Sekarang dikit-dikit diumbar ke media sosial, kedekatan sama seseorang langsung pamer, dapat paket oleh doi langsung ngucapin thanks di status WA, tanggal lahir ulang tahun semuanya diungkapkan. Tidak cukup itu, statusnya menjadi sorotan di profil instagram. Sampai mau makan ini itu aja harus dipamerin dulu ke insta story.

“Share nama kecil mu dong!”

“Eh. Udah 17 tahun, share selfie sama KTP dulu ah, biar jadi legalitas!”

“Pamer-pamer foto daily life dulu nih, biar jadi asik!”

Hayo ngaku! Kalian pasti pernah ngelakuin nya kan? Tapi sadarkah kalian, bahwa garis batas privasi kalian semakin lama semakin menghilang, lalu bahayakah? Kalau iya, emang seberapa parah?

Kerugian Kebocoran Data

Dilansir dari laman nightfall.ai, bahwa kasus kebocoran data meningkat 36% setiap tahunnya lho. Dari 100 kasus terparah, di antaranya telah berdampak buruk kepada 147,2 juta individu per tahun. Dengan kasus tersebut, setidaknya telah merugikan minimal 8,8 milliar dolar Amerika Serikat.

Bayangkan, berapa besar kerugiannya? walaupun tanpa membagikan data pribadi pun sudah terjadi kebocoran data dengan angka segitu banyak nya. Apalagi jika kalian memang dengan sengaja membagikannya secara sukarela. Apakah kalian tidak sadar? dengan mengumbar rutinitas harian, seperti foto, tempat makan, dan menu favorit. Sudah menjadi celah untuk pelaku kriminal memprediksi gaya dan pola hidup anda. Contohnya, makanan kesukaan anda, warna favorit, hal yang paling Anda takutkan, hingga ke nomor dan alamat tempat tinggal.

Hati-Hati Dengan Add Yours

Baru-baru ini, ada fitur namanya “Add Yours”. Fitur ini tersedia di salah satu Sosial Media milik perusahaan Meta, yaitu Instagram. Hal ini menjadi peluang besar, di mana semakin banyak terjadi kebocoran data (data leakage) yang diakibatkan oleh kelalaian penggunanya sendiri. Bukan karena data pengaman perusahaan yang buruk (data breach). Fitur ini seperti menjadi tantangan bagi mereka para pemburu trend untuk ikutan, hingga mereka sendiri tidak dapat membedakan yang mana privasi dan mana yang bukan.

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Minimnya pengetahuan lah yang menjadi jawaban nya.

Penipuan Berkedok Add Yours

Ada sebuah kasus penipuan yang sedang ramai diperbincangkan di Twitter beberapa waktu yang lalu. Seorang pengguna add yours, menceritakan bahwa teman nya mengalami kerugian uang sebesar 35 juta karena terkena tipu seseorang. Berdasarkan cuitan @ditamoechtar_, bahwa teman nya ini ditelepon oleh seseorang yang mengaku sebagai kerabat dekat nya. Seperti kasus penipuan pada umumnya, ia meminta transfer sejumlah uang. Lantas, apa yang membuat sang korban mempercayai penipu tersebut? Itu dikarenakan penipu tersebut memanggil nya dengan nama “pim” yang ternyata merupakan panggilan kecil korban. Hanya orang terdekat saja yang mengetahui nama tersebut. Ketika setelah diingat-ingat kembali, ternyata sang korban pernah membagikan nama kecilnya tersebut di fitur stiker ‘add yours’ di Instagram. Bayangkan, hanya dengan mengetahui hal sepele seperti nama kecil pun, bisa membuat kerugian besar kepada sang korban. 

Bagi kalian para pemburu Trend, tidak ada salahnya untuk terus up to date mengikuti perkembangan zaman. Tapi, yang sangat perlu diperhatikan adalah anda juga harus semakin cermat dan bijak. Semua hal harus disaring terlebih dahulu sebelum anda share ke publik. Misalnya, seperti selfie depan rumah, di mana secara tidak sengaja, anda telah membagikan info alamat pribadi anda ke media massa. Atau misalnya di belakang anda saat selfie, ada papan tulis berisikan rencana-rencana perusahaan, tentu saja sudah menjadi langkah penghancuran rencana perusahaan anda tadi. Kemudian yang paling parah, foto KTP bersamaan dengan diri Anda, atau juga foto tanda tangan personal anda; bisa saya bilang, anda telah masuk ke langkah awal penghancuran diri.

Cara Membedakan Privasi dan Bukan

Bagi kalian yang masih bingung membedakan mana privasi dan yang bukan, berikut saya uraikan beberapa data sensitif yang bisa menjadi ancaman jika berhasil dicuri, seperti:

  1. Informasi identifikasi: nama, alamat, nomor telepon, alamat email, nama pengguna dan kata sandi
  2. Aktivitas pengguna: riwayat pemesanan dan pembayaran, dan riwayat browsing.
  3. Informasi kartu kredit: nomor kartu, tanggal kadaluarsa, dan kode pos penagihan.
  4. Informasi dokumentasi: Diary atau buku catatan harian, catatan keuangan, atau file-file di dalam GADGET Anda.
  5. Informasi lainnya: Informasi rahasia perusahaan, komunikasi internal perusahaan, strategi perusahaan dan lain sebagainya.

Nah, semua itu adalah contoh dari barang privasi paling sensitif yang anda harus hati-hati dalam menjaga nya. Meskipun kalian tidak merasa bahwa itu adalah barang privasi. Tetap saja semua hal itu perlu kita simpan dan tidak boleh dibagikan. Dengan ini, saya harap kita akan menjadi lebih waspada dan bijak dalam mengikuti trend. Karena akan tidak lucu, jika anda kehilangan semua tabungan, hanya demi pamer foto nomor rekening.

Editor : Faiz

Gambar : Pexels