Liga Inggris pada pertengahan Bulan April lalu resmi melarang klub-klubnya menggunakan sponsor judi pada jerseynya ketika bertanding. Aturan ini mulai berlaku pada musim 2025/2026. Kabar ini bak angin segar bagi saya dan mungkin teman-teman lain yang baru belajar, maupun yang sudah berkecimpung di dunia periklanan. Topik penggunaan sponsor judi pada jersey klub sepak bola menjadi salah satu topik yang cukup rancu dalam etika periklanan.

Sebelum masuk ke topik etika periklanan mungkin kita sudah gak asing bahwa ada beberapa aturan soal beriklan. Aturan yang mungkin paling awam kita kenal adalah jam tayang iklan dewasa seperti iklan rokok—yang juga gak boleh ada bentuk produk rokoknya— iklan alat kontrasepsi, dan lain-lain. Hal-hal tersebut memang diatur dalam Etika Pariwara Indonesia (EPI).

Tujuan EPI sendiri jelan untuk mengedepankan etika agar dalam industri iklan tetap menjunjung tinggi perilaku jujur, benar, bertanggungjawab, dan juga ber- moral yang sesuai dengan etika yang dipercayai di Indonesia. Sehingga para pelaku industri tidak semena-mena dalam memproduksi sebuah iklan dan para konsumen tetap nyaman dan aman saat terpapar iklan.

Iklan Judi dalam Etika Pariwara

Kita sebagai konsumen mungkin pernah terpapar iklan judi atau taruhan atau gambling setidaknya sekali dalam seumur hidup. Baik lewat media-media lama seperti televisi, radio, koran, maupun majalah. Juga lewat media-media baru seperti media sosial.

Judi yang dalam agama Islam diibaratkan bertaruh pada anak panah, tentu diatur dalam etika periklanan di Indonesia. Dimana penduduk mayoritas di Indonesia juga beragama Islam. Dalam EPI pada ragam iklan, secara tegas bahwa segala bentuk perjudian dan pertaruhan tidak boleh diiklankan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sebelum ada yang mempertanyakan, EPI sendiri tidak hanya berlaku untuk iklan di media-media lama. Namun, juga ranahnya pada media-media baru. Sehingga iklan-iklan judi dan taruhan yang ada di media sosial dan internet, idealnya juga tidak boleh tayang baik secara langung maupun tidak langsung.

Sponsor Judi dalam Sepak Bola

Dalam dunia sepak bola untuk menopang keuangan klub tentu diperlukan sponsor yang mendanai hidupnya sebuah klub sepak bola. Bahkan, tidak hanya klubnya, sebuah liga juga butuh sponsor untuk menunjang operasional berjalannya sebuah liga sepak bola.

Contohnya saja seperti liga tertinggi di Indonesia, sponsor sampai tertera pada nama liganya menjadi BRI Liga 1 pada musim 2021-2022, Shopee Liga 1 pada musim 2019-2020, dan Gojek Liga 1 pada musim 2018. Sponsor dalam tim juga selalu mampang dalam jersey setiap klub, setidaknya satu sponsor mampang di bagian depan jersey. Jadi memang sepenting itu sponsor bagi sepak bola.

Perusahaan judi tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk promosi dengan menjadi sponsor klub sepak bola. Apalagi sepak bola selalu punya masa yang besar sehingga dapat mendapatkan keuntungan lebih banyak. Klub juga tidak punya pilihan untuk memilah-milah sponsor dengan dana yang besar. Sehingga tidak heran kalau 40% klub di Liga Inggris bersponsor judi.

Daftar Sponsor Klub-Klub Sepak Bola Besar di Dunia

Tidak hanya di Inggris, beberapa klub lokal Indonesia juga bersponsor utama perusahaan judi. Misalnya Persikabo 1973 seperti gambar di bawah ini.

Foto Pemain Persikabo 1973

Kerancuan dan Titik Terang Pengurangan Sponsor Judi

Dengan adanya penggunaan logo sponsor pada jersey klub sepak bola, hal ini menjadi rancu ketika klub tersebut melakoni pertandingan dan ditayangkan –terutama di televisi. Tentu saja stasiun televisi yang memiliki hak siar paham tentang etika ini. Namun, menjadi rancu karena tidak mungkin tayangan pertandingan sepak bola yang punya intensitas tinggi harus di blur hanya di bagian jersey pemain. Para penonton lewat layar kaca pun jadi tak bisa menikmati pertandingan dengan baik.

Oleh karena itu, peraturan yang ditetapkan di Liga Inggris untuk melarang penggunaan sponsor judi pada jersey pemain adalah satu titik terang agar tetap istiqomah sesuai EPI. Meski mungkin sulit, setidaknya satu bagian dari sebuah tayangan pertandingan tidak lagi memiliki tempat untuk promosi judi dan taruhan. Walau mungkin saja masih akan ada pada papan sponsor di pinggir lapangan. Namun, dengan dihilangkannya sponsor judi di jersey berarti mengurai banyak sekali tayangan di televisi maupun di media sosial yang sangat luas dan masif.

Semoga langkah yang dilakukan di Liga Inggris ini dapat diterapkan di liga-liga lain di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sehingga sepak bola yang digandrungi seluruh lapisan masyarakat di dunia bisa dinikmati tanpa mempromosikan hal-hal berbau judi yang HARAMMMMMMMM.

Editor: Assalimi

Gambar: Google