Semenjak YouTube semakin mudah diakses, jenis konten di situs web video satu ini jadi semakin beragam. Salah satu jenis konten yang banyak digemari oleh para penonton adalah konten bertemakan makanan. Para pembuat konten bertemakan makanan ini kerap dikenal dengan sebutan food vlogger.

Food vlogger biasanya akan menyajikan konten berupa review seputar makanan ataupun minuman, baik yang sedang hits, sudah legend, maupun hidangan dari warung-warung yang memang baru dibuka.

Selain itu, tak jarang, mereka juga melakukan kunjungan dari warung makan satu ke warung makan lainnya. Konten video merasakan sensasi menyantap hidangan langsung di tempat dan berbincang dengan si empunya warung atau bahkan si pembuat resep hidangan, membuat konten bikinan food vlogger ini memang asyik untuk ditonton.

Di jagat YouTube Indonesia, ada beberapa food vlogger kenamaan. Sebut saja Nex Carlos, Mgdalenaf, dan Ria SW yang subscriber-nya sudah mencapai angka jutaan. Penontonnya pun tidak pernah sepi, jumlahnya—paling tidak—selalu  menyentuh angka ratusan ribu penonton. Angka tersebut menunjukkan bahwa video bertema makanan, memang memiliki audiens yang cukup besar di Indonesia.

Setelah beberapa kali menonton video bikinan food vlogger dan mengetahui fakta jumlah penontonnya yang besar, saya jadi kepikiran kalau sebetulnya video bikinan food vlogger ini, bisa dijadikan sebagai sarana kampanye.

Tenang saja, kampanye yang saya maksud di sini bukan kampanye soal copras capres ataupun colag caleg, kok. Kampanye yang saya maksud adalah kampanye yang mengajak para penonton atau subscriber food vlogger untuk melakukan beberapa hal positif berikut ini.

Kampanye Pesan Setengah, Habiskan, atau Bungkus

Di banyak video reviewmakanan dan minuman di tempat,yang sudah saya tonton, rasanya belum ada food vlogger yang mengkampanyekan soal “pesan setengah, habiskan, atau bungkus”. Tujuan dari kampanye yang satu ini sebetulnya adalah mengajak orang-orang agar memesan makanan secukupnya saja, menghabiskan makanan yang telah dipesan, dan apabila makanan masih bersisa, ya dibungkus. Dibawa pulang, jangan langsung dibuang.

Maksud saya begini lho, seumpama kita tahu, nih, kalau porsi makanan yang dipesan, kok tidak mampu kita habiskan, ya pesan setengah porsinya saja. Biar nggak bersisa gitu lho. Nah, kalau memang kuat makan seporsi sampai habis, ya betulan dihabiskan.

Sementara itu, kalau ada kondisi yang memang membuat kita tidak bisa menghabiskan secara langsung makanan yang kita pesan, ya sebisa mungkin sisa makananannya dibungkus saja. Jangan langsung dibuang. Barangkali beberapa waktu kemudian, makanannya masih layak dimakan lagi, kan.    

Kampanye ini saya kira penting disampaikan oleh para food vlogger Indonesia, mengingat negara kita (hah kita?!) adalah salah satu negara penyumbang food waste terbesar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) nih ya, Indonesia itu berada di urutan kedua sebagai negara penghasil sampah makanan terbanyak di dunia. Nggak tanggung-tanggung, jumlahnya sampai 300 kg tiap individu.

Bayangkan berapa banyak korban kelaparan yang bisa ditolong kalau sampah makanan tersebut bisa sama-sama kita kurangi. Oleh sebab itu, para food vlogger yang punya banyak audiens, sudah saatnya tidak tinggal diam melihat isu ini. Cara paling mudahnya ya lewat kampanye soal food waste. Dan bentuk kampanyenya bisa dengan mengajak audiens food vlogger yang bersangkutan untuk melakukan aksi nyata “pesan setengah, habiskan, atau bungkus”.

Kampanye Tumpuk di Tengah

Berbeda dengan kampanye sebelumnya yang lebih bersinggungan dengan ketahanan pangan: mengurangi food waste, hal berikutnya yang juga bisa disuarakan food vlogger kepada audiens-nya adalah soal menghargai para pekerja pramusaji melalui kampanye tumpuk di tengah.

Kampanye ini dilakukan dengan cara menumpuk piring, mangkok, atau alat makan lainnya, seusai kita selesai menyantap hidangan yang disajikan di meja makan. Tujuannya ya untuk memudahkan para pramusaji saat membereskan meja makan bekas tempat kita makan. Ya, hitung-hitung meringankan beban kerja mereka sedikit gitu, lho. Dan juga menghargai sesama manusia pekerja.

Toh, kegiatan ini juga ringan dikerjakan. Nggak repot-repot amat kok buat kita, para pemesan makanan. Bisa lah dilakukan sembari mengistirahatkan perut yang membuncit setelah kita kenyang makan. Dan, saya jamin para pramusaji ini akan merasa senang dan sangat terbantu berkat bekas alat makan kita yang sudah ditumpuk di tengah. It helps a lot for them, Guys.

Itu lah dua kampanye yang bisa disampaikan oleh para food vlogger yang punya pengikut dan subscriber bejibun. Nggak harus dibuatkan video khusus yang panjang gitu, sih menurut saya. Cukup diselipkan barang setengah sampai satu menit, lah di tiap video yang mereka unggah. Dengan demikian, harapannya ya kesadaran soal food waste meghargai  para pekerja pramusaji mulai terbangun. Semoga betulan bisa diselipkan ya, para food vlogger. Yok bisa yok!

Editor: Nawa

Gambar: youtube