Ketika anak memasuki usia aktif, banyak momentum yang tentunya tidak ingin orang tua lewatkan. Salah satu momentum berharga pada tumbuh kembang anak ialah bicara. Namun, tak jarang juga ada anak yang mengalami gangguan keterlambatan berbicara (speech delay).

Bicara menjadi salah satu ciri anak tumbuh dan berkembang. Perkembangan anak dapat dilihat dari seberapa lancar anak berbicara. Entah itu berbicara sendiri maupun dengan orang lain di sekitarnya.

Pada usia satu tahun, biasanya anak sudah mulai menunjukkan kalau dia ingin berbicara satu atau dua patah kata. Meskipun ucapan yang dilontarkan masih belum jelas, beberapa kata yang keluar dari mulut anak menjadi momentum berharga bagi orang tua. Misalnya, ketika anak berusaha mengucapkan kata “ibu” atau “ayah”.

Ketika anak menginjak usia dua tahun atau lebih, perbendaharaan kata yang dimiliki tentu semakin bertambah. Hal tersebut tidak lepas dari peran orang tua dan orang lain di sekelilingnya yang turut membantu sang anak untuk berkomunikasi. Namun, bagaimana anak dengan gangguan keterlambatan berbicara (speech delay)? Gangguan tersebut membuat anak sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Speech Delay

Pada anak dengan gangguan speech delay, tentu sulit dalam mengungkapkan emosi yang dirasakanya. Para orang tua pun menjadi kesulitan untuk memahami maksud sang anak, karena terkendala speech delay. Anak dengan gangguan speech delay berusaha untuk mengungkapkan perasaannya lewat ucapan dan juga tingkah laku. Namun, tentu akan lebih banyak tingkah laku yang diperlihatkan ketimbang kata-kata.

Speech delay pada anak membuatnya sulit untuk mengungkapkan apa yang dirasakan oleh anak pada orang tua. Ketika marah atau sedih, anak akan cenderung menggunakan tingkah laku atau bahasa tubuh untuk membuat orang tua mengerti. Seperti tertawa dan menangis, menganggukan atau menggelengkan kepala saja.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk tidak absen mengajarkan berbagai kata baru pada anak, selain mengandalkan suplemen herbal nutrisi otak anak, Generos. Orang tua perlu berkomunikasi secara intens dengan anak. Hal ini dilakukan agar perbendaharaan kata anak semakin kaya dan semakin pandai mengungkapkan emosinya dengan kata-kata.

Ketika anak senang atau marah, alangkah baiknya orang tua mengajarkan anak bagaimana mengungkapkannya dengan menggunakan kata-kata. Beberapa anak mengungkapkan perasaan mereka dengan tingkah laku yang tidak jarang membuat orang-orang di sekitarnya bingung atau jengkel. Misalnya, ketika menangis anak cenderung melempar barang atau memukul orang di dekatnya. Belum lagi teriakan yang memekakkan telinga. Nah, tingkah laku anak seperti ini cenderung agresif dan kasar.

Peran orang tua dalam membantu anak mengelola emosi tentu sangat penting bagi tumbuh kembang anak ke depannya. Lebih baik anak tidak dibiarkan mengungkapkan emosi tanpa alasan dan tidak terkendali. Pada anak dengan gangguan speech delay, mereka masih sulit untuk mengungkapkan emosi secara verbal. Tentu ini adalah tugas ekstra bagi orang tua.

Melatih perasaan atau emosi anak dengan kata-kata bukanlah hal yang mudah. Orang tua perlu mengajarkan kata-kata ungkapan perasaan yang cukup baik untuk mengajarkan sang anak dalam menyampaikan perasaannya. Misalnya, orang tua bisa mengajarkan anak mengucapkan kata “marah”, “senang”, “cemas”, dan “sedih”.

Ajarkan Kalimat Pendek

Ketika orang tua sudah mampu mengajarkan beberapa kata ungkapan perasaan di atas, mulailah mengajarkan anak menyatukannya dengan satu kalimat pendek. Misalnya, “hari ini aku sedih” atau “aku kesal karena dia menggangguku”. Kalimat yang orang tua ajarkan tentu jauh lebih baik ketimbang anak mengungkapkan perasaan dengan tingkah laku yang kasar dan agresif.

Melatih anak mengungkapkan perasaan dengan kata-kata juga mampu menghindarkan anak dari memendam perasaan. Karena itu bisa berdampak buruk pada mentalnya, bahkan bisa berdampak dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, orang tua perlu mengetahui apa yang dirasakan sang anak.

Pada anak dengan gangguan speech delay, ia juga akan cenderung memendam perasaan karena sulit mengungkapkannya dengan kata-kata. Maka dalam hal ini peran orang tua sebagai orang terdekat sangatlah penting, orang tua bisa membantu anak untuk lebih aktif lagi dalam mengungkapkan perasaan melalui kata-kata.

Editor: Nirwansyah

Gambar: KlikDokter