dan masih banyak lainnya. Namun semua kembali kepada individu, dan menyesuaikan kesibukan serta kebutuhannya masing-masing, sebab semua orang tidak dapat disamakan. Akan tetapi, satu hal yang terpenting dari kesemuanya, merantau di sisi menjadi tempat menggali ilmu, bisa dikatakan juga adalah peluang untuk bertirakat. Tirakat untuk belajar hidup sederhana yang berkecukupan dan membawa kebahagiaan (tidak berlebih-lebihan), sebab bahagia tidak akan dapat diraih hanya dengan kemewahan dan kemapanan hidup.
Foto: Pexels
Editor: Saa
Comments