Bagi penggemarnya, sepakbola bukanlah sekadar olahraga. Sepakbola punya nilai-nilai universal juga nilai kemanusiaan yang dimiliki. Karena nilai-nilai ini, sepakbola menjadi olahraga paling populer sejagat. Kali ini, kampanye kemanusiaan dunia sepak bola tergambarkan dalam kampanye Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.

Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan di Dunia Sepakbola

Hari Anti-kekerasan Terhadap Perempuan Internasional jatuh pada 25 November. Peringatan hari ini didasarkan pada peristiwa kelam di tahun 1960. Pada saat itu, Mirabal bersaudara, aktivis di Republik Dominika dibunuh secara brutal. Pembunuhan dilakukan oleh penguasa negara tersebut, Rafael Trujillo. Pengesahan tanggal 25 November sebagai Hari Anti-kekerasan Terhadap Perempuan dicantumkan pada resolusi 54/134 yang diputuskan dalam Sidang Umum PBB, 7 Februari 2000.

Kampanye Anti-kekerasan terhadap perempuan sendiri awalnya lahir dari Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW, Konvensi untuk Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan) pada tahun 1979. CEDAW ini menjadi simbol pengarusutamaan gender di dunia, termasuk Indonesia. Bisa dibilang, sebelum Hari Anti-kekerasan Terhadap Perempuan disahkan, CEDAW menjadi motor kampanye anti-kekerasan terhadap perempuan.

Gerakan-gerakan semacam ini pun kerap dikampanyekan di dunia sepakbola. Selain kampanye anti-kekerasan terhadap perempuan, sebelumnya sepakbola telah sejak lama mendukung pemberantasan rasisme. Selain itu, hak asasi manusia secara umum hingga kesehatan mental juga dikampanyekan oleh insan persepakbolaan, terutama di sepakbola Eropa.

Terkhusus di Italia, persepakbolaan digandeng oleh WeWorld Onlus untuk mengkampanyekan anti-kekerasan terhadap perempuan. Sejak April, beberapa pemain bola telah mengampanyekan #UnRossoAllaViolenza, berarti “kartu merah untuk kekerasan”. Hal ini menandakan kekerasan (terutama terhadap perempuan) adalah pelanggaran berat yang patut diberi kartu merah.

Selanjutnya, akhir pekan lalu para pesepakbola Serie A, kasta tertinggi sepakbola Italia menggunakan penampilan yang mencolok, yaitu cat merah di pipi para pemain. Hal ini nggak lain merupakan dukungan pada kampanye anti-kekerasan terhadap perempuan. Dukungan ini pun telah hadir beberapa tahun belakangan.

Cat merah adalah simbol lipstik, kosmetik yang identik dengan perempuan, namun digunakan oleh laki-laki. Sehingga dari cat merah di pipi tersebut menjadi penegasan dukungan pesepakbola laki-laki yang memiliki pengaruh luas untuk meningkatkan kepedulian publik pada kampanye anti-kekerasan terhadap perempuan. Pemain bintang semacam Matthijs De Ligt, Franck Ribery, Romelu Lukaku, Zlatan Ibrahimovic, Radja Nainggolan, hingga Cristiano Ronaldo tak luput mengikuti kampanye ini.

Bagaimana Keadaan Indonesia?

Keadilan gender dan penghapusan kekerasan berbasis gender, terutama terhadap perempuan, di Indonesia masih belum menemui titik terang. Kasus kekerasan sering hadir, namun pencegahan, penanganan, hingga perlindungan belum bisa diterapkan dengan baik. Padahal, pengarusutamaan gender sebenarnya telah diusahakan di Indonesia sejak ratifikasi CEDAW lewat UU No. 7 Tahun 1984. Yang ada saat ini bukannya keadilan, melainkan stigma yang didapatkan oleh perempuan korban kekerasan.

Karena itu, Indonesia sangat membutuhkan UU Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU P-KS) untuk mengatasi permasalahan kekerasan terhadap perempuan. Tetapi RUU P-KS sampai detik ini belum disahkan, juga masih menunggu RUU ini masuk dalam Prolegnas 2021 agar di tahun depan harapan agar UU P-KS dapat disahkan segera.

Berharap pada sepakbola Indonesia untuk melancarkan kampanye-kampanye kemanusiaan seperti liga-liga lain di belahan Bumi lain pun bagai pungguk merindukan bulan. Karena memang persepakbolaan Indonesia hingga detik ini nggak bisa dilaksanakan secara profesional dan berkelanjutan dari waktu ke waktu.

Maka, mari mulai dari diri kita untuk menanamkan pada diri sendiri, teman, sahabat, keluarga, dan lingkungan di sekitar kita untuk peduli pada kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan. Karena siapapun kita, baik laki-laki maupun perempuan berhak untuk hidup, sejahtera, damai, dan bahagia. Selamat Hari Anti-kekerasan Terhadap Perempuan!

Editor: Halimah
Gambar: Mirror