Pernahkah kita berpikir mengapa setiap orang bisa mempunyai selera makan yang berbeda, padahal makanannya sama?

Seperti misalnya, ada yang sangat jatuh cinta dengan durian tetapi ada juga yang tidak kuat dengan bau durian. Adik kita menyukai keju tetapi kita tidak. Teman kita menyukai jengkol, tetapi kita bahkan sudah mual saat gigitan pertama.

Bahkan kalau kita masih ingat, dulu sempat nge-trend fitur add yours di Instagram yang berbunyi “makanan yang menurut orang lain enak, tapi lo ga suka.”

Di sana ramai orang memberitahu warganet tentang makanan yang tidak disukainya dan warganet pun banyak yang menyikapi itu dengan “padahal enak loh, kok ga suka?”

Perbedaan selera makan itu pulalah yang tidak jarang memicu perdebatan abadi antar warganet. Seperti persoalan kamu tim bubur diaduk atau tidak?

Berkenalan dengan Rasa

Sebelum membahas siapa yang akan menang dalam perdebatan sengit tersebut, lebih baik kita pelajari dulu mengapa selera orang bisa berbeda satu sama lain.

Perlu kita ketahui, rasa merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Mengapa? Karena sekitar 12.000 tahun yang lalu, nenek moyang kita hanya mengonsumsi makanan yang sudah tersedia di alam seperti buah, daun, dan daging hasil buruan.

Kemudian, manusia mengembangkan teknik bertahan hidup dan memilah rasa makanan. Kemampuan merasakan makanan berkaitan erat dengan teknik untuk bertahan hidup.

Rasa pahit dan asam misalnya berfungsi untuk memberi tanda bahwa makanan tersebut beracun atau busuk. Sedangkan rasa asin dan manis menandakan kalau makanan tersebut penuh nutrisi.

Berbicara soal rasa, pedas itu bukan rasa. Pedas hanya sensasi terbakar yang dirasakan oleh lidah kita. Sedangkan rasa gurih (umami) baru ditemukan oleh Profesor dari Jepang yang bernama Kikunae Ikeda pada tahun 1910.

Reseptor Lidah

Kita bisa merasakan rasa-rasa makanan tersebut berkat papilla pada permukaan lidah kita. Salah satu jenis papilla yang sangat berperan untuk merasakan makanan adalah fungiform papillae.

Semakin banyak papilla dalam lidah seseorang, maka lidah orang tersebut akan semakin sensitif dalam mengecap. Seseorang yang mempunyai banyak papilla disebut sebagai supertaster dan orang dengan sedikit papilla disebut subtaster.

Seseorang yang mempunyai banyak papilla tentunya mempunyai banyak reseptor. Reseptor akan menyampaikan rasa kepada otak supaya diproses.

Untuk mengetahui apakah kamu mempunyai banyak papilla di lidahmu atau tidak, kamu bisa mencoba memakan makanan yang berwarna biru.

Jika lidahmu tidak berwarna biru, maka kamu mempunyai banyak papilla dilidahmu, dengan kata lain kamu termasuk orang-orang supertaster.

Selera Akibat Genetik

Selain dikarenakan jumlah papilla yang berbeda, selera makan yang berbeda-beda juga bisa disebabkan karena faktor genetik. Misalnya, pada seseorang tidak menyukai sayuran, ini bisa disebabkan oleh bawaan gen.

Sekelompok peneiliti dari Amerika Serikat menemukan bahwa orang yang tidak menyukai sayuran mewarisi salinan ‘gen rasa tidak enak’, sehingga indera perasanya sangat sensitif terhadap rasa sayuran.

Menariknya, kebiasaan makan seorang ibu saat mengandung juga bisa jadi alasan perbedaan selera makan lho!

Ini dikarenakan bayi akan memakan makanan yang sama dengan sang ibu selama berada di dalam kandungan. Rasa makanan itu akan melewati cairan ketuban ke dalam rahim dan ASI setelah lahir.

Itulah yang memengaruhi seberapa banyak daftar rasa makanan yang masuk kedalam memori otak kita.

Jadi, tidak ada pemenang dalam perdebatan antara tim bubur diaduk atau tidak. Dua-duanya valid dan benar karena ini hanya masalah perbedaan selera yang tidak bisa dipaksakan.

Sekali lagi, tim bubur diaduk dan tidak diaduk itu hanya persoalan perbedaan selera. Tidak ada kaitannya dengan kepribadian atau karakter seseorang dan tidak ada yang lebih unggul di antara keduanya.

Mari sudahi perdebatan kusir ini, hehehe. Lebih baik makan bubur bersama sambil berbincang-bincang ria.

Editor: Lail

Gambar: Google