Walau sudah puluhan tahun berlalu, saya masih ingat bagaimana pertama kali membaca komik Asterix. Saat itu saya yang masih duduk di kelas dua SD mengunjungi Budhe yang merupakan seorang pengepul barang-barang bekas. Ada besi bekas, plastik bekas, dan yang paling saya suka adalah buku-buku bekas. Kalau sedang banyak-banyaknya, buku apapun ada di sana. Dari buku pelajaran, novel, majalah, dan tentu saja komik. Ada komik Gundala Putra Petir, Doraemon, Tintin, dan tentu saja komik Asterix.
Yang terakhir ini adalah komik asal Prancis yang berlatar utama sebuah desa pesisir pantai di Armorik, suatu bagian wilayah dari Galia kuno (sekarang dikenal sebagai wilayah Brittany), sekitar tahun 50 SM. Saat itu seluruh Galia telah ditaklukkan oleh Julius Caesar dan pasukannya. Yah, tidak semuanya sih. Ada sebuah desa kecil yang tidak mampu ditaklukkan karena penduduk desa tersebut memiliki kemampuan manusia super yang didapat setelah meminum ramuan ajaib yang diramu oleh dukun setempat bernama Panoramix.
Saat membaca Asterix, komik Prancis terpopuler dan merupakan karya dari kolaborasi penulis Rene Goscinny dan ilustrator Albert Uderzo sejak tahun 1959 ini, otomatis saya langsung suka pada karakter Obelix dan anjingnya Dogmatix (di edisi terjemahan Bahasa Indonesia menjadi Idefix). Kenapa saya suka Obelix dan Idefix? Yah, karena ia dan anjingnya seringkali membuat saya tertawa terpingkal-pingkal karena tingkah lakunya yang santai dan seringkali lugu.
Eh, tapi tulisan ini bukan tentang Obelix lho ya, melainkan tentang ramuan buatan Panoramix yang membuat Obelix dan seluruh warga desa menjadi kuat dan tanpa tanding. Kita sebut saja jamu ajaib. Nah, bisakah anda membayangkan kalau jamu ajaib buatan panoramix ini ada di jaman sekarang? Tentu minuman-minuman dan obat kuat “penambah” energi seperti Extra Joss, Hemaviton Jreng atau bahkan Viagra sekalipun nggak akan laku.
Bayangkan Kalau Panoramix Benar-benar Ada
Bukan apa-apa sih, setidaknya ada tiga hal yang menjadi pemantik tulisan ini. Yang pertama adalah sebuah tulisan ibu-ibu di circle pertemanan saya yang sudah tidak muda tapi juga belum terlalu tua (jadi enaknya dipanggil apa, ibu setengah muda, ibu setengah tua, ataukah ibu tengah-tengah?) tentang suaminya yang terlalu sering minum Hemaviton Jreng. Dan nggak tanggung-tanggung, sehari bisa habis satu pak isi 10 sachet. Cuma satu reaksi saya. Sangarrr puolll!
Hal yang kedua terjadi pada diri saya sendiri sekitar dua tahun yang lalu. Saya masih ingat waktu itu saya sering minum Hemaviton Jreng dua sachet sehari. Satu pas siang hari sehabis makan. Satu lagi pas malam. Seminggu mungkin lebih dari 3 kali saya minum seperti itu. Sampai akhirnya pada suatu malam saya merasakan sakit yang teramat sangat pada bagian antara perut dan alat kelamin saya. Selain itu ada semacam rasa untuk buang air besar, tetapi saat di kamar mandi, apa yang berada di perut saya itu sama sekali tidak bisa keluar. Akhirnya saya dibawa ke rumah sakit oleh adik saya. Setelah mendapatkan suntikan dan juga obat pencahar, akhirnya rasa sakit itu hilang setelah saya berhasil buang air besar. Dan sejak itu saya memutuskan mengurangi minum Hemaviton Jreng dan sebangsanya. Yah, mengurangi, bukan menghentikan.
Nah, yang ketiga ini terjadi pada tetangga saya. Dia meninggal dunia. Kata saudaranya, ususnya lengket karena seringnya minum minuman berenergi seperti Extra Joss dan sebangsanya. Nggak tanggung-tanggung, biasanya satu mug besar berisi 5 sachet plus air plus es batu jadi teman makan di siang hari. Nah, sejak inilah saya berhenti minum minuman berenergi dan sebangsanya.
Jadi inti sebenarnya dari tulisan ini apa? Jawabannya nggak ada sih. Cuma mau bilang jangan minum minuman berenergi saja tapi pakai muter-muter kesana kemari nggak karuan biar kalian yang baca pusing.
Oh iya, saking asyiknya bercerita saya sampai lupa memperkenalkan diri. Kenalkan, nama saya Nanang Ardiantourix, tukang antar ramuan dukun Panoramix. Free ongkir kalau beli 100 pak sekaligus, 1 pak isi 10 sachet, he-he-he.
Penyunting: Halimah
Sumber gambar: DevianArt
Comments