Mendengarkan sebuah lagu adalah wahana rekreasi pikiran. Ketika sedang kalut, kadang mendengarkan lagu adalah obat yang cukup sederhana namun mampu menyembuhkan lara. Jika membincang lagu yang sedang naik daun, tentu tak bisa lepas dari lagunya Tulus yang berjudul Hati-Hati di Jalan. Lagu ini cukup sering diperdengarkan di mana saja, mulai dari kafesyop, kendaraan pribadi, sampai kendaraan umum. Bahkan lagu ini juga berkelindan tak karuwan di instastory anak-anak muda. Benar-benar edyan, sih.
Lagu Tulus Ternyata Aku Banget
Perlu diakui kalau lagu-lagu dari Tulus memang selalu bikin kita merasa, “kok aku banget”. Iya, lagu dari Tulus selalu ada untuk kaum-kaum yang sedang bersedih dan patah semangat. Tak hanya itu, suara dari Mas Tulus ini cukup menyenangkan. Jika diibaratkan, suara dari Tulus ini seperti mendengar ucapan selamat malam dari seseorang yang kita suka: nyaman sekali di telinga.
Saya pun sepakat kalau lagu “hati-hati di jalan” ini memang masih sangat nyaman didengarkan meski diputar 5x sehari. Tak hanya karena suara magis dari penyanyinya, melainkan juga karena lirik lagunya yang cukup dekat dengan kita semua: Perpisahan dalam sebuah hubungan.
Fase-fase Perpisahan
Fase-fase perpisahan dalam sebuah hubungan seringkali dimulai dengan pertemuan tak terduga, kemudian merasa cocok, nyaman, dan yakin sekali bahwa ia adalah jodoh kita. Tapi pada akhirnya semesta berkata lain dan mengharuskan untuk berpisah sambil bergumam “Entah apa maksud dunia. Tentang ujung cerita. Kita tak bersama”.
Kalau kita amati, lagu ini diawali dengan bait sederhana tentang pertemuan yang cukup tak terduga.
Perjalanan membawamu
Bertemu denganku
Ku bertemu kamu
Sepertimu yang kucari
Konon, aku juga s’perti yang kau cari
Seakan-akan Menjadi Jodoh Kita
Nah, saya kira kita semua pernah merasa di posisi tersebut. Merasa bertemu dengan seseorang yang kita anggap sebagai jodoh. Kemudian menghabiskan waktu bersama orang tersebut dengan penuh kegembiraan.
Teman saya pernah cerita, dulu ia sempat bertemu dengan seseorang yang mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang-yangan. Sarapan berdua, saling memberi kabar lewat media sosial, sampai kegiatan kaum bucin: melakukan panggilan suara hingga salah satunya ketiduran. Iya, mendengarkan suara pasangan saat tidur adalah hal yang sengaja dilakukan dalam keadaan sadar (tanpa pengaruh narkoba).
Berakhir Berpisah
Namun, sayang sekali, kisah indah tersebut berakhir dengan perpisahan. Fase berpisah tersebut sering membuat kita menolak kenyataan dan lebih sering mengira-ngira, menduga-duga, dan merasa bahwa praduga kita adalah sebaik-baiknya rencana yang akan terwujud.
Dalam penggalan lirik selanjutnya ada setidaknya tiga praduga yang cukup menggambarkan betapa rapuhnya keinginan umat manusia.
Kukira kita asam dan garam
Dan kita bertemu di belanga
Kisah yang ternyata tak seindah itu
Kukira kita akan bersama
Begitu banyak yang sama
Latarmu dan latarku
Kukira takkan ada kendala
Kukira ini ‘kan mudah
Kau, aku jadi kita
Cinta Tak Selamanya Indah, Dek!
Pada lagu ini, sampai ada tiga praduga yang dimasukkan dalam lirik, seakan-akan Mas Tulus ingin mengingatkan kalau cinta tak selamanya indah, Dek.
Mencintai tentu saja sebuah anugrah yang perlu disyukuri. Namun, jika tak hati-hati, mencintai akan membawa kita pada sebuah sifat yang cukup merusak, yakni berlebihan. Iya, dalam hal apapun, berlebihan tidak pernah baik, termasuk mencintai.
Saya juga pernah berada di posisi tersebut. Merasa telah menemukan seseorang yang spesial. Kemudian menjalani hubungan dan menemukan persamaan dalam tiap latar belakang. Kami sering bertukar kisah, mengirimkan hadiah, dan saling mengingatkan untuk tetap jaga kesehatan.
Pernah Mencintai dan Dicintai
Yah, dulu saya pernah merasa sangat mencintai dan dicintai. Tapi kisah itu ternyata berakhir dengan tidak baik-baik saja. Kami akhirnya berpisah dan menanggung masing-masing luka yang diderita.
Fase terakhir setelah berpisah adalah merelakan. Ya, gimana, hidup kan tetap harus dilanjutkan, Bestie. Dan sekali lagi, lirik lagu selanjutnya sangat mewakili fase tersebut.
Semoga rindu ini menghilang
Konon katanya waktu sembuhkan
Akan adakah lagi yang sepertimu?
Pada akhirnya waktu akan menyembuhkan luka, dan membuat kita kembali jatuh cinta. Iya, tugas kita hanyalah saling melanjutkan perjalanan, dan menutup cerita dengan mengucapkan, hati-hati di jalan.
Editor : Faiz
Gambar : Google
Comments