Haru biru mewarnai kehidupan para perantau Indonesia di seluruh penjuru dunia. Selepas kehilangan kesempatan menumpahkan rindu bersama keluarga, kini para pelajar dan mahasiswa harus menetap di negara masing-masing di tengah seribu kemungkinan yang terjadi.
Perubahan mekanisme pendidikan, kondisi psikologis dan sosial, serta tuntutan adaptasi mewarnai hari-hari para pelajar di tengah pandemi.
Sejauh ini di wilayah timur tengah (terutama Mesir) belum terlintas kabar buruk dari para pelajar Indonesia. Hingga tulisan ini diunggah, WNI yang terpapar penyakit COVID-19 nihil. Para WNI selalu dituntut bersikap awas terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi.
Harap-harap Cemas
Tatkala negara-negara lain memberikan bantuan finansial dan pemulangan berkala para warga negaranya, WNI di timur tengah terkhusus para pelajar masih harap-harap cemas menanti terobosan apa yang akan dilakukan pemerintah Indonesia.
Sejauh ini pemerintah pusat hanya memberi banyak imbauan tanpa bantuan finansial dan pemulangan berkala. Para pelajar dan mahasiswa dituntut melakukan tindakan preventif secara mandiri di tengah tuntutan studi maupun kebutuhan hidup di luar negeri.
Kegiatan akademis masih menyesuaikan situasi dan kondisi. Ada yang masih berjalan dengan mekanisme daring dan pemberian tugas makalah, ada universitas yang libur sama sekali dari kegiatan belajar mengajar hingga berbulan-bulan. Kerja keras dan kreatifitas para pelajar sangat menentukan nasib studi dan keamanan mereka di tengah kebijakan yang simpang-siur.
Masisir
Contohnya adalah para mahasiswa di Universitas Al-Azhar, Mesir. Sistem ujian kenaikan tingkat di perkuliahan kini berubah dari ujian tulis menjadi penulisan makalah. Ini menjadi hal baru di kalangan mahasiswa. Sebelumnya, Al-Azhar jarang memberikan tugas yang berhubungan dengan komputer dan makalah. Hal ini sontak menjadi euforia baru di kalangan pelajar Mesir. Para Masisir (Masyarakat Indonesia di Mesir) juga ada yang merasakan sensasi berkuliah secara daring, yaitu mereka yang masih menempuh kelas bahasa (markaz lughoh) sebelum masuk perkuliahan di Al-Azhar.
Negara Lain di Kawasan
Disamping masisir, lain negara lain pula cerita. Mahasiswa di Sudan dan Arab Saudi belum melanjutkan kembali perkuliahan mereka selama kurang lebih dua bulan pasca pengumuman penghentian sementara kegiatan belajar mengajar.
Mahasiswa Universitas Islam Madinah baru akan kembali melangsungkan perkuliahan pada 28 Agustus mendatang, sementara Sudan masih menghentikan aktivitas formal keilmuannya sampai pada waktu yang tidak ditentukan. Tentu ada alasan tersendiri dari masing-masing pengambil kebijakan. Kondisi pembelajaran tentu juga harus disesuaikan dengan prioritas keselamatan dan keamanan mahasiswa.
Sejauh ini belum ada tekanan berarti yang kami rasakan selaku mahasiswa Indonesia di luar negeri. Sebagian negara memiliki jumlah penyebaran virus lebih tinggi dari Indonesia, sebagian yang lain lebih rendah. Belum ada WNI di Mesir atau negara kawasan timur tengah lain yang dilaporkan positif terpapar COVID-19. Hal ini tentu harus terus dikawal perkembangannya menengok kasus pemulangan mahasiswa Thailand dan Malaysia berbuah puluhan diantaranya positif terpapar korona. Semoga kejadian ini tidak terjadi terhadap para mahasiswa dan tenaga kerja kita.
New Normal
Kehidupan sehari-hari tentu saja menjadi lebih banyak dihabiskan di kediaman ketimbang di tempat-tempat ramai. Terutama di negara yang tingkat penyebaran virusnya tinggi dan signifikan. Tatkala karantina mandiri berlangsung, lembaga-lembaga pengayom mahasiswa menggelar kegiatan daring untuk menghindarkan para mahasiswa dari kebosanan. Kegiatan seperti lomba, seminar, halalbihalal dan lain sebagainya.
Tatkala isu “New Normal” bergulir, kehidupan mahasiswa luar negeri, khususnya di timur tengah tidak banyak berubah. Sedikit berbeda, disini masyarakat menjalani masa wabah dengan lebih tenang dari isu-isu politik dan sosial seperti yang sedang terjadi di Indonesia.
Apapun yang terjadi dan dimanapun berada, marilah kita terus berdoa dan berusaha semoga pandemi ini berakhir dan bisa terlahir menjadi manusia baru yang lebih baik dari sebelumnya.
Penulis: Anhar Azzumta
Comments